Selama berabad-abad para ilmuwan menguak misteri alam. Menguak mitos dengan penjelasan ilmiah. Namun, sejumlah fenomena masih jadi tanda tanya besar bahkan untuk para ahli dengan kecerdasan di atas rata-rata orang awam.
Dari cahaya aneh yang muncul di langit setelah gempa bumi, batuan yang menggelinding sendiri, dan berbagai kejadian alami di seluruh dunia yang belum diketahui makna dan tujuannya.
Hayley Birch dari Science Uncovered, yang dilansir Daily Mail 23 Desember 2013, mengkompilasikan daftar 10 peristiwa alam yang paling aneh, samar dan luar biasa dari seluruh dunia.
1. Cahaya Gempa Misterius
Dari sisi misteri, kontroversi, dan skala epik, tak ada yang mengalahkan cahaya gempa -- yang muncul sebelum, pada saat atau setelah terjadinya lindu. Apa penyebabnya? Apakah fenomena itu nyata?
Fisikawan Italia, Cristiano Ferugia mendata laporan kemunculan cahaya gempa bahkan dari masa 2000 Sebelum Masehi. Sejauh ini para ilmuwan bumi masih skeptis tentang fenomena aneh itu.
Namun, pada tahun 1966, bukti kuat muncul, dalam bentuk foto dari peristiwa gempa Matsushiro di Nagano, Jepang.
Cahaya dilaporkan muncul saat gempa terjadi kala itu, meskipun ada laporan sinaran itu muncul sebelum atau sesudah bumi berguncang. Bentuknya disebut mirip dengan aurora, dengan putih rona kebiruan. Kadang-kadang, cahaya itu dilaporkan memiliki spektrum warna yang lebih luas. Bisa berlangsung selama beberapa detik, sampai puluhan menit.
Fenomena serupa terlihat saat fenomena gempa Peru, gempa 2009 di L'Aquila, Italia. Kemudian pada 2010 saat gempa bumi Chile.
Teori pun bermunculan, ada yang menduganya akibat panas yang disebabkan oleh gesekan, gas radon, atau piezoelektrik - muatan listrik terakumulasi dalam batuan kuarsa saat lempeng tektonik bergerak.
Pada 2003, fisikawan NASA, Dr Friedemann Freund mengadakan eksperimen laboratorium yang menunjukkan, cahaya gempa disebabkan aktivitas elektrik di batuan.
Dia mengatakan, gelombang kejut gempa bisa mengubah sifat listrik dari silikon dan oksigen yang mengandung mineral, yang memungkinkan mereka untuk mengirimkan arus dan memancarkan cahaya.
Namun, Profesor David Brumbaugh, dari Arizona Earthquake Information Center di Flagstaff, Arizona mengatakan, teori tersebut baru bisa dianggap sebagai 'kemungkinan penjelasan'. Belum sahih. "Meski teori Freund amat menjanjikan, jawabannya mungkin lebih rumit dari itu,: kata dia.
2. Garis Nazca
Meliputi area padang pasir 450 kilometer persegi, garis-garis Nazca adalah karya seni kuno yang terpampang di dataran Peru. Terdapat ratusan gambar, dari yang sederhana sampai yang rumit, seperti gambar burung, laba-laba, monyet, ikan, ikan hiu, llama, dan kadal.
Rangkaian geoglif ini diperkirakan dibuat oleh kebudayaan Nazca selama periode 1.000 tahun antara 500 SM dan 500 Masehi , tapi tidak ada yang tahu mengapa dan untuk apa.
Meski menyandang status Warisan Dunia, pemerintah Peru mengalami kesulitan melindungi garis-garis itu dari penghuni liar -- yang bahkan beternak babi di antara situs kuno itu.
Sementara itu, para arkeolog mencoba untuk mempelajari garis-garis itu sebelum ia binasa. Sejumlah klaim awal menyebut, desain garis Nazca adalah bagian dari penanggalan astronomi -- klaim itu dibantah. Sejak tahun 1997 para peneliti yang menjadi bagian dari kolaborasi tim Peru - Jerman telah mengalihkan perhatian mereka ke sejarah dan budaya dari orang-orang yang menciptakan garis-garis itu -- bagaimana mereka hidup dan apa terjadi pada mereka.
Sementara, pada 2012 lalu, Yamagata University di Jepang mengumumkan pembukaan pusat riset di situs tersebut, sebagai bagian dari proyek 15 tahun untuk mempelajari lebih dari 1.000 gambar kuno itu.
Baca juga: Arkeolog Temukan Ular dan Anjing `Penjaga Gerbang Neraka`
3. Navigasi Canggih Kupu-kupu Monarch
Kupu-kupu Monarch (Danaus plexippus) punya sistem navigasi yang luar iasa. Mereka mampu menemukan jalan, ribuan mil jauhnya, ke pegunungan tertentu.
Setiap tahun jutaan kupu-kupu bermigrasi 2.000 mil jauhnya ke selatan, di musim dingin. Selama bertahun-tahun, tidak ada yang tahu ke mana tujuan mereka.
Lalu, pada tahun 1950-an, Norah Urquhart dan suaminya, Fred, yang sama-sama ahli zoologi mulai menandai dan melacak gerak makhluk bersayap indah itu. Pada 1976, berkat informasi dari seorang penebang kayu, mereka mendaki ke 'Gunung Kupu-kupu' atau ‘Mountain of Butterflies’. Dan fakta mengejutkan didapat. Hampir semua kupu-kupu monarch di Amerika Utara berada di hutan pegunungan di Meksiko.
Dan cerita belum berakhir. Meski mengetahui monarch menargetkan hanya 12 dari 15 pegunungan di Meksiko, belum diketahui bagaimana mereka bisa mencapai lokasi tersebut.
Studi menunjukkan, mereka menggunakan posisi Matahari untuk terbang ke selatan. Namun, Matahari hanya memberi petunjuk arah umum. Lantas, apa yang membuat mereka mengarah ke Pegunungan Michoacan?
"Mereka mungkin memiliki tengara," kata Profesor Steven Reppert, ahli monarch di University of Massachusetts. "Namun bagaimana mereka bisa bersarang di lokasi tertentu masih misterius."
Tengara seperti Teluk Meksiko tidak bisa memberikan informasi yang cukup untuk memandu arah kupu-kupu. Pasti mereka menggunakan sistem navigasi jarak pendek lainnya.
Teori lain, mungkin geomagnetik yang mengarahkan mereka. Meski itu belum terbukti secara ilmiah.
Baru-baru ini para ilmuwan meneliti perangkat genetik untuk menyelidiki rincian sistem navigasi mereka. Lalu, perangkat gen itu akan dilemahkan untuk mengetahui bagaimana dampaknya pada sensitifitas arah seekor kupu-kupu.
4. Petir Bola
Nikola Tesla, fisikawan yang menemukan arus listrik AC diduga menciptakan petir bola di laboratoriumnya. Pada 1904, Telsa menulis bahwa dia tidak pernah melihat petir bola, namun berhasil menentukan formasi dan menciptakannya secara artifisial.
Tentu saja, itu klaim yang mengejutkan. Apalagi dikaitkan dengan fakta bahwa ilmuwan modern telah berjuang untuk mereproduksi petir bola.
Terlebih lagi , banyak orang di komunitas ilmiah tetap skeptis tentang keberadaan bola petir. Namun, sejumlah laporan saksi mata mengaku menyaksikan petir bola alami sejak era Yunani kuno.
Petir bola adalah fenomena listrik atmosfer hipotetis yang sedikit diketahui. Istilah ini mengacu pada laporan tentang cahaya, objek biasanya berbentuk bola yang bervariasi dan berukuran beberapa meter dalam diameter. Hal ini biasanya berhubungan dengan badai, tetapi berlangsung lebih lama dari kilat.
Ada juga laporan dari bola petir melewati kaca jendela dan turun ke cerobong asap.
Pada Agustus 2013 , para peneliti di Akademi Angkatan Udara AS di Colorado membuat dan memfoto bola plasmoid putih terang di laboratorium mereka. Bola yang dihasilkan dari percikan listrik berdaya, dibantu elektroda yang sebagian terendam dalam larutan elektrolit .
Namun, para peneliti tidak bisa memastikan apakah mereka telah menciptakan petir bola. Mereka hanya menyebut bola cahaya itu sebagai 'ball-lightning-like atmospheric pressure plasmoids'.
Baca juga: Misteri Penampakan `Cahaya Hantu` di Jalan Desa Missouri
5. Batu Berjalan di Death Valley
Sebuah tempat dengan nama yang berasosiasi dengan kematian: Death Valley atau "Lembah Kematian" di California, Amerika Serikat, di mana batuan meluncur dengan sendirinya, bahkan yang berbobot sampai 317 kilogram.
Jejak-jejaknya terlihat jelas tergores di datarannya yang kering kerontang, tanpa kehidupan, di tanah yang retak, memanjang hingga 182 meter. Meski tak ada yang pernah melihat batu itu bergerak.
Kekuatan "magis" di balik batu bergerak ini telah menjadi misteri bagi para ilmuwan sejak hampir seabad lalu. Lokasi di mana fenomena itu terjadi, Racetrack Playa, terus menjadi daya tarik dan obyek penelitian.
Salah satunya, ilmuwan yang berafiliasi dengan NASA, Doktor Ralph Lorenz yakin, batu-batu itu terbungkus lapisan es selama musim dingin. Lalu, ketika tanah di danau yang mengering menjadi becek, es itu memungkinkan batuan "meluncur" di atas lumpur. Di bantu terpaan angin gurun. Jejak luncuran itu lalu mengering di musim panas.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Smithsonian, ia menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan sejak tahun 2009 sebagai berikut: "Pada dasarnya lempengan es terbentuk di sekitar batu. Perubahan titik cair membuat batuan meluncur di atas lumpur," demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (17/6/2013).
Namun, belum ada satupun ilmuwan yang bisa merekam data gerakan fisik batuan di Death Valley. Bahkan diyakini, belum ada seorang pun yang pernah melihat gerakannya.
Baca selengkapnya: Ilmuwan NASA Ungkap Misteri Batu Berjalan di `Lembah Kematian`
6. The Hum, Dengungan Misterius
'The Hum' adalah isteilah yang diberikan untuk suara menjengkelkan berfrekuensi rendah yang mengganggu penduduk lokal, dari Bristol ke Bondi. Meski tak semua bisa mendengarnya.
Tahun lalu, warga Beaufort, County Kerry, Irlandia, memohon dewan lokal untuk mengatasi suara dengungan yang terus menerus 'meneror' sejak bulan April 2012.
Seorang warga mengatakan kepada Irish Examiner, " Tidak semua orang di mendengar suaranya, tapi, hanya karena mereka tidak bisa mendengar bukan berarti itu tidak ada."
Dewan lokal sudah mematikan pompa air diduga jadi penyebab. Namun, tak ada pengaruhnya.
Baru-baru ini, para ilmuwan mengajukan hipotesis: tersangkanya adalah ikan. Bukan hewan air biasa, melainkan Ikan Midshipman yang sedang butuh berhubungan seks di sebuah muara di dekat kawasan terdampak.
Menurut para ilmuwan, Midshipman jantan mengeluarkan dengung khas agar para betina tahu bahwa mereka sedang birahi dan mencari pasangan.
Ikan jantan mampu mengeluarkan dengungan selama berjam-jam. Suaranya makin keras jika ada kompetitor sesama jantan yang juga sedang mencari pasangan. Para pejantan saling bersaing mengeluarkan suara.
Mengapa efeknya bisa sangat mengganggu? Ini hebatnya! Para ilmuwan mengatakan, diduga kuat suara dari ikan itu terpantul dari bangunan dan juga kapal.
Baca selengkapnya: Dengung Misterius yang `Hantui` Warga Diduga Ikan Sedang Birahi
7. Cicadas: 17 Tahun Sembunyi, Kawin, Lalu Mati
Cicada atau tonggeret. Serangga ini memiliki fase metamorfosa yang menakjubkan, karena selama 17 tahun ia hidup dalam fase larva, sebelum akhirnya dalam 3 hari menjadi serangga dewasa dan segera memasuki fase repoduksi. Beberapa minggu setelah kawin, ia mati.
Saat mati, cicada meninggalkan larva mereka ke dalam tanah untuk memulai siklus itu lagi.
Pertanyaannya adalah : bagaimana mereka melakukannya?
Di awal musim panas 2013, gerombolan jutaan cicada muncul di utara Carolina dan New England. Suara yang dihasilkan mereka lebih bising dari suara kereta yang berada di jalur bawah tanah. Padahal mereka tak muncul sejak 1996 lalu, 17 tahun lalu.
Di wilayah lain, cicada muncul 13 tahun sekali. Ada kaitan menarik antara angka 13 dan 17: keduanya bilangan prima.
Fakta itu membuat para ilmuwan berspekulasi bahwa siklus hidup serangga itu adalah hasil evolusi, cara untuk menghindari predator mereka. Namun, tak jelas bagaimana mereka mengaturnya.
Meski, kemunculan mereka secara bersamaan bak 'durian runtuh' bagi para hewan pemakan serangga.
8. Hujan Kodok
Pada bulan Januari1917, ahli biologi Waldo McAtee mempresentasikan makalah ke Biological Society of Washington. Topiknya soal hujan, tapi bukan air atau salju, melainkan organisme hidup.
Apa yang terpampang dalam makalah bak magis. Ada hujan jerami, semut, sampai kodok. Dalam laporan 8 halamannya, ia juga memasukkan sejumlah klaim seperti hujan larva salamander Minnesota, dan ikan haring di Inggris .
Namun, ini fakta, kodok memang menghujani Odzaci di Serbia pada 2005, ada hujan ikan di kawasan tandus Lajamanu, Australia pada 2010. Juga hujan kodok kecil di Nanao dan Hakusan di Jepang pada tahun 2009. Awalnya diduga itu ulah burung.
