Rangsang Wisatawan Asing, Bangka Belitung Buat Film Dokumenter

Demi merangsang niat wisatawan asing, Pemda serta pengusaha pariwisata Bangka Belitung sepakat membuat film semi dokumenter.

oleh Julian Edward diperbarui 22 Des 2013, 18:30 WIB
Sejak film 'Laskar Pelangi' diputar tahun 2008 lalu, mata masyarakat Indonesia mulai terbuka tentang keindahan alam Bangka & Belitung. Tak ayal, sejak saat itu pula, industri pariwisata di wilayah Kepulauan yang sering disebut dengan singkatan Babel itu mulai bergairah.

Nah, demi merangsang niat wisatawan asing mengunjungi Babel, pemerintah daerah berserta pelaku usaha pariwisata di kepulauan itu, sepakat membuat sebuah film semi dokumenter yang akan ditayangkan di kompetisi mancanegara. Produksi film ini akan dimulai awal Januari mendatang.

"Sudah sejak lama kami ingin punya film bagus untuk promosikan Babel. Lalu ketemu dengan teman-teman yang mau ikut lomba di Asia Tenggara, jadi istilahnya gayung bersambut.  Karena masih banyak keindahan alam Babel yang belum di ekspolarasi. Makanya harus ada film yang menggambarkan itu," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Babel, Mohammad Yusri Liputo, saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, baru-baru ini.

Ditimpali sang sutradara, Bambang Drias, meski kental dengan nuansa promosi pariwisata, film ini juga memiliki alur cerita yang cukup kuat. Bahkan, para pemain di film tersebut tidak asal pilih. "Kami sedang mengkasting pemain. Pinginnya yang berwajah Melayu, biar sesuai dengan wajah orang Babel. Untuk siapa nya, belum bisa kami beritahu," kata Bambang.

Film ini dijadwalkan rampung pada akhir Februari, dan segera diterbangkan ke Myanmar untuk mengikuti ajang 'Docnet Southeast Asia dan Chopshots 2014' pada Maret nanti. Lantas, akhir April 2014, film itu juga akan diputar pada Festival Film Dokumenter yang diselenggarakan di Jakarta.

Menurut Gubernur Babel, Rustam Effendi, film merupakan media yang efektif untuk menonjolkan kekayaan alam. "Promosi lewat film lebih cepat ditangkap masyarakat. Jadi saya berharap film ini bisa memberikan nuansa mendidik. Dan juga tidak terpaku pada tempat yang itu-itu saja. Banyak sekali yang bisa digali di Babel," tandas Rustam.(Jul/Rul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya