Australia minta maaf ke Indonesia. Pemerintahan Tony Abbot mengakui pihaknya telah melanggar masuk perairan yang masuk wilayah teritorial Indonesia, selama operasi mencegah perahu para pencari suaka.
Dalam konferensi pers di Canberra, Menteri Imigrasi Scott Morrison mengakui, tindakan tersebut juga bertentangan dengan kebijakan negaranya.
Setidaknya kapal patroli perlindungan perbatasan Australia "tidak sengaja" memasuki perairan Indonesia -- melanggar kedaulatan RI -- beberapa kali.
"Saya perlu menekankan bahwa ini terjadi secara tidak sengaja, dan tanpa sepengetahuan atau persetujuan oleh pemerintah Australia," kata Morrison, seperti dimuat Sydney Morning Herald, Jumat (17/1/2014).
Menteri Morrison, yang baru diberi tahu soal pelanggaran batas itu pada Rabu lalu, mendeskripsikan insiden tersebut sebagai kegagalan operasi. Dia menambahkan, pihak Australia telah menginformasikan hal tersebut ke pihak Indonesia, dan telah minta maaf.
Meski pemerintahannya mengakui telah memasuki perairan Indonesia, namun Pak Menteri mengatakan, itu tak bisa dianggap sebagai konfirmasi bahwa Australia menghalau kapal pencari suaka ke wilayah RI -- yang dikabarkan menggunakan tembakan.
"Bukan saya yang harus mengonfirmasi atau tidak mengonfirmasi asumsi Anda," kata dia. "Apa yang bisa saya katakan, adalah kebijakan Pemerintah Australia untuk menghentikan perahu (pencari suaka) dan terus akan berlanjut."
"Tidak Sengaja"
Permintaan maaf itu menyusul berita Fairfax Media yang mengungkap bahwa Australia, untuk kali pertamanya, menggunakan sekoci untuk memaksa pencari suaka kembali ke Indonesia.
Para pencari suaka mengaku, mereka tertipu untuk masuk ke sekoci dan lalu ditinggalkan di dekat perairan Indonesia.
Sementara, komandan operasi perbatasan atau Operation Sovereign Borders, Letnan Jenderal Angus Campbell mengatakan, pihaknya mengetahui telah melakukan pelanggaran batas setelah melihat laporan rutin kapal.
Sang jenderal mengatakan, personel Australia saat itu mengira, mereka masih berada di wilayah perairan Negeri Kanguru. "Ini adalah masalah yang sangat serius," kata dia.
Campbell telah memerintahkan para anak buahnya untuk menelaah pelanggaran tersebut.
Meski yakin pelanggaran batas itu terjadi "lebih dari satu hari", namun ia tidak mengungkap secara detil kapan persisnya waktu kejadian. Review yang akan dilakukan pihaknya akan menyelidiki insiden itu secara tuntas dan "tanpa prasangka".
"Saya yakin semua yang terlibat dalam pelaksanaan Operation Sovereign Borders menyesali dampaknya, penghinaan yang mungkin dirasakan pihak Indonesia."
Jenderal Campbell memastikan, insiden seperti itu tak akan terjadi lagi di masa depan. "Sudah ada kontrol aktif untuk memastikan kapal-kapal kita (Australia) tak akan melakukan pelanggaran itu atau kesalahan di masa yang akan datang."
Dia menambahkan, Kepala Angkatan Laut Australia, Ray Griggs, telah menelepon koleganya di Jakarta untuk memberitahukan soal insiden tersebut, dan minta maaf.
Sementara, Menlu Australia, Julie Bishop, juga mencoba untuk bicara dengan Menlu RI Marty Natalegawa. Untuk minta maaf.
"Itu telah terjadi, sangat disesalkan. Kami telah membuat permintaan maaf yang sepatutnya," kata dia.
Insiden tersebut menuai kritik dari senator Partai Hijau Sarah Hanson-Young. "Dua hari yang lalu menteri jelas mengatakan bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Tapi toh itu terjadi. Kita tak bisa mempercayai Scott Morrison saat ia mengatakan kejadian seperti itu tak akan terulang," kata dia.
"Menteri itu kini mengemis maaf, tapi masih menjalankan kebijakan yang pasti akan menyebabkan insiden seperti itu," tegas Hanson-Young. (Ein/Yus)
Baca juga:
Kanguru di Naskah Berumur 400 Tahun Akan Ubah Sejarah Australia?
