Liputan6.com, Tokyo: Sejumlah pasar bursa internasional anjlok akibat harga minyak dunia naik, sehingga memicu kekhawatiran timbulnya inflasi. Saat ini, harga minyak mentah di Amerika Serikat mencapai US$ 41,75 per barel. Kondisi ini diperparah dengan kecenderungan naiknya tingkat suku bunga dunia. Akibat lain yang muncul, indeks sejumlah bursa saham internasional rontok.
Bursa Nikkei Tokyo, Jepang, ditutup pada 10.500,05 poin atau melemah 3,18 persen. Angka ini merupakan level terendah sejak 12 Februari silam. Padahal pada awal bulan ini, ancaman teroris belum memulihkan kesehatan bursa saham di Negeri Matahari Terbit [baca: Ancaman Bom di Jepang Mengguncang Pasar Saham].
Bursa Tokyo bukanlah satu-satunya yang melorot. Pasar bursa di Hongkong juga terpuruk. Parahnya, saham-saham perusahaan di Cina pun ikut menyusul. Indeks harga saham di bursa saham Hang Seng Cina jatuh hingga hampir dua persen. Adalah Yanzhou Coal, Sinopec Group, dan Perusahaan Minyak Petrochina, yang terkena Imbas dari naiknya harga minyak AS.
Kondisi ini diperparah kebijakan perekonomian Cina. Tindakan keras yang diambil Negeri Tirai Bambu untuk meredam gejolak perekonomian membawa sejumlah kekhawatiran investor dalam negeri. Sejumlah saham properti dan minyak juga merosot. Menurut para pemodal, ini diakibatkan aktivitas sektor properti perkotaan yang berkurang setelah adanya aksi beli besar-besaran dalam enam bulan terakhir. Akhir April silam, saham sejumlah perusahaan besar Cina di Hongkong juga terpuruk [baca: Saham Perusahaan Cina di Hongkong Rontok ].
Bursa saham Korea Selatan pun mengalami nasib serupa. Lebih lima persen indeks bursa anjlok. Indeks harga saham gabungan Korsel ditutup 5,14 persen pada 728,98 poin. Ini merupakan persentase tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.(OZI/Yoh)
Bursa Nikkei Tokyo, Jepang, ditutup pada 10.500,05 poin atau melemah 3,18 persen. Angka ini merupakan level terendah sejak 12 Februari silam. Padahal pada awal bulan ini, ancaman teroris belum memulihkan kesehatan bursa saham di Negeri Matahari Terbit [baca: Ancaman Bom di Jepang Mengguncang Pasar Saham].
Bursa Tokyo bukanlah satu-satunya yang melorot. Pasar bursa di Hongkong juga terpuruk. Parahnya, saham-saham perusahaan di Cina pun ikut menyusul. Indeks harga saham di bursa saham Hang Seng Cina jatuh hingga hampir dua persen. Adalah Yanzhou Coal, Sinopec Group, dan Perusahaan Minyak Petrochina, yang terkena Imbas dari naiknya harga minyak AS.
Kondisi ini diperparah kebijakan perekonomian Cina. Tindakan keras yang diambil Negeri Tirai Bambu untuk meredam gejolak perekonomian membawa sejumlah kekhawatiran investor dalam negeri. Sejumlah saham properti dan minyak juga merosot. Menurut para pemodal, ini diakibatkan aktivitas sektor properti perkotaan yang berkurang setelah adanya aksi beli besar-besaran dalam enam bulan terakhir. Akhir April silam, saham sejumlah perusahaan besar Cina di Hongkong juga terpuruk [baca: Saham Perusahaan Cina di Hongkong Rontok ].
Bursa saham Korea Selatan pun mengalami nasib serupa. Lebih lima persen indeks bursa anjlok. Indeks harga saham gabungan Korsel ditutup 5,14 persen pada 728,98 poin. Ini merupakan persentase tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.(OZI/Yoh)