Para ilmuwan skeptis tentang hujan hewan itu. Namun, ada satu penjelasan sederhana oleh fisikawan Prancis di abad ke-19: bahwa angin kencang mengangkat dan lalu menjatuhkan hewan-hewan kecil itu.
Sebuah teori yang sedikit lebih kompleks melibatkan 'puting beliung' -- sebuah tornado yang melintasi kolam atau danau, mengisap hewan-hewan air. Ikan-ikan bisa ditarik oleh pusaran dan dijatuhkan di manapun beliung kehabisan daya.
Belum ada penjelasan ilmiah yang mengkonfirmasi hal itu .
9. Bola Batu Kosta Rika
Batu bulat atau bola batu dari Kosta Rika adalah sekelompok batu berbentuk bulat sempurna yang berjumlah lebih dari tiga ratus buah. Ditemukan di delta Diquis, Isla del Cano. Penduduk setempat menyebutnya Las Bolas, dan juga disebut Bola Diquis. Benda tersebut merupakan hasil karya kebudayaan Isthmo-Kolombia yang terkenal.
Mengapa orang-orang dari masa pra -penjajahan Spanyol di Kosta Rika memutuskan untuk mengukir ratusan bola raksasa dari batu, masih jadi misteri sampai hari ini.
Batu-batu tersebut ditemukan pada 1930-an saat United Fruit Company sedang membabat hutan untuk lahan perkebunan pisang. Para pekerja mendorong batu-batu tersebut dengan buldoser dan alat berat lainnya, sehingga merusak beberapa di antaranya.
Selain itu, karena terinspirasi oleh kisah adanya emas yang tersembunyi, para pekerja mulai mengebor batu-batu tersebut dan meledakkannya dengan beberapa batang dinamit.
Salah satu faktor misteri adalah tak ada catatan tertulis tentang budaya orang-orang yang menciptakan mereka.
Salah satu penyelidikan pertama bola batu itu diterbitkan pada tahun 1943 oleh arkeolog Doris Stone, yang memetakan distribusi mereka.
Beberapa mitos beredar seputar batu tersebut, misalnya konon mereka datang dari Atlantis -- kota yang hilang, atau mereka terbentuk secara alami oleh alam. Bola batu itu dibentuk dari gabbro, batuan berserat kuarsa seperti basalt.
Legenda setempat juga menyatakan bahwa pribumi di sana memiliki obat yang mampu melunakkan bebatuan.
Antropolog University of Kansas Profesor John Hoopes telah menolak sebagian besar spekulasi soal batu itu - khususnya yang menyangkut kota yang hilang Atlantis atau bahkan ada kaitan dengan pesawat luar angkasa.
Tahun 2010, John Hoopes, mengunjungi situs batu bulat tersebut untuk mengevaluasi kelayakan mereka untuk dilindungi sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Keputusan belum dibuat .
10. Fosil Aneh
Teori evolusi muncul di abad ke-19, setelahnya para ilmuwan telah dihadapkan dengan beberapa penemuan mengejutkan yang tampaknya menentang teori yang dicetuskan Charles Darwin itu.
Mungkin yang paling membingungkan adalah fosil -- khususnya fosil manusia -- yang 'salah tempat'.
Salah satu yang paling terkenal adalah fosil Manusia Piltdown (Eoanthropus dawsoni) yang digali di sebuah dusun di Sussex, Inggris.
Pada tahun 1911 , arkeolog amatir Charles Dawson menyatukan fragmen yang diklaim berusia 500 ribu tahun, yang dijuluki Piltdown Man.
Awalnya, penemuan ini dianggap oleh para palentologis Inggris sebagai suatu kunci pembukti hubungan antara kera dengan manusia, karena adanya kranium (bagian tulang yang membungkus otak) yang mirip milik manusia dan rahang berbentuk seperti rahang kera. Dianggap 'missing link' antara manusia dan kera.
Tetapi pada tahun 1953 , terkuak, Piltdown Man kebohongan semata. Tipuan yang terjadi selama lebih dari 40 tahun.
Setelah melalui tes penyerapan florin pada 1949 dan penanggalan ulang usia tanah di Piltdown, Manusia Piltdown akhirnya dinyatakan sebagai sebuah penipuan pada tanggal 21 November 1953.
Manusia Piltdown ternyata merupakan (secara harafiah) setengah-kera, setengah-manusia: ia terdiri dari tengkorak manusia zaman pertengahan, rahang bagian bawahnya ditempel bagian seekor orangutan dari Sarawak (Malaysia) dan fosil giginya dari simpanse. Umurnya pun disamarkan dengan menodai tulang-tulangnya dengan larutan besi dan asam kromat. (Ein)
Dari cahaya aneh yang muncul di langit setelah gempa bumi, batuan yang menggelinding sendiri, dan berbagai kejadian alami di seluruh dunia yang belum diketahui makna dan tujuannya.
Hayley Birch dari Science Uncovered, yang dilansir Daily Mail 23 Desember 2013, mengkompilasikan daftar 10 peristiwa alam yang paling aneh, samar dan luar biasa dari seluruh dunia.
1. Cahaya Gempa Misterius
Dari sisi misteri, kontroversi, dan skala epik, tak ada yang mengalahkan cahaya gempa -- yang muncul sebelum, pada saat atau setelah terjadinya lindu. Apa penyebabnya? Apakah fenomena itu nyata?
Fisikawan Italia, Cristiano Ferugia mendata laporan kemunculan cahaya gempa bahkan dari masa 2000 Sebelum Masehi. Sejauh ini para ilmuwan bumi masih skeptis tentang fenomena aneh itu.
Namun, pada tahun 1966, bukti kuat muncul, dalam bentuk foto dari peristiwa gempa Matsushiro di Nagano, Jepang.
Cahaya dilaporkan muncul saat gempa terjadi kala itu, meskipun ada laporan sinaran itu muncul sebelum atau sesudah bumi berguncang. Bentuknya disebut mirip dengan aurora, dengan putih rona kebiruan. Kadang-kadang, cahaya itu dilaporkan memiliki spektrum warna yang lebih luas. Bisa berlangsung selama beberapa detik, sampai puluhan menit.
Fenomena serupa terlihat saat fenomena gempa Peru, gempa 2009 di L'Aquila, Italia. Kemudian pada 2010 saat gempa bumi Chile.
Teori pun bermunculan, ada yang menduganya akibat panas yang disebabkan oleh gesekan, gas radon, atau piezoelektrik - muatan listrik terakumulasi dalam batuan kuarsa saat lempeng tektonik bergerak.
Pada 2003, fisikawan NASA, Dr Friedemann Freund mengadakan eksperimen laboratorium yang menunjukkan, cahaya gempa disebabkan aktivitas elektrik di batuan.
Dia mengatakan, gelombang kejut gempa bisa mengubah sifat listrik dari silikon dan oksigen yang mengandung mineral, yang memungkinkan mereka untuk mengirimkan arus dan memancarkan cahaya.
Namun, Profesor David Brumbaugh, dari Arizona Earthquake Information Center di Flagstaff, Arizona mengatakan, teori tersebut baru bisa dianggap sebagai 'kemungkinan penjelasan'. Belum sahih. "Meski teori Freund amat menjanjikan, jawabannya mungkin lebih rumit dari itu,: kata dia.
2. Garis Nazca
Meliputi area padang pasir 450 kilometer persegi, garis-garis Nazca adalah karya seni kuno yang terpampang di dataran Peru. Terdapat ratusan gambar, dari yang sederhana sampai yang rumit, seperti gambar burung, laba-laba, monyet, ikan, ikan hiu, llama, dan kadal.
Rangkaian geoglif ini diperkirakan dibuat oleh kebudayaan Nazca selama periode 1.000 tahun antara 500 SM dan 500 Masehi , tapi tidak ada yang tahu mengapa dan untuk apa.
Meski menyandang status Warisan Dunia, pemerintah Peru mengalami kesulitan melindungi garis-garis itu dari penghuni liar -- yang bahkan beternak babi di antara situs kuno itu.
Sementara itu, para arkeolog mencoba untuk mempelajari garis-garis itu sebelum ia binasa. Sejumlah klaim awal menyebut, desain garis Nazca adalah bagian dari penanggalan astronomi -- klaim itu dibantah. Sejak tahun 1997 para peneliti yang menjadi bagian dari kolaborasi tim Peru - Jerman telah mengalihkan perhatian mereka ke sejarah dan budaya dari orang-orang yang menciptakan garis-garis itu -- bagaimana mereka hidup dan apa terjadi pada mereka.
Sementara, pada 2012 lalu, Yamagata University di Jepang mengumumkan pembukaan pusat riset di situs tersebut, sebagai bagian dari proyek 15 tahun untuk mempelajari lebih dari 1.000 gambar kuno itu.
Baca juga: Arkeolog Temukan Ular dan Anjing `Penjaga Gerbang Neraka`
3. Navigasi Canggih Kupu-kupu Monarch
Kupu-kupu Monarch (Danaus plexippus) punya sistem navigasi yang luar iasa. Mereka mampu menemukan jalan, ribuan mil jauhnya, ke pegunungan tertentu.
