Liputan6.com, Baghdad: Ketegangan di Irak yang terus meningkat kembali menelan korban jiwa. Kali ini, korban adalah Sabri al Bayati, guru besar di Universitas Baghdad. Ia dibunuh orang tak dikenal saat keluar dari kampusnya, Ahad (13/6). Tewasnya Al Bayati menambah panjang daftar kematian para pejabat Irak.
Dalam waktu 24 jam terakhir ini, sedikitnya dua pejabat senior tewas dibunuh, termasuk Kamal Jarrah, pejabat Kementerian Pendidikan yang tewas ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya. Orang kedua adalah Bassam Kubba, deputi Menteri Luar Negeri Irak yang ditembak saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya [baca: Deputi Menlu Irak Tewas Ditembak].
Dalam insiden terpisah, konvoi kendaraan tentara Amerika Serikat menjadi sasaran serangan bom di Taji, sekitar 40 kilometer barat laut Baghdad. Militer AS melaporkan satu prajuritnya tewas dan dua terluka dalam serangan tersebut. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tentara pendudukan membalas serangan tersebut, namun tak diketahui korban dari si penyerang.
Kemarin pagi, Baghdad juga diguncang bom bunuh diri. Seorang pembom bunuh diri meledakkan kendaraannya saat polisi berusaha menghentikan mobilnya yang mendekati basis militer AS. Sedikitnya, 12 orang tewas dan 13 lainnya terluka dalam insiden yang hanya beberapa meter dari bekas sekolah militer Irak yang kini ditempati pasukan pendudukan. Sementara yang tersisa dari kendaraan yang dipakai pelaku hanyalah mesin mobil yang tergeletak di jalanan.
Di tempat lain, sekelompok yang menamakan diri Jihadis justru memamerkan dua sanderanya, warga Mesir dan seorang sopir berkewarganegaraan Turki. Hal itu dilakukan untuk menepis berita-berita yang menyatakan kedua sandera telah dibebaskan. Mereka hanya mengakui telah membebaskan tujuh sandera [baca: Pasukan Koalisi Membebaskan Enam Sandera Warga Asing].
Kelompok Jihadis juga mengingatkan bahwa mereka menangguhkan hukuman mati terhadap kedua sandera itu. Sejauh ini, mereka memperlakukan dengan baik para sandera, tidak seperti perlakuan tentara AS terhadap para tawanan Irak di Abu Ghraib. Victor Tawfiq Jerges--sandera warga negara Mesir--mengatakan, belum ada tanda-tanda bahwa ia dan sopir Turki akan dibebaskan. Karena itu, Jerges kecewa atas sikap Kedutaan Mesir dan Turki yang belum ada usaha apa pun untuk membebaskan mereka.(DEN/Yoh dan Rka)
Dalam waktu 24 jam terakhir ini, sedikitnya dua pejabat senior tewas dibunuh, termasuk Kamal Jarrah, pejabat Kementerian Pendidikan yang tewas ditembak orang tak dikenal di depan rumahnya. Orang kedua adalah Bassam Kubba, deputi Menteri Luar Negeri Irak yang ditembak saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya [baca: Deputi Menlu Irak Tewas Ditembak].
Dalam insiden terpisah, konvoi kendaraan tentara Amerika Serikat menjadi sasaran serangan bom di Taji, sekitar 40 kilometer barat laut Baghdad. Militer AS melaporkan satu prajuritnya tewas dan dua terluka dalam serangan tersebut. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tentara pendudukan membalas serangan tersebut, namun tak diketahui korban dari si penyerang.
Kemarin pagi, Baghdad juga diguncang bom bunuh diri. Seorang pembom bunuh diri meledakkan kendaraannya saat polisi berusaha menghentikan mobilnya yang mendekati basis militer AS. Sedikitnya, 12 orang tewas dan 13 lainnya terluka dalam insiden yang hanya beberapa meter dari bekas sekolah militer Irak yang kini ditempati pasukan pendudukan. Sementara yang tersisa dari kendaraan yang dipakai pelaku hanyalah mesin mobil yang tergeletak di jalanan.
Di tempat lain, sekelompok yang menamakan diri Jihadis justru memamerkan dua sanderanya, warga Mesir dan seorang sopir berkewarganegaraan Turki. Hal itu dilakukan untuk menepis berita-berita yang menyatakan kedua sandera telah dibebaskan. Mereka hanya mengakui telah membebaskan tujuh sandera [baca: Pasukan Koalisi Membebaskan Enam Sandera Warga Asing].
Kelompok Jihadis juga mengingatkan bahwa mereka menangguhkan hukuman mati terhadap kedua sandera itu. Sejauh ini, mereka memperlakukan dengan baik para sandera, tidak seperti perlakuan tentara AS terhadap para tawanan Irak di Abu Ghraib. Victor Tawfiq Jerges--sandera warga negara Mesir--mengatakan, belum ada tanda-tanda bahwa ia dan sopir Turki akan dibebaskan. Karena itu, Jerges kecewa atas sikap Kedutaan Mesir dan Turki yang belum ada usaha apa pun untuk membebaskan mereka.(DEN/Yoh dan Rka)