Kelola Cadangan Gula, Bulog Berharap Dapat Keistimewaan

Perum Bulog mengaku belum memperoleh penugasan dari pemerintah hingga saat ini

oleh Septian Deny diperbarui 19 Jan 2014, 17:30 WIB
Kementerian Pedagangan (Kemendag) menunjuk Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyiapkan stok gula sebanyak 350 ribu ton sebagai bagian untuk menjaga ketersediaan gula nasional. Namun perusahaan plat merah tersebut mengaku belum menerima perintah tersebut.

"Bulog belum diberi tugas. Kalau sudah ada perintah, kita jalan," ujar Direktur Utama Perum Bulog Surtarto Alimoeso usai Peringatan 11 tahun Perum Bulog yang mengangkat tema 'Kerja, Kerja, Kerja, Bersama Mewujudkan Kedaulatan Pangan, di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta Selatan, Minggu (19/1/2014).

Meskipun demkian, namun Sutarto mengaku bahwa Bulog telah siap untuk melakukan tugas tersebut. Salah satu hal yang dilakukan Bulog melalui kerjasama dengan pabrik-pabrik gula. "Kita sudah menawarkan dan sudah minta, tetapi kan ini tidak mudah, sinergi harus ada beberapa yg perlu kita selesaikan," lanjutnya.

Jika memang diberi penugasan, nantinya Bulog akan membeli gula melalui makanisme lelang dari perusahaan perkebunan yang memproduksi tebu lokal sesuai dengan arahan dari Kementerian BUMN. "Tetapi ada previlege sinergi antar BUMN. Misalnya yang ditender 100 ton, tetapi yg diberikan kepada pemenang tender 50 ton, yang 50 ton berikan ke Bulog dengan harga tender itu. Jadi tidak ada yyang dirugikan. Tetapi sampai saat ini memang belum terlaksana karena mereka masih punya pelanggan lain," jelasnya.

Sutarto mengatakan, target utama Bulog adalah membeli dari pabrik gula yang ada. Kemudian, juga akan membeli langsung dari petani tebu. Sementara melalui impor menjadi jalan terakhir jika produksi gula lokal tidak mencukupi. "Kalau kurang, mestinya kita impor, apakah raw sugar atau kristal sugar. Tetapi kalau didalam negeri, kita sudah siapkan, misalnya dengan PTPN di Jawa Timur atau PTPN Jawa Tengah," katanya.

Namun dia juga menyatakan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan gula dari produsen lokal, sebab produsen tersebut biasanya telah memiliki pelanggan sendiri atau langsung menjual ke masyarakat.

"Ini kan seperti bersaing, kalau begitu produksi sudah langsung laku ke masyarakat kan tidak mungkin bulog maksa ngambil. Dia juga sudah punya pelanggan, itu yang barang kali sampai saat ini kita tidak bisa mendapatkan," tandas Sutarto.(Dny/Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya