Perang Spanduk di Semarang

Kota Semarang, Jateng, kembali berwarna sejak kampanye pemilihan umum presiden dan wakil presiden dimulai 1 Juni silam. Bedanya, kini masa kampanye terasa lebih tenang karena tidak ada pawai atau konvoi.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Jun 2004, 07:52 WIB
Liputan6.com, Semarang: Sejak kampanye pemilihan umum presiden dan wakil presiden dimulai 1 Juni silam, kota-kota di Tanah Air kembali berwarna. Hal itu terlihat di Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini. Di sepanjang jalan protokol ibu kota Provinsi Jateng itu bertebaran spanduk yang berisi ajakan untuk mendukung capres dan cawapres tertentu.

Di kota yang bermoto aman, tertib, lancar, asri, dan sehat (ATLAS) itu, lima pasang capres dan cawapres sudah mulai berkampanye melalui spanduk berbagai ukuran yang dipasang di sepanjang jalan. Maraknya pemasangan spanduk ini membuat Semarang ramai kembali setelah pemilu legislatif 5 April silam. Bedanya, kini masa kampanye terasa lebih tenang karena tidak banyak simpatisan pendukung capres dan cawapres yang mengadakan pawai atau konvoi.

Sementara di Tegal, Jateng, Panitia Pengawas Pemilu Tegal mencabut berbagai atribut dan spanduk capres dan cawapres yang dipasang di berbagai sudut kota. Penertiban itu dilakukan karena pemasangan spanduk dan atribut itu tanpa pemberitahuan ke Panwaslu setempat. Penertiban dikenakan terhadap semua atribut yang melanggar aturan termasuk spanduk yang dipasang di Warung Wiranto--capres dari Partai Golongan Karya.

Warung Wiranto juga didirikan di Solo, Jateng. Di sana, calon presiden Partai Golkar ini meresmikan pengoperasian Warung Wiranto yang dimotori Komunitas Antarmasyarakat Kecil Surakarta. Selain menyediakan makanan murah berupa nasi kucing, warung ini juga dijadikan pos koordinasi Partai Golkar. Buktinya mereka yang datang dibagikan pin dan brosur bergambar capres dan cawapres partai berlambang pohon beringin [baca: Gus Solah Dituduh Mencuri Start Kampanye].(TOZ/Kukuh Ariwibowo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya