Ramalan Krisis Ekonomi versi Pengusaha

Sektor riil dalam hal ini para pengusaha paling terpukul dengan gejolak pasar keuangan global maupun domestik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jan 2014, 11:40 WIB
Sektor riil dalam hal ini para pengusaha paling terpukul dengan gejolak pasar keuangan global maupun domestik. Pasalnya sektor ini merupakan roda penggerak ekonomi yang wajib mendapatkan perhatian dari pemerintah melalui kebijakan yang tepat.

Pengusaha menilai bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini merupakan tanda-tanda krisis keuangan. Namun gejala krisis kali ini berbeda dengan badai krisis di 1998.

Hal ini disampaikan oleh pengusaha kosmetik, PD Tri Putri Ayu, Solihin Sofian. Dia memperkirakan, sejak 2013 hingga saat ini, Indonesia telah menunjukkan gejala yang akan mengarah pada krisis ekonomi.

"Ciri-ciri krisis sekarang ini sudah jelas, dolar Amerika Serikat (AS) menguat, suku bunga naik terus, dan imbasnya khawatir menyebabkan jatuhnya sektor properti," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Selasa (14/1/2014).

Sayang, menurut Solihin, tanda-tanda krisis saat ini sedikit berbeda dengan hantaman krisis yang terjadi pada 1998. "Bedanya kalau 1998, kita kena krisis tapi aliran dolar AS deras masuk ke Indonesia. Sedangkan krisis sekarang, dolar AS justru keluar ditarik dari Indonesia (tapering off)," jelasnya.

Ditambah lagi, kata dia, negara ini akan menyelenggarakan pesta demokrasi lima tahunan (pemilihan umum/pemilu) pada 2014 sehingga situasi tersebut menahan investasi karena aksi tunggu dan lihat (wait and see) dari penanam modal.

"Parahnya, jumlah utang Indonesia tetap sama, nilai impor semakin tinggi. Padahal kalau beli produk dari luar negeri terus menerus (impor), perlu dolar banyak dan akhirnya nilai tukar mata uang kita jatuh dan dolar AS melambung," papar Solihin.

Dia menganggap, gejala krisis ini merupakan tamparan bagi Indonesia supaya membenahi segala kebijakan, terutama pro kepada pengusaha mengikuti jejak China yang sangat mendukung industri dalam negeri.

"Tamparan bagi kita karena pengusaha-pengusaha asal China berhasil mengembangkan sayap bisnis ke seluruh negara karena punya etos kerja yang kurang dimiliki masyarakat Indonesia," pungkasnya. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya