Beda pandangan publik, beda pula penilaian dari masyarakat lokalnya. Bupati Marianus yang banyak dicaci maki gara-gara menutup bandara, ternyata punya sisi lain yang dikagumi warganya.
Memang kalau dilihat dari Undang-undang Penerbangan, Marianus bisa terancam hukuman maksimal tiga tahun. Tindakan yang oleh Psychological Counseling, Emmaretha Maria W, M. Psi sebagai kurang bijaksana tapi bukan karena emosional atau arogansi jika melihat track recordnya yang cukup tegas dalam memimpin daerahnya.
"Saya rasa ini bukan arogan, dia melakukan ini untuk menegakkan disiplin tapi caranya kurang cerdas," kata Mareta ketika dihubungi liputan6.com, Senin (23/12/2013).
Seperti apa sisi lain dari Bupati Marianus di mata warganya?
Seorang pekerja di Komisi Penanggulang AIDS Provinsi NTT bernama Gusti Brewon dalam akun twitternya @gustibrewon menceritakan seperti apa sosok bupati itu di daerahnya.
Menurut Gusti, semua hanya melihat kejadian penutupan bandara, banyak yang tidak membaca penyebabnya. "Bupati menyebutkan bahwa dia marah dan kesal pada maskapai".
"Karena dia harus berhadapan dengan pilihan yang sulit. Dia harus menghadiri sidang DPRD penetapan APBD Ngada 2014. Tidak dapat diwakili. Jika bupati tidak hadir, maka sidang tunda, penetapan molor, konsekuensinya ada penalti 30 persen anggaran. Rakyat Ngada jadi korban. Sementara Bupati Ngada di Kupang untuk menerima DIPA dari Gubernur NTT, kegiatan ini juga tak dapat diwakili," tulis Gusti dalam akun twitternya.
Pemuda Nyentrik Ahok dari Flores
Menurut Gusti, Bupati Ngada-Marianus Sae merupakan bupati yang nyentrik, masih muda, dan berlatar belakang Pengusaha. "Karakternya yang keras dan tegas terhadap birokrat, membuat saya menjuluki Bupati Ngada dengan sebutan `Ahok dari Flores` :)
"Marianus Sae, adalah Bupati yang pernah dipuji @iskan_dahlan karena terobosannya. Bupati yang sederhana."
Bahkan, lanjut Gusti, Marianus Sae sebagai Bupati melarang kendaraan Dinas PNS dibawa pulang ke rumah. Semua kendaraan dinas parkir di kantor. "Kebijakan kendaraan dinas parkir di kantor, sangat didukung para sopir kendaraan dinas, mereka tidak melayani kebutuhan pribadi para pejabat.
"Ketika umumkan kebijakan ini, para pejabat di Ngada yang kebakaran jenggot, sementara para sopir mereka tertawa gembira."
"Bupati Ngada, adalah Bupati yang kendaraan dinasnya (mungkin) paling "buruk" di Indonesia : Kijang Krista! Dia menolak pembelian mobil.
"Bupati Ngada ini juga terkenal Bupati yang paling disiplin. Setiap hari, dia masuk kantor sebelum jam 7 pagi. PNS yg telat dihukum!
"Suatu ketika, dia menghukum PNS yang malas dengan berjalan kaki keliling lapangan. Dia sendiri ikut jalan bersama PNS yang malas.
"Perjalanan hidup Marianus Sae, sungguh menarik. Dari anak yang putus sekolah, menjadi Bupati."
Gusti mengungkapkan, Bupati Ngada juga termasuk bupati yang rajin berkebun. Setiap hari Sabtu, Marianus Sae langsung turun ke kebun layaknya petani biasa. Dia mengatakan, sebagai bupati harus menunjukkan teladan. Mengajak rakyat ke Kebun, harus mulai dari teladan dari Bupati.
"Pernah ada kejadian, ketika berangkat ke kebun, Bupati lihat ada ibu yang lagi menyingkirkan pohon di dekat jalan, Ibu itu sendiri saja. Bupati Ngada turun dari mobilnya, ambil parang yang dibawa (kebiasaan laki-laki ngada ke kebun), lalu membantu Ibu tersebut.
Masih banyak lagi cerita tentang sepak terjang Bupati ngada yang melibas para birokrat yang malas. Program-program yg tidak efektif, dia sikat. "Saat pelantikan pejabat eselon, Bupati ngada sudah tetapkan target, tanda tangan bersama, jika tdk tercapai, dia copot pejabatnya.
"Perjalanan hidup Marianus Sae, sungguh menarik. Dari anak yang putus sekolah, menjadi Bupati
"Suatu ketika, ada pesta di Kupang, dekat rumah saya. Ternyata Bupati Ngada juga diundang. Beliau ada di Kupang dan menghadiri acara tersebut. Yang menarik, ketika duduk di tempat pesta, Bupati Ngada menolak duduk di deretan depan, dia memilih berbaur dengan undangan lainnya.
"Dan ini sering dia lakukan ketika menghadiri acara-acara non protokoler."
Advertisement
Sikap terhadap Maskapai
Menurut Gusti, soal sikap Bupati Ngada yang memerintah menutup bandara, tentu memetik perbedaan pendapat. Namun, teman-teman yang pernah mengalami arogansi maskapai di daerah pedalaman, tentu memahami peristiwa seperti ini
"Memajukan dan delay penerbangan perintis di daerah merupakan hal yang `lumrah`. Suka-suka maskapai saja."
"Terkait merpati, saya punya pengalaman, tahun lalu, ketika cancel di bandara Soa-Ngada, kami disuruh pulang begitu saja. Saya sempat bertengkar
"Mereka tanpa beban umumkan cancel, kemudian penumpang diminta datang keesokan harinya. Ini sering terjadi daerah".
"Sesekali maskapai perlu diberi pelajaran, di daerah selalu arogan. Bayangkan terhadap bupati mereka begitu apalagi terhadap rakyat," kata Gusti.
Seorang pemerhati sosial sosial Iman Brotoseno dalam akun Twitternya @Imanbr juga mengungkapkan pengalaman yang tidak profesional sebuah maskapai yang terbang dari bandara perintis.
"Tapi jujur sih M (sebuah maskapai) di daerah itu XXXXX banget. Berapa kali aku gagal terbang, karena seenaknya batalin jadwal. Suruh datang besok.
Terakhir, penerbangan ke Alor mendadak dimajukan sejam oleh M. Lha sementara kita masih di udara dari Bali. Akibatnya nginep di Kupang
M bisa mati begitu Garuda masuk ke daerah. Kita pegang tiket, belum tentu berangkat kok. Bahaya kalau connecting flight".
(Mel/Igw)