Para pelaku pasar diyakini tidak terpengaruh terhadap kebijakan tapering off yang dikeluarkan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) dalam rangka mengurangi dana stimulusnya secara bertahap.
"Kemarin kebijakan The Fed, tapering off per Januari 2014, kita sudah duga pasar bereaksi biasa-biasa saja, tetapi kita tetap harus mengantisipasi kondisi paling tidak pada semester pertama 2014," ujar Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2013).
Namun kebijakan ini, lanjutnya, tetap memberikan dampak bagi Indonesia terutama pada upaya penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Dampaknya, kurs kita kemungkinan belum akan menguat dalam beberpa waktu ke depan. Kurs kita saat ini sekitar Rp 12 ribu sehingga kita lihat kondisi ini belum banyak berubah dalam beberapa waktu ke depan," lanjutnya.
Dengan masih melemahnya rupiah ini maka akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekspor impor Indonesia. Meski demikian, Bayu menilai, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih cukup bisa diandalkan untuk mempertahankan neraca perdagangan Indonesia saat ini.
"Kondisi ini akan berpengaruh terhadap ekspor-impor kita dan secara otomatis akan memberi pengaruh ke dalam negeri. Tetapi kalau dilihat dari sejarah, kita menganggap ekonomi Indonesia cukup bisa diandalkan dan membangun confident bahwa tidak akan membawa buruk terhadap necara perdagangan kita," jelasnya.
Menurut Bayu, kepercayaan diri ini karena Indonesia sendiri pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 2001 dan 2009 dengan kurs rupiah juga mencapai Rp 12 ribu per dolar AS.
"Kurs yang sampai Rp 12 ribu ini kita pernah alami sebelumnya, itu terjadi di April 2001 dan Maret 2009, sehingga kalau kita berbandingkan kondisi ekonomi makro kita, kita bisa melihat bahwa ekonomi kita jauh lebih baik dibanding 2 tahun itu," kata Bayu.
Selain itu, pada tahun 2013 ini, volume perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor, jauh lebih besar dibandingkan pada kedua tahun tersebut.
"Dengan demikian maka konsentrasi yang akan tetap dilakukan oleh Kemendag, utamanya adalah pada usaha untuk menekan defisit necara perdagangan, dan meminimalisasi inflasi yang ditimbulkan oleh kurs tersebut," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca Juga:
Hatta Rajasa: RI Jangan Selalu Dihantui Tapering The Fed
Tapering The Fed Mulai Januari 2014
The Fed Tarik Dana Stimulus Moneter Secara Bertahap
"Kemarin kebijakan The Fed, tapering off per Januari 2014, kita sudah duga pasar bereaksi biasa-biasa saja, tetapi kita tetap harus mengantisipasi kondisi paling tidak pada semester pertama 2014," ujar Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2013).
Namun kebijakan ini, lanjutnya, tetap memberikan dampak bagi Indonesia terutama pada upaya penguatan rupiah terhadap dolar AS.
"Dampaknya, kurs kita kemungkinan belum akan menguat dalam beberpa waktu ke depan. Kurs kita saat ini sekitar Rp 12 ribu sehingga kita lihat kondisi ini belum banyak berubah dalam beberapa waktu ke depan," lanjutnya.
Dengan masih melemahnya rupiah ini maka akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekspor impor Indonesia. Meski demikian, Bayu menilai, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih cukup bisa diandalkan untuk mempertahankan neraca perdagangan Indonesia saat ini.
"Kondisi ini akan berpengaruh terhadap ekspor-impor kita dan secara otomatis akan memberi pengaruh ke dalam negeri. Tetapi kalau dilihat dari sejarah, kita menganggap ekonomi Indonesia cukup bisa diandalkan dan membangun confident bahwa tidak akan membawa buruk terhadap necara perdagangan kita," jelasnya.
Menurut Bayu, kepercayaan diri ini karena Indonesia sendiri pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 2001 dan 2009 dengan kurs rupiah juga mencapai Rp 12 ribu per dolar AS.
"Kurs yang sampai Rp 12 ribu ini kita pernah alami sebelumnya, itu terjadi di April 2001 dan Maret 2009, sehingga kalau kita berbandingkan kondisi ekonomi makro kita, kita bisa melihat bahwa ekonomi kita jauh lebih baik dibanding 2 tahun itu," kata Bayu.
Selain itu, pada tahun 2013 ini, volume perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor, jauh lebih besar dibandingkan pada kedua tahun tersebut.
"Dengan demikian maka konsentrasi yang akan tetap dilakukan oleh Kemendag, utamanya adalah pada usaha untuk menekan defisit necara perdagangan, dan meminimalisasi inflasi yang ditimbulkan oleh kurs tersebut," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca Juga:
Hatta Rajasa: RI Jangan Selalu Dihantui Tapering The Fed
Tapering The Fed Mulai Januari 2014
The Fed Tarik Dana Stimulus Moneter Secara Bertahap