Banjir yang Luluh Lantahkan Beijing Karena Proyek Infrastruktur

Hujan badai yang melanda Beijing, China pada Juli 2012 merupakan pengalaman mengerikan. Banjir terparah selama 60 tahun terakhir.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 22 Jan 2014, 22:31 WIB

Hujan badai yang melanda Beijing, China pada Juli 2012 merupakan pengalaman mengerikan tak hanya bagi warga domestik tapi juga para turis asing. Banjir terparah selama 60 tahun merendam sebagian besar kota Beijing dan melumpuhkan aktivitas bisnis selama berminggu-minggu.

 

Badai dan kilatan petir di tengah gelapnya malam menambah seram suasana di wilayah kota Beijing. Kendaraan bermotor mengambang di tengah kota sementara sebagian besar lainnya terendam banjir.

Ketinggian banjir yang terus bertambah membuat rumah-rumah warga rusak dan harta bendanya hancur. Selama 16 jam hujan deras terus mengguyur Beijing dan aliran banjir menelan apapun yang dilaluinya.

Kota-kota di China saat itu memang tidak terlaltih dan tak pernah mengalami bencana semacam itu. Warga sangat menyayangkan minimnya peringatan akan adanya banjir besar dari pemerintah. Hal itu membuat banyak nyawa terancam dan kerugian kian membengkak.

Berbagai infrastruktur, fasilitas publik termasuk infrastruktur porak poranda dihantam hujan badai dan banjir di Beijing. Bagaimana kondisi Beijing saat itu dan apa saja kerugian yang dideritanya? Berikut kisah salah satu bencana terbesar di Beijing, Rabu (22/1/2014):


Hujan terparah dalam 60 tahun buat Beijing porak poranda dan walikotanya mundur

Tak ada yang mengira hujan deras selama 16 jam tanpa henti akan merendam kota Beijing. Minimnya peringatan dari pemerintah membuat banyak warga terjebak di tengah banjir dan terlambat di evakuasi.

Akibat bencana tersebut, sedikitnya 77 warga Beijing ditemukan tewas. Warga yang tewas diduga karena tertimpa atap rumah yang ambruk serta tersengat arus listrik.

Sementara masyarakat lainnya termasuk sejumlah turis asing berhasil diselamatkan dari banjir parah yang melanda selama beberapa hari. Kota Beijing seketika berubah mencekam.

Pemerintah juga mendapatkan kritik keras karena lamban dalam penanganan korban banjir dan tidak sesegera mungkin memprediksi kerugian warga akibat banjir.

Di tengah kekacauan kota Beijing tersebut, sang walikota justru dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya. Rumor yang beredar mengatakan, pengunduran dirinya tidak terkait dengan bencana banjir melainkan karena dirinya diangkat ke jabatan yang lebih tinggi.


Malapetaka datang dari proyek infrastruktur besar-besaran di China

Hujan yang terus mengguyur kota Beijing dalam sepekan membuat kondisi banjir semakin parah. Saat itu, sebagian penduduk kota yang masih bisa menikmati akses internet menuding proyek-proyek infrastruktur besar yang dibangun pemerintah sebagai penyebab utama banjir di Beijing.

Pemerintah dituding memainkan dana pembangunan sejumlah infrastruktur sehingga proses pengolahan limbah dan drainase air diabaikan begitu saja. Pasalnya, hanya dalam waktu singkat setelah curah hujan dengan intensitas tinggi menerpa, air meluap dan dengan segera membanjiri jalan-jalan utama.

Masyarakat mengambil kesimpulan ada yang tidak beres dalam pembangunan tersebut sehingga tidak mampu mengatasi jumlah air akibat curah hujan tinggi. Tentu saja kemarahan itu dengan cepat tersebar di internet karena masyarakat melampiaskannya secara online.


Akses transportasi rusak berat, aktivitas bisnis lumpuh

Gara-gara banjir setinggi 46 centimeter hingga 1 meter, ribuan mobil mengambang di tengah banjir. Sementara sebagian lainnya terendam air, tak bisa bergerak.

Kilatan petir, badai dan cuaca buruk tak hanya berdampak pada transportasi darat. Sebanyak 530 penerbangan dibatalkan, 50 lainnya ditunda, dan sedikitnya 80 ribu penumpang terbengkalai di bandara.

Banyak pegawai yang akhirnya tak bisa pergi bekerja karena jalan-jalan utama terputus banjir. Selain itu, tak hanya kendaraan pribadi, bus dan berbagai alat transportasi umum lainnya tak mampu melintasi banjir yang kian bertambah tinggi dari hari ke hari.


Peternakan dan pertanian di Beijing hancur karena banjir

Banjir tak hanya merugikan aktivitas ekonomi besar. Sejumlah peternakan ayam di pinggiran kota Beijing juga terendam banjir.

Bahkan dengan genangan air melebihi pinggang orang dewasa, sejumlah peternak masih berusaha menyelamatkan ayam-ayamnya yang mulai lepas terendam banjir.

Sedih memang, tak hanya peternak, bahkan para petani juga harus merelakan hasil panennya setelah semua tanaman rusak ditelan banjir. Sawah dan tanaman terendam banjir dan sejumlah petani gagal panen.


Tak ada pasokan listrik selama banjir

Sebagian kota Beijing gelap gulita. Bahkan sebelum pemerintah memadamkan listrik, sebagian warga tewas tersengat aliran listrik di tengah banjir.

Dalam bencana tersebut, sebagian kabel terendam lumpur parah yang juga merusak banyak mesin mobil. Sebanyak 14.500 warga Beijing diungsikan guna menghindari banjir yang lebih parah dan mengurangi potensi bertambahnya korban jiwa akibat bencana tersebut.

Secara keseluruhan lebih dari 9 juta warga China menjadi korban dari bencana tersebut. Dalam insiden tersebut meski sekitar 65 ribu warga diungsikan ke wilayah yang lebih tinggi tapi masih saja terkena imbas banjir.

Akibat bencana parah itu, pemerintah kota Beijing dan pemerintah pusat berjanji akan melakukan pembenahan dalam infrastruktur kota khususnya sistem drainase. (Sis/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya