Air Sungai Barito di wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah, selama 2 hari terakhir ini surut. Akibatnya sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar atau terperangkap.
"Saat ini angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai surut," kata Kepala Seksi Angkutan Sungai pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara, Rizalfi di Muara Teweh, Rabu (22/1/2014).
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Menurut Rizalfi, saat ini ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh hanya di angka 2 meter. Ketinggian itu menunjukkan tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," jelasnya.
Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit. Sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di wilayah Kabupaten Barito Utara.
Sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara dan kosong bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah, Barut, atau di hulu dan di hilir jembatan KH Hasan Basri, Muara Teweh. "Sejumlah tongkang itu kini terpaksa bersandar sambil menunggu air naik," kata Rizalfi.
Surutnya sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diramalkan. Meski saat ini masih musim hujan, kenyataannya debit air Sungai Barito turun dan kalau di wilayah hulu hujan maka air kembali naik. "Kami sulit memprediksi kondisi Sungai Barito," ucap Rizalfi.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Sementara Kepala Kelompok tenaga Teknis pada Stasiun Meteorologi Beringin Muara Teweh, Sunardi mengatakan, wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya atau kawasan pedalaman Sungai Barito tengah memasuki musim hujan.
"Namun tingkat curah hujan hingga Rabu selama 12 hari di bulan Januari 2014 hanya sekitar 102 milimeter yang menunjukkan di bawah normal atau kurang, sedangkan prakiraan curah hujan bulan ini kisaran 210-400 mm," jelas Sunardi.
Debit air Sungai Barito ini sangat tergantung pada tingkat curah hujan selain hujan turun di wilayah Kabupaten Barito Utara juga terjadi di pedalaman atau hulu Sungai Barito di Kabupaten Murung Raya. (Ant/Mut/Ism)
"Saat ini angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai surut," kata Kepala Seksi Angkutan Sungai pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara, Rizalfi di Muara Teweh, Rabu (22/1/2014).
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Menurut Rizalfi, saat ini ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh hanya di angka 2 meter. Ketinggian itu menunjukkan tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," jelasnya.
Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit. Sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di wilayah Kabupaten Barito Utara.
Sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara dan kosong bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah, Barut, atau di hulu dan di hilir jembatan KH Hasan Basri, Muara Teweh. "Sejumlah tongkang itu kini terpaksa bersandar sambil menunggu air naik," kata Rizalfi.
Surutnya sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diramalkan. Meski saat ini masih musim hujan, kenyataannya debit air Sungai Barito turun dan kalau di wilayah hulu hujan maka air kembali naik. "Kami sulit memprediksi kondisi Sungai Barito," ucap Rizalfi.
Meski angkutan kapal dan tongkang bertonase besar tidak bisa berlayar, sejumlah kapal barang dan angkutan penumpang yang tonasenya sedang untuk sementara tidak mengalami kendala.
Sementara Kepala Kelompok tenaga Teknis pada Stasiun Meteorologi Beringin Muara Teweh, Sunardi mengatakan, wilayah Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya atau kawasan pedalaman Sungai Barito tengah memasuki musim hujan.
"Namun tingkat curah hujan hingga Rabu selama 12 hari di bulan Januari 2014 hanya sekitar 102 milimeter yang menunjukkan di bawah normal atau kurang, sedangkan prakiraan curah hujan bulan ini kisaran 210-400 mm," jelas Sunardi.
Debit air Sungai Barito ini sangat tergantung pada tingkat curah hujan selain hujan turun di wilayah Kabupaten Barito Utara juga terjadi di pedalaman atau hulu Sungai Barito di Kabupaten Murung Raya. (Ant/Mut/Ism)