Rupiah menunjukkan kemorosotan tahunan terbesarnya sejak 2000 akibat angka defisit transaksi berjalan nasional yang menembus level tertingginya. Sepanjang 2013, rupiah tercatat merosot hingga 21%.
Selain itu, rupiah juga menerima hantaman dari persiapan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mengurangi dana stimulusnya tahun depan yang mendorong aliran dana masuk ke negara-negara berkembang.
Seperti dikutip dari data valuta asing (Valas) Bloomberg, Senin (30/12/2013), di pasar bank domestik, rupiah menguat tipis di level 12.264 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:24 waktu Jakarta. Pada perdagangan pekan lalu, rupiah tercatat ditutup di level 12.263.
Para investor global menjual surat utang berdenominasi lokal sebesar US$ 1,9 miliar lebih banyak dari yang dibelinya hingga 27 Desember tahun ini. Kondisi tersebut membuat IHSG terjerembab 1,8% dan menjadi penurunan terbesarnya dalam lima thaun terakhir.
Sementara itu melihat pasar tenaga kerja AS yang membaik, The Fed berencana akan mengurangi pembelian obligasinya menjadi US$ 75 miliar dari US$ 85 miliar per bulan saat ini. Akibatnya, rupiah menjadi mata uang terburuk di Asia sepanjang tahun karena jumlah pelemahannya merupakan yang terbesar.
Data Kementerian Keuangan RI mencatat investor asing memborong surat utang berdenominasi lokal sebesar Rp 1 triliun pada 2 Desember. Dengan begitu, totalnya menjadi Rp 323,9 triliun sejak 21 November.
"Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya terbaiknya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yang salah satu diantaranya adalah defisit. Semua itu agar rupiah dapat menguat tahun depan," ungkap salah satu pelaku jual beli mata uang di PT Bank Artha Graha, Gusti Kahari.
Menurutnya, rupiah sangat bergantung pada aliran dana asing ke dalam negeri. Dia memprediksi, kuartal pertama tahun depan, rupiah masih akan mengalami tekanan dari isu-isu The Fed.
Sementara itu, volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat merosot 16 basis point ke level 14,7% dan sempat menyentuh 14,3% atau level terendah sejak 29 November. (Sis/Ndw)
Baca juga:
Rupiah dan Rupee Masih Bergejolak pada 2014
Rupiah Terpuruk, Pengusaha Kain Tenun Putar Otak Tak Naikan Harga
Rupiah Bakal Jinak pada Tahun Politik
Selain itu, rupiah juga menerima hantaman dari persiapan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mengurangi dana stimulusnya tahun depan yang mendorong aliran dana masuk ke negara-negara berkembang.
Seperti dikutip dari data valuta asing (Valas) Bloomberg, Senin (30/12/2013), di pasar bank domestik, rupiah menguat tipis di level 12.264 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:24 waktu Jakarta. Pada perdagangan pekan lalu, rupiah tercatat ditutup di level 12.263.
Para investor global menjual surat utang berdenominasi lokal sebesar US$ 1,9 miliar lebih banyak dari yang dibelinya hingga 27 Desember tahun ini. Kondisi tersebut membuat IHSG terjerembab 1,8% dan menjadi penurunan terbesarnya dalam lima thaun terakhir.
Sementara itu melihat pasar tenaga kerja AS yang membaik, The Fed berencana akan mengurangi pembelian obligasinya menjadi US$ 75 miliar dari US$ 85 miliar per bulan saat ini. Akibatnya, rupiah menjadi mata uang terburuk di Asia sepanjang tahun karena jumlah pelemahannya merupakan yang terbesar.
Data Kementerian Keuangan RI mencatat investor asing memborong surat utang berdenominasi lokal sebesar Rp 1 triliun pada 2 Desember. Dengan begitu, totalnya menjadi Rp 323,9 triliun sejak 21 November.
"Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya terbaiknya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yang salah satu diantaranya adalah defisit. Semua itu agar rupiah dapat menguat tahun depan," ungkap salah satu pelaku jual beli mata uang di PT Bank Artha Graha, Gusti Kahari.
Menurutnya, rupiah sangat bergantung pada aliran dana asing ke dalam negeri. Dia memprediksi, kuartal pertama tahun depan, rupiah masih akan mengalami tekanan dari isu-isu The Fed.
Sementara itu, volatilitas rupiah satu bulan ke depan, tercatat merosot 16 basis point ke level 14,7% dan sempat menyentuh 14,3% atau level terendah sejak 29 November. (Sis/Ndw)
Baca juga:
Rupiah dan Rupee Masih Bergejolak pada 2014
Rupiah Terpuruk, Pengusaha Kain Tenun Putar Otak Tak Naikan Harga
Rupiah Bakal Jinak pada Tahun Politik