Ani Yudhoyono: Saya Tidak Pernah Campuri Kabinet Bapak Presiden
Cacing Jumbo Australia Bisa Melar Sepanjang 2 Meter
Dalam konferensi pers di Canberra, Menteri Imigrasi Scott Morrison mengakui, tindakan tersebut juga bertentangan dengan kebijakan negaranya.
Setidaknya kapal patroli perlindungan perbatasan Australia "tidak sengaja" memasuki perairan Indonesia -- melanggar kedaulatan RI -- beberapa kali.
"Saya perlu menekankan bahwa ini terjadi secara tidak sengaja, dan tanpa sepengetahuan atau persetujuan oleh pemerintah Australia," kata Morrison, seperti dimuat Sydney Morning Herald, Jumat (17/1/2014).
Menteri Morrison, yang baru diberi tahu soal pelanggaran batas itu pada Rabu lalu, mendeskripsikan insiden tersebut sebagai kegagalan operasi. Dia menambahkan, pihak Australia telah menginformasikan hal tersebut ke pihak Indonesia, dan telah minta maaf.
Meski pemerintahannya mengakui telah memasuki perairan Indonesia, namun Pak Menteri mengatakan, itu tak bisa dianggap sebagai konfirmasi bahwa Australia menghalau kapal pencari suaka ke wilayah RI -- yang dikabarkan menggunakan tembakan.
"Bukan saya yang harus mengonfirmasi atau tidak mengonfirmasi asumsi Anda," kata dia. "Apa yang bisa saya katakan, adalah kebijakan Pemerintah Australia untuk menghentikan perahu (pencari suaka) dan terus akan berlanjut."
"Tidak Sengaja"
Permintaan maaf itu menyusul berita Fairfax Media yang mengungkap bahwa Australia, untuk kali pertamanya, menggunakan sekoci untuk memaksa pencari suaka kembali ke Indonesia.
Para pencari suaka mengaku, mereka tertipu untuk masuk ke sekoci dan lalu ditinggalkan di dekat perairan Indonesia.
Sementara, komandan operasi perbatasan atau Operation Sovereign Borders, Letnan Jenderal Angus Campbell mengatakan, pihaknya mengetahui telah melakukan pelanggaran batas setelah melihat laporan rutin kapal.
Sang jenderal mengatakan, personel Australia saat itu mengira, mereka masih berada di wilayah perairan Negeri Kanguru. "Ini adalah masalah yang sangat serius," kata dia.
Campbell telah memerintahkan para anak buahnya untuk menelaah pelanggaran tersebut.
Meski yakin pelanggaran batas itu terjadi "lebih dari satu hari", namun ia tidak mengungkap secara detil kapan persisnya waktu kejadian. Review yang akan dilakukan pihaknya akan menyelidiki insiden itu secara tuntas dan "tanpa prasangka".
"Saya yakin semua yang terlibat dalam pelaksanaan Operation Sovereign Borders menyesali dampaknya, penghinaan yang mungkin dirasakan pihak Indonesia."
Jenderal Campbell memastikan, insiden seperti itu tak akan terjadi lagi di masa depan. "Sudah ada kontrol aktif untuk memastikan kapal-kapal kita (Australia) tak akan melakukan pelanggaran itu atau kesalahan di masa yang akan datang."
Dia menambahkan, Kepala Angkatan Laut Australia, Ray Griggs, telah menelepon koleganya di Jakarta untuk memberitahukan soal insiden tersebut, dan minta maaf.
Sementara, Menlu Australia, Julie Bishop, juga mencoba untuk bicara dengan Menlu RI Marty Natalegawa. Untuk minta maaf.
"Itu telah terjadi, sangat disesalkan. Kami telah membuat permintaan maaf yang sepatutnya," kata dia.
Insiden tersebut menuai kritik dari senator Partai Hijau Sarah Hanson-Young. "Dua hari yang lalu menteri jelas mengatakan bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Tapi toh itu terjadi. Kita tak bisa mempercayai Scott Morrison saat ia mengatakan kejadian seperti itu tak akan terulang," kata dia.
"Menteri itu kini mengemis maaf, tapi masih menjalankan kebijakan yang pasti akan menyebabkan insiden seperti itu," tegas Hanson-Young. (Ein/Yus)
Baca juga:
Kanguru di Naskah Berumur 400 Tahun Akan Ubah Sejarah Australia?
Ani Yudhoyono: Saya Tidak Pernah Campuri Kabinet Bapak Presiden
Cacing Jumbo Australia Bisa Melar Sepanjang 2 Meter