Rupiah dan Rupee Masih Bergejolak pada 2014

Pergerakan mata uang negara-negara Asia menjadi sorotan setelah bank sentral AS akan mengurangi dana stimulus pada Januari 2014.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 27 Des 2013, 14:01 WIB
Pergerakan mata uang negara-negara Asia saat ini tengah menjadi sorotan mengingat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan mulai menarik dana stimulusnya pada Januari 2014.

Namun 18 analis global yang disurvei Bloomberg memiliki prediksinya sendiri terhadap fluktuasi mata uang di kawasan Asia. Seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (27/12/2013), rupiah dan dolar Taiwan diprediksi memimpin pemulihan mata uang negara-negara Asia tahun depan seiring dengan berakhirnya rasa cemas yang berasal dari tapering The Fed.

Hasil survei Bloomberg, mata uang rupiah diprediksi menguat 1,7% tahun depan setelah melemah 20% sepanjang 2013. Sementara dolar Taiwan akan menguat 2,4% pada akhir 2014. Won diperkirakan menguat 1,8%, yuan China juga naik 1,4%. serta baht Thailand yang akan meningkat 1,4% pada periode yang sama.

Perusahaan jasa finansial dan perbankan global Deutsche Bank AG mengatakan, Asia akan memberikan tawaran keuntungan dalam jumlah besar pada 2014.

Sementara itu, pakar strategi pasar Societe Generale SA, Benoit Anne mengungkapkan, keputusan The Fed justru akan menguntungkan negara-negara di Asia.

"Kami tak melihat adanya gangguan berarti dari pernyataan The Fed pekan lalu, belum ada penurunan signifikan di pasar keuangan," terangnya.

Sementara itu, perusahaan pengelola dana investasi terbesar di dunia Pasific Investment Management Co., (PIMCO) dan Deutshe Bank mengatakan, Asia akan menerima banyak dorongan dari negara-negara maju tahun depan.

"Negara-negara berkembang tengah bertambah matang saat ini. Asia masih menjadi tempat terbaik (untuk berinvestasi)," ungkap analis Deutsche Bank Drausio Giacomelli.

Menurut perusahaan pedagang valuta asing terbesar di dunia tersebut, rupiah yang saat  ini menderita pelemahan terparah di antara negara Asia lainnya akan menguat ke level 12.000 pada akhir 2014. Hingga sekarang, rupiah masih berada di level 12.200.

Yuan dan China juga diprediksi menguat dalam beberapa bulan terakhir. Menurut pakar strategi negara berkembang UBS AG, Manik Narain, ringgit Malaysia juga akan mengalami penguatan.

Namun kehawatiran pelemahan mata uang masih merudung rupee yang jatuh ke level terparah pada Agustus. Rupee diprediksi melemah ke level 62 dari 61,98 saat ini. Tak hanya rupee, dalam survei berbeda, Narain juga mengkhawatirkan adanya kemungkinan pelemahan pada mata uang rupiah.

"Kami masih mengkhawatirkan mata uang India dan Indonesia," ungkap ahli strategi pasar dari perusahaan yang berbasis di London tersebut.

Memang, menurut Deutche Bank, hanya akan ada dua negara di Asia yang mengalami defisit transaksi berjalan pada 2014, yaitu Indonesia dan India. (Sis/Ahm)

Baca Juga:

IMF: Ekonomi AS akan Menguat pada 2014

Rupiah Bakal Jinak pada Tahun Politik

Tapering Fed Bertahap, AS Dengarkan Aspirasi Negara Berkembang

The Fed Tarik Stimulus, Rupiah Jadi Mata Uang Paling Berisiko






POPULER

Berita Terkini Selengkapnya