Meski sebenarnya Taman Jomblo yang dibangun Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, tidak khusus untuk para jomblo, tapi dengan adanya taman tersebut para jomblo seperti mendapatkan wadah untuk apresiasi diri.
Demikian diungkapkan Psikologis Klinis Anak Universitas Padjajaran (UNPAD), Nira Wulansari, MPsi kepada Health Liputan6.com di Bandung baru-baru ini.
"Kalau misalnya taman ini dibilang untuk jomblo enggak juga, ya. Banyak variasinya. Tapi, buat remaja yang belum punya pasangan, ketika ke sini seperti mendapatkan satu wadah untuk bisa mengapresiasi diri," kata Nira ditulis Senin (13/1/2014)
Lebih lanjut Nira menuturkan, selain para remaja itu dapat mengapresiasi diri, remaja tersebut juga berharap siapa tahu dengan bertandang ke Taman Jomblo tersebut ia akan mendapatkan jodoh. "Wallahuwaalam. Insya Allah. Mudah-mudahan," kata Nira menambahkan.
Di mata Nira, saat ini memang ada pergeseran ekspresi di kalangan para jomblo. Mereka yang tadinya malu-malu, sekarang begitu ekspresif mengungkapkan diri dan terang-terangan mengaku lajang. Nira menilai, pergeseran ini masih wajar dan positif.
"Kalau dulu malu banget mengakui jomblo. Kalau sekarang, oke-oke saja. Itu karena remaja lebih ekspresif mengungkapkan perasaannya dan bagaimana tentang dirinya sendiri," kata Nira menjelaskan.
Selain itu, pengakuan dari lingkungan pun membuat remaja tidak malu mengungkapkan jati dirinya yang berstatus jomblo. Beda dengan zaman dulu, saat kesendirian selalu diidentikkan dengan depresi hingga membuat semangat patah.
Anak-anak sekarang cenderung aktif dengan segudang aktivitas dan dukungan teman-temannya meski jomblo. Tak heran, remaja jomblo zaman sekarang lebih bebas mengapresiasi dirinya sendiri.
Taman Jomblo yang diresmikan oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil pada 4 Januari 2013 sebenarnya bernama Taman Pasupati. Ini karena taman tersebut terletak di bawah kolong jembatan Pasupati.
Dulunya, kolong jembatan Pasupati merupakan tempat yang sangat kumuh. Selain sampah, kolong tersebut pun kerap dijadikan pengemis dan anak jalanan berkumpul. Tapi sekarang, di masa kepemimpinan Ridwan Kamil, tempat kumuh itu disulap menjadi taman yang indah, elok, dan sedap dipandang mata.
Emil, panggilan akrab sang wali kota menjelaskan, Taman Pasupati dijuluki sebagai Taman Jomblo karena balok tempat duduk yang disediakan di situ `single seat`. Karena banyak masyarakat yang bertanya mengapa disediakan dalam bentuk seperti itu, akhirnya tercetuslah Taman Jomblo.
Sambil berkelakar Ridwan Kamil mengatakan bahwa populasi jomblo di Kota Kembang sangat banyak. Jadi pas rasanya bila taman itu diberi nama Taman Jomblo. "Dari pada terpisah-pisah, kita kumpulkan dengan sesamanya," kata Emil sambil tertawa.
Lebih lanjut pria yang juga berprofesi sebagai dosen arsitektur di Institut Tekhnologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, alasan dibuatnya taman di bawah kolong jembatan Pasupati itu. Selain teduh, para jomblo atau pengunjung taman tidak kehujanan.
"Supaya teduh. Selain itu, supaya jomblo tidak kehujanan. Kalau jomblo kehujanan, tragis, ya. Kita baik hati memahami perasaan warga Bandung," kata Emil menerangkan.
(Adt/Abd)
Demikian diungkapkan Psikologis Klinis Anak Universitas Padjajaran (UNPAD), Nira Wulansari, MPsi kepada Health Liputan6.com di Bandung baru-baru ini.
"Kalau misalnya taman ini dibilang untuk jomblo enggak juga, ya. Banyak variasinya. Tapi, buat remaja yang belum punya pasangan, ketika ke sini seperti mendapatkan satu wadah untuk bisa mengapresiasi diri," kata Nira ditulis Senin (13/1/2014)
Lebih lanjut Nira menuturkan, selain para remaja itu dapat mengapresiasi diri, remaja tersebut juga berharap siapa tahu dengan bertandang ke Taman Jomblo tersebut ia akan mendapatkan jodoh. "Wallahuwaalam. Insya Allah. Mudah-mudahan," kata Nira menambahkan.
Di mata Nira, saat ini memang ada pergeseran ekspresi di kalangan para jomblo. Mereka yang tadinya malu-malu, sekarang begitu ekspresif mengungkapkan diri dan terang-terangan mengaku lajang. Nira menilai, pergeseran ini masih wajar dan positif.
"Kalau dulu malu banget mengakui jomblo. Kalau sekarang, oke-oke saja. Itu karena remaja lebih ekspresif mengungkapkan perasaannya dan bagaimana tentang dirinya sendiri," kata Nira menjelaskan.
Selain itu, pengakuan dari lingkungan pun membuat remaja tidak malu mengungkapkan jati dirinya yang berstatus jomblo. Beda dengan zaman dulu, saat kesendirian selalu diidentikkan dengan depresi hingga membuat semangat patah.
Anak-anak sekarang cenderung aktif dengan segudang aktivitas dan dukungan teman-temannya meski jomblo. Tak heran, remaja jomblo zaman sekarang lebih bebas mengapresiasi dirinya sendiri.
Taman Jomblo yang diresmikan oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil pada 4 Januari 2013 sebenarnya bernama Taman Pasupati. Ini karena taman tersebut terletak di bawah kolong jembatan Pasupati.
Dulunya, kolong jembatan Pasupati merupakan tempat yang sangat kumuh. Selain sampah, kolong tersebut pun kerap dijadikan pengemis dan anak jalanan berkumpul. Tapi sekarang, di masa kepemimpinan Ridwan Kamil, tempat kumuh itu disulap menjadi taman yang indah, elok, dan sedap dipandang mata.
Emil, panggilan akrab sang wali kota menjelaskan, Taman Pasupati dijuluki sebagai Taman Jomblo karena balok tempat duduk yang disediakan di situ `single seat`. Karena banyak masyarakat yang bertanya mengapa disediakan dalam bentuk seperti itu, akhirnya tercetuslah Taman Jomblo.
Sambil berkelakar Ridwan Kamil mengatakan bahwa populasi jomblo di Kota Kembang sangat banyak. Jadi pas rasanya bila taman itu diberi nama Taman Jomblo. "Dari pada terpisah-pisah, kita kumpulkan dengan sesamanya," kata Emil sambil tertawa.
Lebih lanjut pria yang juga berprofesi sebagai dosen arsitektur di Institut Tekhnologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, alasan dibuatnya taman di bawah kolong jembatan Pasupati itu. Selain teduh, para jomblo atau pengunjung taman tidak kehujanan.
"Supaya teduh. Selain itu, supaya jomblo tidak kehujanan. Kalau jomblo kehujanan, tragis, ya. Kita baik hati memahami perasaan warga Bandung," kata Emil menerangkan.
(Adt/Abd)