Anak-anak dari Keluarga Miskin Cenderung Lebih Gemuk

Dalam dekade terakhir masalah obesitas pada anak di Amerika mulai mengalami penurunan. Tapi, penurunan itu terjadi pada anak keluarga kaya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 15 Jan 2014, 11:30 WIB
Pada dekade terakhir ini, masalah obesitas pada anak di Amerika mulai menurun. Hanya saja, penurunan itu justru terjadi di kalangan anak-anak dari keluarga kaya. Sedangkan anak-anak dari kalangan miskin, justru meningkat.

Penelitian yang dilakukan Profesor Robert Putnam dan rekan-rekannya dari Harvard University mendapatkan hasil yang cukup mencengangkan.

Ternyata, masyarakat yang berpenghasilan rendah tak pernah sekali pun memikirkan bagaimana caranya agar ia memiliki sebuah mobil. Sebab, masyarakat lebih cenderung membelanjakan uangnya untuk membelikan anak-anaknya makanan olahan yang tinggi lemak dan gula.

Selain itu, tempat tinggal anak-anak dari kalangan menengah bawah tak memiliki taman, trotoar, dan fasilitas rekreasi, yang akhirnya membuat anak-anak itu tak dapat melakukan aktivitas fisik dan hanya bisa berdiam diri saja di rumah. Kegiatannya pun hanya sebatas belajar, makan, dan tidur.

Dikatakan Robert, anak-anak dari kalangan bawah juga jarang sarapan. Bila dibandingkan anak-anak yang berasal dari golongan kaya, perbedaan ini cukup memprihatinkan. Sebab, anak-anak kaya dapat sarapan dengan menu sehat yang membuatnya tak bepikiran untuk mengemil. Kalau pun ingin mengemil, camilan yang diberikan orangtuanya tergolong sehat.

Dengan menggunakan data dari dua survei kesehatan nasional jangka panjang (Survei Nasional Kesehatan dan Gizi serta Survei Kesehatan Anak) menunjukkan bahwa obesitas di kalangan anak-anak berusia 12 dan 17 tahun mengalami peningkatan sejak tahun 1988 sampai tahun 2002.

Menurut laporan bertajuk Proceedings of the National Academy of Sciences disebutkan anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi atas cenderung memiliki bobot normal dan ada penurunan tren kegemukan, sedangkan anak-anak golongan bawah tidak memerlihatkan hasil yang cukup membanggakan.

Antara tahun 1999 sampai tahun 2010 disebutkan bahwa anak-anak dari latar belakang orangtua kaya memiliki aktivitas fisik yang cukup baik karena ditunjang fasilitas yang memadai. Juga pada rentang waktu yang sama, minat konsumsi makanan berkalori tinggi pada anak-anak mampu juga mengalami penurunan.

Seperti dikutip laman Daily Mail, Rabu (15/1/2014) Robert mengatakan, latar belakang sosial dan ekonomi orangtua memengaruhi konsumsi pangan tiap individu dan pola aktivitas fisiknya. Bagaimana tidak? Harga sayur dan buah yang semakin tinggi, membuat masyarakat miskin kewalahan dalam membelinya. Ditambah lagi, harga makanan cepat saji yang lebih murah ketimbang harga dari buah dan sayur yang segar.

(Adt/Abd)

Baca juga:

Konsumsi Avokad Setelah Makan Siang Cegah Ngemil Berlebihan
Buah-buah yang Bikin Wanita Tetap Feminin
Makan Banyak Buah dan Sayur Cegah Asma


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya