Hati Angela Marsh (27) begitu hancur ketika mengetahui hasil tes skrining servik pertamanya menunjukkan ada sel-sel kanker yang tumbuh. Kabar itu didengarnya pada Mei 2012. Dan sebulan kemudian ia mendapat kabar gembira bahwa ia hamil.
Saat itulah Angela menghadapi pilihan yang menyakitkan karena dokter telah merujuknya agar iamelakukan operasi di Christie Hospital di Manchester. Angela bisa melakukan pengobatan segera namun kehilangan anaknya atau menunda operasi hingga kelahiran anaknya tapi risikonya penyakit bakalmenyebar.
Selain dua pilihan tersebut, dokter juga memberikan pilihan ketiga yakni mencoba mengangkat serviknya (leher rahim) dan tak merugikan janinnya. Pilihan inilah yang diambil Angela.
"Mereka mengatakan kepada saya operasi belum pernah dilakukan di negara ini sebelumnya," kata Angela, yang juga memiliki seorang putra berusia 7 tahun seperti dikutip Dailymail, Rabu (15/1/2014).
"Ini adalah keputusan yang mudah bagi saya... saya hanya menunggu takdir apakah bayi selamat atau tidak," katanya.
Operasi pengangkatan leher rahim tak langsung dilakukan. Agar janin memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup, operasi di Wythenshawe Hospital di Manchester ditunda sampai usia kehamilan 11 minggu.
Setelah waktunya, ahli bedah mengangkat kanker serviks dan membangunnya kembali dengan menggunakan jaringan di sekitarnya. Biasanya, prosedur operasi ini dilakukan hanya pada wanita yang tak hamil, tapi ingin memiliki anak. Dan prosedur yang dijalani Angela memungkinkan janin tetap berada di rahim.
Wanita dari Bolton itu menyadari, meski kehamilannya bisa dipertahankan, namun ada risiko terburuk yang harus dihadapinya. "Saya mengerti jika bayi selamat dari operasi awal, ini masih menjadi kehamilan berisiko tinggi," kata Angela.
Namun, Angela menyadari pilihannya itu membuatnya harus menerima apapun risikonya. "Saya akan memiliki bayi pada akhir cobaan ini jadi saya tak perlu bersedih jika terjadi yang terburuk. Itu sangat sulit bagi saya dan seluruh keluarga saya," katanya.
"Saat kehamilan berlangsung, saya mulai membeli beberapa kebutuhan bayi, tapi tak ada kegembiraan di dalamnya. Saya meninggalkan segala sesuatu di rumah orang lain sehingga tak ada di rumah saya. Setelah beberapa minggu berlalu dan kemungkinan bayi saya hidup membaik, saya masih tak bisa membiarkan diri saya mempercayai bahwa semuanya akan baik-baik saja," ujarnya.
Ketakutan Angela akhirnya berakhir ketika bayi Zachary berhasil dilahirkan dengan sehat melalui operasi caesar dengan berat badan 3,1 kilogram. "Ketika saya mendengar dia menangis, saya membiarkan diri ini berharap bahwa semuanya baik-baik saja," katanya.
Julie Kiernan, perawat Macmillan yang merawat Angela, mengatakan operasi yang dijalani Angela baru pertama kalinya dilakukan pada wanita hamil di negaranya. "Angela memiliki seluruh tim di sekelilingnya untuk memastikan risiko minimal dan bayinya diberikan kesempatan terbaik untuk bertahan hidup," ujar Kiernan.
Dan kini Angela akan merayakan ulang tahun pertama Zachary dalam sebuah pesta.
(Mel/*)
Saat itulah Angela menghadapi pilihan yang menyakitkan karena dokter telah merujuknya agar iamelakukan operasi di Christie Hospital di Manchester. Angela bisa melakukan pengobatan segera namun kehilangan anaknya atau menunda operasi hingga kelahiran anaknya tapi risikonya penyakit bakalmenyebar.
Selain dua pilihan tersebut, dokter juga memberikan pilihan ketiga yakni mencoba mengangkat serviknya (leher rahim) dan tak merugikan janinnya. Pilihan inilah yang diambil Angela.
"Mereka mengatakan kepada saya operasi belum pernah dilakukan di negara ini sebelumnya," kata Angela, yang juga memiliki seorang putra berusia 7 tahun seperti dikutip Dailymail, Rabu (15/1/2014).
"Ini adalah keputusan yang mudah bagi saya... saya hanya menunggu takdir apakah bayi selamat atau tidak," katanya.
Operasi pengangkatan leher rahim tak langsung dilakukan. Agar janin memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup, operasi di Wythenshawe Hospital di Manchester ditunda sampai usia kehamilan 11 minggu.
Setelah waktunya, ahli bedah mengangkat kanker serviks dan membangunnya kembali dengan menggunakan jaringan di sekitarnya. Biasanya, prosedur operasi ini dilakukan hanya pada wanita yang tak hamil, tapi ingin memiliki anak. Dan prosedur yang dijalani Angela memungkinkan janin tetap berada di rahim.
Wanita dari Bolton itu menyadari, meski kehamilannya bisa dipertahankan, namun ada risiko terburuk yang harus dihadapinya. "Saya mengerti jika bayi selamat dari operasi awal, ini masih menjadi kehamilan berisiko tinggi," kata Angela.
Namun, Angela menyadari pilihannya itu membuatnya harus menerima apapun risikonya. "Saya akan memiliki bayi pada akhir cobaan ini jadi saya tak perlu bersedih jika terjadi yang terburuk. Itu sangat sulit bagi saya dan seluruh keluarga saya," katanya.
"Saat kehamilan berlangsung, saya mulai membeli beberapa kebutuhan bayi, tapi tak ada kegembiraan di dalamnya. Saya meninggalkan segala sesuatu di rumah orang lain sehingga tak ada di rumah saya. Setelah beberapa minggu berlalu dan kemungkinan bayi saya hidup membaik, saya masih tak bisa membiarkan diri saya mempercayai bahwa semuanya akan baik-baik saja," ujarnya.
Ketakutan Angela akhirnya berakhir ketika bayi Zachary berhasil dilahirkan dengan sehat melalui operasi caesar dengan berat badan 3,1 kilogram. "Ketika saya mendengar dia menangis, saya membiarkan diri ini berharap bahwa semuanya baik-baik saja," katanya.
Julie Kiernan, perawat Macmillan yang merawat Angela, mengatakan operasi yang dijalani Angela baru pertama kalinya dilakukan pada wanita hamil di negaranya. "Angela memiliki seluruh tim di sekelilingnya untuk memastikan risiko minimal dan bayinya diberikan kesempatan terbaik untuk bertahan hidup," ujar Kiernan.
Dan kini Angela akan merayakan ulang tahun pertama Zachary dalam sebuah pesta.
(Mel/*)