Setiap tahun jutaan kupu-kupu bermigrasi 2.000 mil jauhnya ke selatan, di musim dingin. Selama bertahun-tahun, tidak ada yang tahu ke mana tujuan mereka.
Lalu, pada tahun 1950-an, Norah Urquhart dan suaminya, Fred, yang sama-sama ahli zoologi mulai menandai dan melacak gerak makhluk bersayap indah itu. Pada 1976, berkat informasi dari seorang penebang kayu, mereka mendaki ke 'Gunung Kupu-kupu' atau ‘Mountain of Butterflies’. Dan fakta mengejutkan didapat. Hampir semua kupu-kupu monarch di Amerika Utara berada di hutan pegunungan di Meksiko.
Dan cerita belum berakhir. Meski mengetahui monarch menargetkan hanya 12 dari 15 pegunungan di Meksiko, belum diketahui bagaimana mereka bisa mencapai lokasi tersebut.
Studi menunjukkan, mereka menggunakan posisi Matahari untuk terbang ke selatan. Namun, Matahari hanya memberi petunjuk arah umum. Lantas, apa yang membuat mereka mengarah ke Pegunungan Michoacan?
"Mereka mungkin memiliki tengara," kata Profesor Steven Reppert, ahli monarch di University of Massachusetts. "Namun bagaimana mereka bisa bersarang di lokasi tertentu masih misterius."
Tengara seperti Teluk Meksiko tidak bisa memberikan informasi yang cukup untuk memandu arah kupu-kupu. Pasti mereka menggunakan sistem navigasi jarak pendek lainnya.
Teori lain, mungkin geomagnetik yang mengarahkan mereka. Meski itu belum terbukti secara ilmiah.
Baru-baru ini para ilmuwan meneliti perangkat genetik untuk menyelidiki rincian sistem navigasi mereka. Lalu, perangkat gen itu akan dilemahkan untuk mengetahui bagaimana dampaknya pada sensitifitas arah seekor kupu-kupu.
4. Petir Bola
Nikola Tesla, fisikawan yang menemukan arus listrik AC diduga menciptakan petir bola di laboratoriumnya. Pada 1904, Telsa menulis bahwa dia tidak pernah melihat petir bola, namun berhasil menentukan formasi dan menciptakannya secara artifisial.
Tentu saja, itu klaim yang mengejutkan. Apalagi dikaitkan dengan fakta bahwa ilmuwan modern telah berjuang untuk mereproduksi petir bola.
Terlebih lagi , banyak orang di komunitas ilmiah tetap skeptis tentang keberadaan bola petir. Namun, sejumlah laporan saksi mata mengaku menyaksikan petir bola alami sejak era Yunani kuno.
Petir bola adalah fenomena listrik atmosfer hipotetis yang sedikit diketahui. Istilah ini mengacu pada laporan tentang cahaya, objek biasanya berbentuk bola yang bervariasi dan berukuran beberapa meter dalam diameter. Hal ini biasanya berhubungan dengan badai, tetapi berlangsung lebih lama dari kilat.
Ada juga laporan dari bola petir melewati kaca jendela dan turun ke cerobong asap.
Pada Agustus 2013 , para peneliti di Akademi Angkatan Udara AS di Colorado membuat dan memfoto bola plasmoid putih terang di laboratorium mereka. Bola yang dihasilkan dari percikan listrik berdaya, dibantu elektroda yang sebagian terendam dalam larutan elektrolit .
Namun, para peneliti tidak bisa memastikan apakah mereka telah menciptakan petir bola. Mereka hanya menyebut bola cahaya itu sebagai 'ball-lightning-like atmospheric pressure plasmoids'.
Baca juga: Misteri Penampakan `Cahaya Hantu` di Jalan Desa Missouri
5. Batu Berjalan di Death Valley
Sebuah tempat dengan nama yang berasosiasi dengan kematian: Death Valley atau "Lembah Kematian" di California, Amerika Serikat, di mana batuan meluncur dengan sendirinya, bahkan yang berbobot sampai 317 kilogram.
Jejak-jejaknya terlihat jelas tergores di datarannya yang kering kerontang, tanpa kehidupan, di tanah yang retak, memanjang hingga 182 meter. Meski tak ada yang pernah melihat batu itu bergerak.
Kekuatan "magis" di balik batu bergerak ini telah menjadi misteri bagi para ilmuwan sejak hampir seabad lalu. Lokasi di mana fenomena itu terjadi, Racetrack Playa, terus menjadi daya tarik dan obyek penelitian.
