Industri Rumah Tangga Bertahan Saat Krisis

Sejumlah pengusaha kecil kelas rumah tangga mampu bertahan di saat krisis ekonomi. Mereka lebih teruji ketimbang pengusaha bermodal besar. Yang penting terus berusaha serta tak segan berkreasi dan berinovasi.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Jun 2004, 08:47 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Krisis ekonomi masih bisa disiasati. Yang penting terus berusaha serta tanpa segan-segan untuk berkreasi dan melakukan inovasi. Satu lagi, juga tak kalah penting, pelaku usaha harus berani mengambil risiko sebagai konsekuensi dari keputusan yang diambil, bahkan bila keputusan itu tak populis atau melakukan terobosan baru. Tengok yang dilakukan sejumlah pengusaha kecil kelas rumah tangga yang mampu bertahan di saat krisis ekonomi. Mereka lebih teruji ketimbang pengusaha bermodal besar. Berikut laporan reporter SCTV Esther Mulyanie atas mereka, baru-baru ini.

Insaniyah, seorang perajin batik asal Madura. Wanita yang mewarisi kemampuan membatik secara turun temurun ini, awalnya termasuk pengusaha yang terkena imbas krisis ekonomi. Saat itu, pasar batik bermotif khas Madura ini lesu. Selera pasar bergeser. Usahanya mulai bergeliat saat dia melihat peluang. Di mata Insaniyah, selera pasar telah bergeser. Dia segera memodifikasi motif dan warna batik produksinya sehingga terkesan seperti batik dengan kreasi baru. Tak disangka, strategi ini direspons pasar. Pesanan mulai meningkat. Bisnisnya pun berkembang lagi.

Omzet yang tadinya cuma jutaan rupiah saat ini berkembang hingga puluhan juta. Tenaga kerja Insaniyah juga berlipat, semula belasan orang kini berjumlah 50 orang.

Yang juga terkena krisis ekonomi adalah Nyonya Erna, pembuat roti buaya. Wanita asli Betawi ini sejak sepuluh tahun silam cuma membuat roti buaya berdasarkan pesanan. Namun, setiap kali membuat roti buaya, Erna mengaku selalu menyisakan bahan baku yang cukup banyak. Dia berpikir ada peluang menambah keuntungan dari sana. Daripada bahan baku tersebut terbuang percuma, mending dibuat roti buaya, meski berukuran kecil. Tak disangka, kreasi itu diminati anak-anak. Buntutnya, Erna selalu membuat roti buaya saban hari tanpa menunggu pesanan lagi. Roti buaya ukuran kecil yang dijual Rp 2.000 per buah itu laku hingga 300 buah setiap hari.

Usaha Insaniyah dan Erna memang bukan sekadar mendapatkan untung. Strategi mereka buat bertahan pada masa krisis ekonomi juga telah membuka lapangan kerja, setidaknya untuk keluarga dan tetangga dekat.(SID/Esther Mulyanie dan Agus Kusnohadi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya