Bangkok Sisakan Setengah Juta Pengangguran Usai Tersapu Banjir

Banjir terparah di Bangkok pada 2011 merusak berbagai akses transportasi dan menghancurkan lapangan tenaga kerja di sana.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 23 Jan 2014, 18:30 WIB

Oktober 2011 pernah menjadi masa suram bagi sebagian besar warga ibukota Thailand, Bangkok. Banjir terparah dalam beberapa dekade itu merusak berbagai akses transportasi dan menghancurkan lapangan tenaga kerja di sana.

 

Ironis memang, insiden itu tak hanya merusak rumah-rumah warga tapi juga melumpuhkan sejumlah pabrik yang tengah aktif beroperasi. Pemerintah dituding telah gagal melindungi sejumlah kawasan industri utama dari sapuan banjir.

Akibatnya, air banjir beserta lumpur kecoklatan menggenangi ratusan pabrik di lingkar luar kota Bangkok. Kondisi itu tentu saja mengganggu berbagai kegiatan produksi termasuk mobil, elektronik dan produk-produk lainnya.

Usai banjir melanda, pemerintah kota Bangkok mengumumkan angka pengangguran yang melejit. Untungnya, tujuan wisata utama seperti Phuket dan Phi Phi tidak diterjang banjir.

Bahkan bandara utama Bangkok masih bisa beroperasi normal karena sistem infrastrukturnya dapat mengatasi banjir.

Seperti apa bencana banjir parah yang memicu tingginya angka pengangguran di Bangkok? Berikut kisahnya seperti dikutip dari The Wathcers, Terra Daily, Huffington Post, dan sejumlah sumber lainnya, Kamis (23/1/2014):


Sebelum Banjir menerjang, pemerintah sudah berusaha amankan Bangkok

Bangkok selama ini telah menyiapkan diri untuk menghadapi musibah banjir akibat badai dan hujan deras yang sudah melanda sebagian wilayah Thailand. Bangkok memiliki sistem drainase yang besar termasuk 200 pintu air, 158 stasiun pompa, tujuh terowongan bawah tanah raksasa dan 1.682 kanal seluas 2.604 kilometer.

Pemerintah kota Bangkok juga telah mengerahkan pululah ribu tentara dan polisi untuk mencegah kerusakan pada pertahanan banjir tersebut. Semua itu dilakukan pemerintah untuk mencegah masuknya luapan air ke kawasan sekitar Bangkok dan melindungi jantung perekonomian Thailand tersebut.

Tetapi intensitas curah hujan yang tinggi terus mengguyur Bangkok. Volume air yang terus bertambah diprediksi akan membanjiri banyak kanal Bangkok. Air bah berdatangan dari berbagai arah dan kota tersebut tak akan mampu lagi menahan luapan tersebut.

Akibatnya pemerintah mengumumkan keadaan darurat dan Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra meminta masyarakat di bagian timur dan selatan Bangkok untuk segera mengungsi. Seluruh warga diperintahkan untuk memindahkan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi dan mengikuti pelatihan evakuasi. Pasalnya banjir diprediksi akan mulai menerjang Bangkok dalam hitungan 1x24 jam.


Luapan air tak terelakan, Bangkok dihantam banjir

Mengingat luapan air terus bergeser ke Selatan selama Oktober, fokus beralih ke Bangkok. Berbagai upaya dilakukan agar banjir tidak menggenangi bagian pusat kota.

Banjir di Bangkok telah menghantam 470 titik di 32 bagian kota di utara, barat dan timur. Seluruh titik di bagian kota Bangkok itu direndam banjir dengan ketinggian minimum 80 cm.

Kegagalan beberapa penghalang banjir membuat berbagai wilayah di Bangkok akhirnya terendam banjir. Secara keseluruhan, lebih dari dua juta penduduk (20% dari populasi kota) diperintahkan untuk segera mengevakuasi diri ke tempat yang lebih tinggi.