Salah satunya, ilmuwan yang berafiliasi dengan NASA, Doktor Ralph Lorenz yakin, batu-batu itu terbungkus lapisan es selama musim dingin. Lalu, ketika tanah di danau yang mengering menjadi becek, es itu memungkinkan batuan "meluncur" di atas lumpur. Di bantu terpaan angin gurun. Jejak luncuran itu lalu mengering di musim panas.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Smithsonian, ia menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan sejak tahun 2009 sebagai berikut: "Pada dasarnya lempengan es terbentuk di sekitar batu. Perubahan titik cair membuat batuan meluncur di atas lumpur," demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (17/6/2013).
Namun, belum ada satupun ilmuwan yang bisa merekam data gerakan fisik batuan di Death Valley. Bahkan diyakini, belum ada seorang pun yang pernah melihat gerakannya.
Baca selengkapnya: Ilmuwan NASA Ungkap Misteri Batu Berjalan di `Lembah Kematian`
6. The Hum, Dengungan Misterius
'The Hum' adalah isteilah yang diberikan untuk suara menjengkelkan berfrekuensi rendah yang mengganggu penduduk lokal, dari Bristol ke Bondi. Meski tak semua bisa mendengarnya.
Tahun lalu, warga Beaufort, County Kerry, Irlandia, memohon dewan lokal untuk mengatasi suara dengungan yang terus menerus 'meneror' sejak bulan April 2012.
Seorang warga mengatakan kepada Irish Examiner, " Tidak semua orang di mendengar suaranya, tapi, hanya karena mereka tidak bisa mendengar bukan berarti itu tidak ada."
Dewan lokal sudah mematikan pompa air diduga jadi penyebab. Namun, tak ada pengaruhnya.
Baru-baru ini, para ilmuwan mengajukan hipotesis: tersangkanya adalah ikan. Bukan hewan air biasa, melainkan Ikan Midshipman yang sedang butuh berhubungan seks di sebuah muara di dekat kawasan terdampak.
Menurut para ilmuwan, Midshipman jantan mengeluarkan dengung khas agar para betina tahu bahwa mereka sedang birahi dan mencari pasangan.
Ikan jantan mampu mengeluarkan dengungan selama berjam-jam. Suaranya makin keras jika ada kompetitor sesama jantan yang juga sedang mencari pasangan. Para pejantan saling bersaing mengeluarkan suara.
Mengapa efeknya bisa sangat mengganggu? Ini hebatnya! Para ilmuwan mengatakan, diduga kuat suara dari ikan itu terpantul dari bangunan dan juga kapal.
Baca selengkapnya: Dengung Misterius yang `Hantui` Warga Diduga Ikan Sedang Birahi
7. Cicadas: 17 Tahun Sembunyi, Kawin, Lalu Mati
Cicada atau tonggeret. Serangga ini memiliki fase metamorfosa yang menakjubkan, karena selama 17 tahun ia hidup dalam fase larva, sebelum akhirnya dalam 3 hari menjadi serangga dewasa dan segera memasuki fase repoduksi. Beberapa minggu setelah kawin, ia mati.
Saat mati, cicada meninggalkan larva mereka ke dalam tanah untuk memulai siklus itu lagi.
Pertanyaannya adalah : bagaimana mereka melakukannya?
Di awal musim panas 2013, gerombolan jutaan cicada muncul di utara Carolina dan New England. Suara yang dihasilkan mereka lebih bising dari suara kereta yang berada di jalur bawah tanah. Padahal mereka tak muncul sejak 1996 lalu, 17 tahun lalu.
Di wilayah lain, cicada muncul 13 tahun sekali. Ada kaitan menarik antara angka 13 dan 17: keduanya bilangan prima.
Fakta itu membuat para ilmuwan berspekulasi bahwa siklus hidup serangga itu adalah hasil evolusi, cara untuk menghindari predator mereka. Namun, tak jelas bagaimana mereka mengaturnya.
Meski, kemunculan mereka secara bersamaan bak 'durian runtuh' bagi para hewan pemakan serangga.
8. Hujan Kodok
Pada bulan Januari1917, ahli biologi Waldo McAtee mempresentasikan makalah ke Biological Society of Washington. Topiknya soal hujan, tapi bukan air atau salju, melainkan organisme hidup.
Apa yang terpampang dalam makalah bak magis. Ada hujan jerami, semut, sampai kodok. Dalam laporan 8 halamannya, ia juga memasukkan sejumlah klaim seperti hujan larva salamander Minnesota, dan ikan haring di Inggris .
Namun, ini fakta, kodok memang menghujani Odzaci di Serbia pada 2005, ada hujan ikan di kawasan tandus Lajamanu, Australia pada 2010. Juga hujan kodok kecil di Nanao dan Hakusan di Jepang pada tahun 2009. Awalnya diduga itu ulah burung.
