Sebanyak delapan saham menjadi penghuni baru indeks saham LQ45 periode Februari-Juli 2014. Sebagian besar saham itu berasal dari sektor properti dan konstruksi.
Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Lalu ada saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Waskita Karya Tbk.
Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda mengatakan, ada peningkatan kapitalisasi pasar saham untuk perusahaan-perusahaan itu sehingga menjadi pertimbangan masuk LQ45.
Pertimbangan lainnya yaitu kinerja sektor saham properti dan konstruksi diproyeksikan masih baik untuk jangka panjang. Tahun ini tema investasi yaitu pengembangan infrastruktur juga mendukung perusahaan konstruksi dan properti.
Menurut Thendra, industri konstruksi dan properti diperkirakan masih akan lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6% pada 2014. Memang properti dan konstruksi masih ada potensi melambat pada semester pertama 2014 karena tekanan tingkat suku bunga acuan.
"Isu suku bunga memang secara keseluruhan mengganjal proyek properti dan infrastruktur. Kalau dilihat prospek jangka panjang kinerja properti dan konstruksi akan lebih baik oleh karena itu ini jadi pertimbangan yang membuat saham ini masuk LQ45," ujar Thendra, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (24/1/2014).
Sedangkan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) masuk indeks saham LQ45, Thendra menilai, hal itu karena perseroan mendapatkan hak siar untuk piala dunia 2014. Dengan hak siar piala dunia itu diharapkan memberikan sentimen positif untuk kinerja perseroan ke depan.
Otoritas bursa pun mendepak delapan saham dari indeks saham LQ45 untuk periode Februari-Juli 2014. Delapan saham itu antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bhakti Investama Tbk (BHIT), PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Selain itu, saham lain yang dikeluarkan yaitu PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
"Penurunan harga komoditas memberikan tekanan terhadap saham BUMI, BHIT, dan INCO. Lalu PT Bumi Resources Tbk sendiri pun menghadapi masalah internal terkait pemisahan grup Bakrie dengan Bumi Plc," kata Thendra.
Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) keluar dari indeks saham LQ45 seiring ada peningkatan risiko yang terjadi di sektor perbankan. "Kenaikan suku bunga mempengaruhi BTN apalagi perbankan juga alami kesulitan likuiditas untuk dana pihak ketiga," kata Thendra.
Sebagai informasi, indeks saham LQ45 terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham ini dilakukan setiap enam bulan. (Ahm)
Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Lalu ada saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Waskita Karya Tbk.
Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda mengatakan, ada peningkatan kapitalisasi pasar saham untuk perusahaan-perusahaan itu sehingga menjadi pertimbangan masuk LQ45.
Pertimbangan lainnya yaitu kinerja sektor saham properti dan konstruksi diproyeksikan masih baik untuk jangka panjang. Tahun ini tema investasi yaitu pengembangan infrastruktur juga mendukung perusahaan konstruksi dan properti.
Menurut Thendra, industri konstruksi dan properti diperkirakan masih akan lebih baik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 6% pada 2014. Memang properti dan konstruksi masih ada potensi melambat pada semester pertama 2014 karena tekanan tingkat suku bunga acuan.
"Isu suku bunga memang secara keseluruhan mengganjal proyek properti dan infrastruktur. Kalau dilihat prospek jangka panjang kinerja properti dan konstruksi akan lebih baik oleh karena itu ini jadi pertimbangan yang membuat saham ini masuk LQ45," ujar Thendra, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (24/1/2014).
Sedangkan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) masuk indeks saham LQ45, Thendra menilai, hal itu karena perseroan mendapatkan hak siar untuk piala dunia 2014. Dengan hak siar piala dunia itu diharapkan memberikan sentimen positif untuk kinerja perseroan ke depan.
Otoritas bursa pun mendepak delapan saham dari indeks saham LQ45 untuk periode Februari-Juli 2014. Delapan saham itu antara lain PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bhakti Investama Tbk (BHIT), PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Selain itu, saham lain yang dikeluarkan yaitu PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
"Penurunan harga komoditas memberikan tekanan terhadap saham BUMI, BHIT, dan INCO. Lalu PT Bumi Resources Tbk sendiri pun menghadapi masalah internal terkait pemisahan grup Bakrie dengan Bumi Plc," kata Thendra.
Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) keluar dari indeks saham LQ45 seiring ada peningkatan risiko yang terjadi di sektor perbankan. "Kenaikan suku bunga mempengaruhi BTN apalagi perbankan juga alami kesulitan likuiditas untuk dana pihak ketiga," kata Thendra.
Sebagai informasi, indeks saham LQ45 terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham ini dilakukan setiap enam bulan. (Ahm)