Banyaknya dokter yang berpusat di kota-kota membuat layanan kesehatan daerah semakin kekurangan dokter. Untuk mengatasi hal tersebut para pengamat mengatakan, semestinya dokter yang bekerja di daerah terpencil tak hanya mendapatkan insentif berupa uang tapi beasiswa untuk sekolah lagi.
Seperti disampaikan oleh Pakar Asuransi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr.drg.Jaslis Ilyas, MPH. Ia mengatakan bahwa untuk menjaring para dokter muda supaya mau ke daerah itu memang harus ada reward atau insentif yang jelas.
"Tapi insentifnya jangan hanya berupa uang seperti yang saat ini berlaku. Tapi bisa berupa beasiswa untuk sekolah spesialis. Karena semua dokter itu pasti impiannya menjadi dokter spesialis. Sayangnya saat ini yang bisa masuk spesialis kalau bukan orang kaya, ya yang bapaknya profesor," kata Jaslis, seperti ditulis Sabtu (21/12/2013).
Jaslis juga mengatakan, saat ini juga ada banyak anak muda yang memiliki jiwa petualang yang pasti juga mampu bekerja di daerah sehingga tidak terkesan memaksakan diri bekerja di daerah.
"Semestinya orang-orang berjiwa petualang dan mau kerja di daerah seperti itu yang diberikan insentif karena mereka pasti senang punya pengalaman di daerah. Tapi jangan biarkan mereka terlalu lama di daerah. Paling lama dua atau tiga tahun, dan mereka mendapatkan beasiswa sekolah lagi. Kalau begini, siapa yang tidak mau bekerja di daerah," jelasnya.
Sama seperti Jaslis, Edriana Noerdin dari Women Research Institute, Jakarta juga menyampaikan hal yang sama. Ia mengatakan reward itu harus ada. Apalagi saat ini banyak anak muda yang rela backpacker ke luar negeri.
"Persoalan kesehatan di daerah merupakan masalah kesehatan yang seharusnya disikapi dengan serius karena menyangkut nama Indonesia juga. Apalagi menjelang era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) ini dokter masih banyak di perkotaan. Sementara di daerah, hanya ada satu bidan yang menangani," ungkapnya.
(Fit/Igw)
Seperti disampaikan oleh Pakar Asuransi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr.drg.Jaslis Ilyas, MPH. Ia mengatakan bahwa untuk menjaring para dokter muda supaya mau ke daerah itu memang harus ada reward atau insentif yang jelas.
"Tapi insentifnya jangan hanya berupa uang seperti yang saat ini berlaku. Tapi bisa berupa beasiswa untuk sekolah spesialis. Karena semua dokter itu pasti impiannya menjadi dokter spesialis. Sayangnya saat ini yang bisa masuk spesialis kalau bukan orang kaya, ya yang bapaknya profesor," kata Jaslis, seperti ditulis Sabtu (21/12/2013).
Jaslis juga mengatakan, saat ini juga ada banyak anak muda yang memiliki jiwa petualang yang pasti juga mampu bekerja di daerah sehingga tidak terkesan memaksakan diri bekerja di daerah.
"Semestinya orang-orang berjiwa petualang dan mau kerja di daerah seperti itu yang diberikan insentif karena mereka pasti senang punya pengalaman di daerah. Tapi jangan biarkan mereka terlalu lama di daerah. Paling lama dua atau tiga tahun, dan mereka mendapatkan beasiswa sekolah lagi. Kalau begini, siapa yang tidak mau bekerja di daerah," jelasnya.
Sama seperti Jaslis, Edriana Noerdin dari Women Research Institute, Jakarta juga menyampaikan hal yang sama. Ia mengatakan reward itu harus ada. Apalagi saat ini banyak anak muda yang rela backpacker ke luar negeri.
"Persoalan kesehatan di daerah merupakan masalah kesehatan yang seharusnya disikapi dengan serius karena menyangkut nama Indonesia juga. Apalagi menjelang era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) ini dokter masih banyak di perkotaan. Sementara di daerah, hanya ada satu bidan yang menangani," ungkapnya.
(Fit/Igw)