RI Produsen Nikel Terbesar Ketiga Dunia, tapi 50% buat China

Asosiasi Metalurgi dan Mnineral Indonesia mendorong pemerintah kukuh melaksanakan kebijakan pengolahan dan pemurnian mineral bijih nikel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jan 2014, 12:29 WIB
Asosiasi Metalurgi dan Mnineral Indonesia (AMMI) mendorong pemerintah kukuh melaksanakan kebijakan pengolahan dan pemurnian mineral bijih nikel. Pasalnya saat ini Indonesia penghasil ekpor mineral terbesar ketiga di dunia.

Ketua AMMI Rtad Chairil mengatakan, besarnya produksi nikel Indonesia seharusnya dimanfaatkan dengan proses pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri.

"Pengolahan dan pemurnian bijih nikel sangat diperlukan dan industri nikel seperti pabrik penghasil stainless steel juga wajib dikembangkan," kata Ryad di Kantor Direktorat Jenderal Minerba, Jakarta, Selasa (7/1/2013).

Menurut dia, saat ini Indonesia menjadi negara penghasil bijih nikel terbesar ketiga. Namun karena pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri belum optimal 50% produksi bijih nikel tersebut diekspor ke China.

"Indonesia penghasil bijih nikel nomor tiga di dunia, namun hampir 50% kebutuhan bijih nikel untuk industri di China," ungkapnya.

Dia menilai jika Indonesia bisa mengekspor produk biji nikel yang sudah diolah dan dimurnikan (Ferronikel) maka akan meningkatkan nilai tambah hingga 38 kali lipat.

Begitu juga tembaga, dia menyebutkan data Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) menunjukkan kebutuhan baha baku untuk kabel yaitu copper cathode 2013 mencapai 350 ribu ton sementara penghasil copper hanya memproduksi 300 ribu ton per tahun. (Pew/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya