Indonesia dinilai telah keranjingan impor produk luar negeri ketimbang menciptakan barang sendiri di dalam negeri. Oleh karena itu, pasar Indonesia pun menjadi sasaran empuk untuk barang impor khususnya telekomunikasi.
"Memang Indonesia lebih cenderung keenakan impor barang daripada harus memproduksi sendiri karena bahan baku semua mahal jadi tidak bisa berdaya saing dengan produk asing yang lebih murah," kata Ketua Umum Badan Pusat Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jaya Raya ( BPD Hipmi Jaya), Iskandarsyah Ramadhan Datau di Jakarta, Minggu (12/1/2014).
Dia mencontohkan, negeri ini paling favorit mengimpor produk-produk telekomunikasi. Sayangnya, pasokan impor justru berasal dari negara yang memiliki basis penduduk sedikit.
"Pasar Indonesia yang besar dijadikan sasaran barang impor misalnya produk telekomunikasi. Tapi harusnya jangan impor dari negara yang marketnya kecil, seperti Taiwan," terang dia.
Ramadhan Datau mengakui, matinya beberapa produsen ponsel lokal misalnya terjadi akibat ketidakmampuan mereka mengikuti perkembangan teknologi telekomunikasi yang begitu dinamis.
"Kalau bikin satu produk baru investasi kan tinggi dan teknologi selalu berubah-ubah. Belum bisa penuhi teknologi yang kemarin, lalu sudah ganti dengan yang baru. Akibatnya industri jadi mati," tegas Rama.
Kondisi ini, lanjut dia, diperparah dengan kebijakan pemerintah yang kurang pro terhadap pengusaha lokal.
"Berilah insentif cukup besar untuk pengusaha lokal, dan ikutsertakan industri dalam negeri kalau ada tender-tender nasional maupun internasional," harap Ramadhan Datau.
Dia mengatakan, Hipmi Jaya yang beranggotakan sekitar 3.000 anggota pengusaha muda siap bersaing dengan pemain asing dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
"Kalau tidak bisa melawan, bisa dengan cara merangkul investor asing. Misalnya banyak perusahaan Jepang mau masuk investasi ke Indonesia tapi tidak punya mitra, jadi mereka bisa bermitra dengan kami," tandas dia. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Beras Impor Bebas Masuk, Petani RI Bisa `Tergeletak`
Mentan Tuding Cuaca Penyebab RI Rajin Impor
Industri Seng RI Kalah Saing dari Malaysia & Filipina
"Memang Indonesia lebih cenderung keenakan impor barang daripada harus memproduksi sendiri karena bahan baku semua mahal jadi tidak bisa berdaya saing dengan produk asing yang lebih murah," kata Ketua Umum Badan Pusat Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jaya Raya ( BPD Hipmi Jaya), Iskandarsyah Ramadhan Datau di Jakarta, Minggu (12/1/2014).
Dia mencontohkan, negeri ini paling favorit mengimpor produk-produk telekomunikasi. Sayangnya, pasokan impor justru berasal dari negara yang memiliki basis penduduk sedikit.
"Pasar Indonesia yang besar dijadikan sasaran barang impor misalnya produk telekomunikasi. Tapi harusnya jangan impor dari negara yang marketnya kecil, seperti Taiwan," terang dia.
Ramadhan Datau mengakui, matinya beberapa produsen ponsel lokal misalnya terjadi akibat ketidakmampuan mereka mengikuti perkembangan teknologi telekomunikasi yang begitu dinamis.
"Kalau bikin satu produk baru investasi kan tinggi dan teknologi selalu berubah-ubah. Belum bisa penuhi teknologi yang kemarin, lalu sudah ganti dengan yang baru. Akibatnya industri jadi mati," tegas Rama.
Kondisi ini, lanjut dia, diperparah dengan kebijakan pemerintah yang kurang pro terhadap pengusaha lokal.
"Berilah insentif cukup besar untuk pengusaha lokal, dan ikutsertakan industri dalam negeri kalau ada tender-tender nasional maupun internasional," harap Ramadhan Datau.
Dia mengatakan, Hipmi Jaya yang beranggotakan sekitar 3.000 anggota pengusaha muda siap bersaing dengan pemain asing dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
"Kalau tidak bisa melawan, bisa dengan cara merangkul investor asing. Misalnya banyak perusahaan Jepang mau masuk investasi ke Indonesia tapi tidak punya mitra, jadi mereka bisa bermitra dengan kami," tandas dia. (Fik/Ahm)
Baca juga:
Beras Impor Bebas Masuk, Petani RI Bisa `Tergeletak`
Mentan Tuding Cuaca Penyebab RI Rajin Impor
Industri Seng RI Kalah Saing dari Malaysia & Filipina