PT PLN (Persero) mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Duri dengan kapasitas 7 x 16 Mega Watt (MW) di Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis Riau.
Manager Senior Komunikasi Korporat Bambang Dwiyanto mengatakan, pengoperasian beberapa unit pembangkit berbahan bakar gas tersebut dilakukan secara bertahap sejak September 2013 dan kini telah beroperasi 100%.
"Dengan pengoperasian mesin gas pembangkit ini maka pasokan listrik ke Riau semakin kuat dan PLN bisa menghemat pemakaian bahan bakar minyak," kata Bambang dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (16/1/2014).
Menurut Bambang, energi yang dihasilkan kemudian disalurkan sistem kelistrikan Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), khususnya sub sistem Riau.
Beban puncak sistem Sumbagteng adalah 1.100 MW dan beban puncak sub sistem Riau yang pernah dicapai sebesar 475 MW. Beban Riau sebesar itu dipasok dari PLTA Koto Panjang, PLTD dan PLTG Teluk Lembu dan beberapa PLTD tersebar.
Bambang menjelaskan, PLTMG Duri menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG). Saat ini masih dioperasikan dengan pola peaking, atau terutama dioperasikan maksimal pada waktu beban puncak (WBP) jam 18.00 – 22.00.
"Hal ini mengingat kondisi pasokan gas yang ada. Pada siang hari tiga mesin gas beroperasi dan pada malam hari atau WBP ketujuh mesin gas dioperasikan," tutur Bambang.
Bambang menambahkan, dengan pola operasi seperti itu maka produksi listrik PLTMG Duri per bulan mencapai 17 juta kilo Watt hour (kWh).
Dengan produksi sebesar itu, jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak maka biaya operasi yang bisa dihemat dengan pengoperasian PLTMG ini sekitar Rp 23 miliar per bulan.
"Rencana ke depan PLN akan mengganti peralatan metering agar bisa menerima gas lebih besar dan bisa mengoperasikan PLTMG secara maksimal baik siang hari maupun malam hari sehingga pasokan listrik ke Riau semakin andal dan didapat efisiensi penggunaan BBM yang lebih besar," pungkas dia. (Pew/Nrm)
Manager Senior Komunikasi Korporat Bambang Dwiyanto mengatakan, pengoperasian beberapa unit pembangkit berbahan bakar gas tersebut dilakukan secara bertahap sejak September 2013 dan kini telah beroperasi 100%.
"Dengan pengoperasian mesin gas pembangkit ini maka pasokan listrik ke Riau semakin kuat dan PLN bisa menghemat pemakaian bahan bakar minyak," kata Bambang dalam laporan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (16/1/2014).
Menurut Bambang, energi yang dihasilkan kemudian disalurkan sistem kelistrikan Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), khususnya sub sistem Riau.
Beban puncak sistem Sumbagteng adalah 1.100 MW dan beban puncak sub sistem Riau yang pernah dicapai sebesar 475 MW. Beban Riau sebesar itu dipasok dari PLTA Koto Panjang, PLTD dan PLTG Teluk Lembu dan beberapa PLTD tersebar.
Bambang menjelaskan, PLTMG Duri menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG). Saat ini masih dioperasikan dengan pola peaking, atau terutama dioperasikan maksimal pada waktu beban puncak (WBP) jam 18.00 – 22.00.
"Hal ini mengingat kondisi pasokan gas yang ada. Pada siang hari tiga mesin gas beroperasi dan pada malam hari atau WBP ketujuh mesin gas dioperasikan," tutur Bambang.
Bambang menambahkan, dengan pola operasi seperti itu maka produksi listrik PLTMG Duri per bulan mencapai 17 juta kilo Watt hour (kWh).
Dengan produksi sebesar itu, jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak maka biaya operasi yang bisa dihemat dengan pengoperasian PLTMG ini sekitar Rp 23 miliar per bulan.
"Rencana ke depan PLN akan mengganti peralatan metering agar bisa menerima gas lebih besar dan bisa mengoperasikan PLTMG secara maksimal baik siang hari maupun malam hari sehingga pasokan listrik ke Riau semakin andal dan didapat efisiensi penggunaan BBM yang lebih besar," pungkas dia. (Pew/Nrm)