Para ilmuwan skeptis tentang hujan hewan itu. Namun, ada satu penjelasan sederhana oleh fisikawan Prancis di abad ke-19: bahwa angin kencang mengangkat dan lalu menjatuhkan hewan-hewan kecil itu.
Sebuah teori yang sedikit lebih kompleks melibatkan 'puting beliung' -- sebuah tornado yang melintasi kolam atau danau, mengisap hewan-hewan air. Ikan-ikan bisa ditarik oleh pusaran dan dijatuhkan di manapun beliung kehabisan daya.
Belum ada penjelasan ilmiah yang mengkonfirmasi hal itu .
9. Bola Batu Kosta Rika
Batu bulat atau bola batu dari Kosta Rika adalah sekelompok batu berbentuk bulat sempurna yang berjumlah lebih dari tiga ratus buah. Ditemukan di delta Diquis, Isla del Cano. Penduduk setempat menyebutnya Las Bolas, dan juga disebut Bola Diquis. Benda tersebut merupakan hasil karya kebudayaan Isthmo-Kolombia yang terkenal.
Mengapa orang-orang dari masa pra -penjajahan Spanyol di Kosta Rika memutuskan untuk mengukir ratusan bola raksasa dari batu, masih jadi misteri sampai hari ini.
Batu-batu tersebut ditemukan pada 1930-an saat United Fruit Company sedang membabat hutan untuk lahan perkebunan pisang. Para pekerja mendorong batu-batu tersebut dengan buldoser dan alat berat lainnya, sehingga merusak beberapa di antaranya.
Selain itu, karena terinspirasi oleh kisah adanya emas yang tersembunyi, para pekerja mulai mengebor batu-batu tersebut dan meledakkannya dengan beberapa batang dinamit.
Salah satu faktor misteri adalah tak ada catatan tertulis tentang budaya orang-orang yang menciptakan mereka.
Salah satu penyelidikan pertama bola batu itu diterbitkan pada tahun 1943 oleh arkeolog Doris Stone, yang memetakan distribusi mereka.
Beberapa mitos beredar seputar batu tersebut, misalnya konon mereka datang dari Atlantis -- kota yang hilang, atau mereka terbentuk secara alami oleh alam. Bola batu itu dibentuk dari gabbro, batuan berserat kuarsa seperti basalt.
Legenda setempat juga menyatakan bahwa pribumi di sana memiliki obat yang mampu melunakkan bebatuan.
Antropolog University of Kansas Profesor John Hoopes telah menolak sebagian besar spekulasi soal batu itu - khususnya yang menyangkut kota yang hilang Atlantis atau bahkan ada kaitan dengan pesawat luar angkasa.
Tahun 2010, John Hoopes, mengunjungi situs batu bulat tersebut untuk mengevaluasi kelayakan mereka untuk dilindungi sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Keputusan belum dibuat .
10. Fosil Aneh
Teori evolusi muncul di abad ke-19, setelahnya para ilmuwan telah dihadapkan dengan beberapa penemuan mengejutkan yang tampaknya menentang teori yang dicetuskan Charles Darwin itu.
Mungkin yang paling membingungkan adalah fosil -- khususnya fosil manusia -- yang 'salah tempat'.
Salah satu yang paling terkenal adalah fosil Manusia Piltdown (Eoanthropus dawsoni) yang digali di sebuah dusun di Sussex, Inggris.
Pada tahun 1911 , arkeolog amatir Charles Dawson menyatukan fragmen yang diklaim berusia 500 ribu tahun, yang dijuluki Piltdown Man.
Awalnya, penemuan ini dianggap oleh para palentologis Inggris sebagai suatu kunci pembukti hubungan antara kera dengan manusia, karena adanya kranium (bagian tulang yang membungkus otak) yang mirip milik manusia dan rahang berbentuk seperti rahang kera. Dianggap 'missing link' antara manusia dan kera.
Tetapi pada tahun 1953 , terkuak, Piltdown Man kebohongan semata. Tipuan yang terjadi selama lebih dari 40 tahun.
Setelah melalui tes penyerapan florin pada 1949 dan penanggalan ulang usia tanah di Piltdown, Manusia Piltdown akhirnya dinyatakan sebagai sebuah penipuan pada tanggal 21 November 1953.
Manusia Piltdown ternyata merupakan (secara harafiah) setengah-kera, setengah-manusia: ia terdiri dari tengkorak manusia zaman pertengahan, rahang bagian bawahnya ditempel bagian seekor orangutan dari Sarawak (Malaysia) dan fosil giginya dari simpanse. Umurnya pun disamarkan dengan menodai tulang-tulangnya dengan larutan besi dan asam kromat. (Ein)