Banjir tersebut juga memaksa penutupan Bandara Don Mueang dan beberapa jalur utama untuk masuk dan keluar Bangkok. Untungnya, metode pencegahan banjir untuk menjaga jantung kota tetap kering berhasil dilakukan. Kondisi itu menutup risiko bertambah parahnya situasi yang sudah sangat buruk di Bangkok.


Properti pribadi yang rusak akibat banjir rugikan negara Rp 31,02 triliun

Laporan dari pemerintah Thailand menyebutkan sebanyak 1,5 juta rumah dan bangunan lainnya hancur selama banjir melanda. Sementara hampir empat juta bangunan lainnya diprediksi rusak permanen.

Menurut laporan dari Thai Real Estate Information Center (REIC), sebanyak 300 ribu rumah rusak parah di area metropolitan kota Bangkok. Sementara untuk seluruh fasilitas hunian di kawasan tersebut, REIC mencatat terdapat 700 ribu unit perumahan yang menderita kerusakan ringan.

Sementara laporan dari Bank Dunia mengungkapkan kerugian properti hunian di Thailand mencapai 84 miliar baht atau setara Rp 31,02 triliun.


Banjir hancurkan banyak pabrik global

Hantaman terbesar di kawasan industri merusak banyak pabrik di Thailand termasuk produsen makanan minuman, otomotif, peralatan medis, dan akses listrik. Departement of Industrial Works Thailand melaporkan lebih dari 7.510 pabrik manufaktur dan industri hancur karena banjir di 40 provinsi terpisah.

Sementara kawasan industri di sekitar Bangkok khususnya Bang Chan dan Lat Krabang menerima kerusakan terparah akibat banjir. Berbagai produksi pabrik terpaksa dihentikan.

Pabrik-pabrik itu termasuk Toyota, Honda, Mazda Nissan, Mitsubishi, Sony, Nikkon, Sanyo, Canon, Hitachi dan berbagai pabrik internasional lainnya. Saat banjir melanda, sekitar 6.000 kendaraan di sekitar Bangkok dikabarkan hilang.


Banjir di Bangkok, Bunuh warga dan matikan lapangan pekerjaan

Sedikitnya banjir yang menerjang Bangkok serta beberapa wilayah di Thailand menewaskan 250 penduduk lokal. Selain itu, sebanyak 1,2 juta masyarakat mengalami luka parah dan luka ringan.

Pemerintah akhirnya gagal melindungi sejumlah kawasan industri dari terjangan banjir dan lumpur. Lebih buruk dari itu, lebih dari setengah juta penduduk di Bangkok kehilangan pekerjaannya.

Beruntung, banjir tidak sampai menyerang ke tengah kota. Setelah bencana banjir benar-benar surut pada Desember 2011, Bangkok masih tercatat sebagai pusat perekonomian Thailand. Sumbangannya terhadap total perekonomian Thailand masih berada di level 41%. Sayangnya, berbagai kerusakan serius di sektor pariwisata Bangkok akan memberikan dampak kerugian dalam jangka waktu lama.


Kerusakan infrastruktur di Bangkok

Infrastruktur kota mengalami kerusakan terparah di mana banyak jalan utama dan jembatan tersapu banjir. Department of Rural Roads Thailand melaporkan 1.700 jalur utama, jalan tol, jalan layang dan jembatan rusak dan hancur total.

Bandara di sekitar Thailand juga tidak mampu terhindarkan dari banjir termasuk beberapa yang berada di Bangkok. Bandara utama kedua di Bangkok, Don Mueang terpaksa ditutup sejak Oktober 2011 karena luapan air bah yang masuk ke terminal bandara dan juga lintasan pesawat yang terendam air.

Bandara tersebut baru dibuka dan resmi beroperasi secara komersil pada Maret 2012. Landasan pesawat yang rusak parah menelan biaya hingga 150 juta baht.

Sementara itu, bandara utama di Bangkok Suvarnabhumi International Airport sama sekali tidak mencicipi musibah banjir parah tersebut. Hal ini berkat sistem pompa air di sekitar bandara.

Lintasan kereta juga rusak parah akibat banjir menyapu bersih dan menggeser beberapa jalur rel di Bangkok. (Sis/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya