Dahsyat! Matahari Lontarkan `Jilatan Api` 7 Kali Ukuran Bumi

Mengakibatkan penundaan pengiriman pesawat kargo swasta milik Orbital Sciences ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 09 Jan 2014, 10:18 WIB
Matahari kembali menunjukkan kedigdayaannya. Sang Surya melontarkan jilatan api (solar flare) raksasa yang besarnya bahkan mencapai 7 kali ukuran Bumi pada 7 Januari 2014 pukul 18.32 GMT atau 8 Januari 2014 01.32 WIB, yang berasal dari salah satu bintik matahari terbesar dari bintang itu.

Fenomena dahsyat tersebut memang tidak dirasakan dampaknya oleh penduduk Bumi. Namun, peristiwa itu mengakibatkan penundaan pengiriman pesawat kargo swasta milik Orbital Sciences ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Pengiriman menggunakan roket Antares dan satelit robotik Cygnus.

"Kami mengkhawatirkan misi bisa gagal," kata Kepala Teknis Orbital Sciences, Antonio Elias seperti dikutip dari situs sains SPACE.com, 8 Januari 2014.

Perusahaan mengevaluasi, suar matahari dan radiasi surya bisa mengganggu sistem teknis vital seperti  giroskop dan avionik. Kekhawatiran utama ada pada roket Antares, sementara pesawat luar angkasa Cygnus didesain tahan terhadap cuaca luar angkasa.

Orbital dijadwalkan meluncurkan kembali Cygnus pada hari ini, Kamis (9/1/20114) pukul 01.07 WIB.

Suar surya juga tidak menimbulkan ancaman bagi 6 astronot dan kosmonot yang menjadi penduduk sementara ISS. Para kru juga tak diinstruksikan melindungi diri mereka dari radiasi matahari. Demikian disampaikan juru bicara Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Rob Navias.

Terbesar dalam 10 Tahun

Foto dok. Liputan6.com


Lontaran suar surya atau jilatan api matahari berasal dari wilayah bintik matahari (sunspot) yang aktif yang dikenal sebagai AR1944. "Bintik matahari itu teramati menghadap ke Bumi dari tengah Matahari," kata NASA. "Itu adalah bintik matahari terbesar yang terlihat dalam kurun waktu 10 tahun.

Matahari saat ini berada dalaf fase aktif siklus cuaca matahari yang berlangsung 11 tahun sekali. Fase saat ini yang dikenal sebagai Solar Cycle 24 dimulai pada 2008 lalu.

Seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, energi yang dipancarkan lontaran suar surya atau yang populer dengan 'badai matahari' bergerak pada kecepatan cahaya untuk mencapai Bumi hanya dalam 8 menit.

Untung, ada lapisan atmosfer yang mampu menyerapnya sehingga tak lolos dari perisai bumi dan membahayakan segala makhluk di bawahnya: ionosfer.

Namun, ketika cukup intens, ia bisa menimbulkan gangguan di lapisan atmosfer di mana GPS dan sinyal komunikasi berseliweran.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Inggris atau Met Office mengumumkan program terbarunya: prakiraan badai matahari.

Informasi prakiraan cuaca antariksa akan tersedia mulai musim semi 2014, 24 jam sehari. Tujuannya membantu pihak pemerintah dan pebisnis memutuskan tindakan cepat untuk memastikan layanan mereka tetap berjalan.

Makin maju peradaban manusia, ia makin bergantung pada teknologi. Yang sejatinya makin rentan.

Matinya jaringan listrik massif di Quebec pada 1989 menjadi salah satu bukti pengaruh kondisi permukaan Sang Surya bagi Bumi. Pada 2003, para ilmuwan di seluruh dunia tercengang campur khawatir saat 'badai matahari Halloween' menerjang, mengganggu sistem komunikasi, GPS, bahkan operasi pertahanan Amerika Serikat.

Pengaruhnya pun sampai ke luar angkasa. Di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), para astronot diharuskan berlindung dari peningkatan level radiasi yang drastis. (Ein/Mut)

Baca juga:
Misteri `Cicada 3301`, Konspirasi Freemason Atau Rekruitmen M16?
Antisipasi Bahaya, BMG Inggris Awasi Potensi `Badai Matahari`
NASA Temukan Bintik Matahari 'Monster', Badai Akan Terjang Bumi?


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya