Manajemen BlackRock Inc, salah satu perusahaan aset manajemen terbesar di dunia memperingatkan pasar keuangan yang terlalu optimistis.
Chief Executive Officer BlackRock Inc, Laurence D.Fink memproyeksikan, pasar keuangan akan kembali bergejolak. Hal itu dikatakannya setelah terjadi aksi jual di pasar negara berkembang yang dipicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi China dan penarikan dana stimulus moneter Amerika Serikat (AS). Indeks MSCI World pun turun paling dalam dalam lima bulan ini.
"Pengalaman pasar pada pekan terakhir ini akan menjadi indikator sepanjang 2014. Kita akan mengalami volatilitas jauh lebih besar," ujar Fink yang mengelola perusahaan aset management terbesar di dunia, pada pertemuan di Davos pada akhir pekan lalu, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (27/1/2014).
Sebagai delegasi Davos, pihaknya cemas tentang ketahanan ekonomi Turki hingga Argentina. Selain itu, Inggris dan Jepang juga menunjukkan sinyal kalau stimulus moneter akan berjalan di tempat.
Pernyataan Fink itu berbalik dengan pandangan Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF). IMF memprediksi ekonomi dunia akan tumbuh kuat sejak 2011. Pertemuan dari tujuh tahun terakhir ini ditutup oleh kekhawatiran tentang krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan, suku bunga akan tetap pada tingkat saat ini atau lebih rendah. Hal senada dikatakan Gubernur Bank of England, Mark Carney menuturkan, saat ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga.
Managing Director IMF, Christine Lagarde mengatakan, bank sentral harus terus menjaga kebijakan moneter longgar hingga pertumbuhan menjadi baik. Ia pun memperingatkan risiko deflasi global antara 15%-20%. (Ahm)
Chief Executive Officer BlackRock Inc, Laurence D.Fink memproyeksikan, pasar keuangan akan kembali bergejolak. Hal itu dikatakannya setelah terjadi aksi jual di pasar negara berkembang yang dipicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi China dan penarikan dana stimulus moneter Amerika Serikat (AS). Indeks MSCI World pun turun paling dalam dalam lima bulan ini.
"Pengalaman pasar pada pekan terakhir ini akan menjadi indikator sepanjang 2014. Kita akan mengalami volatilitas jauh lebih besar," ujar Fink yang mengelola perusahaan aset management terbesar di dunia, pada pertemuan di Davos pada akhir pekan lalu, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (27/1/2014).
Sebagai delegasi Davos, pihaknya cemas tentang ketahanan ekonomi Turki hingga Argentina. Selain itu, Inggris dan Jepang juga menunjukkan sinyal kalau stimulus moneter akan berjalan di tempat.
Pernyataan Fink itu berbalik dengan pandangan Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF). IMF memprediksi ekonomi dunia akan tumbuh kuat sejak 2011. Pertemuan dari tujuh tahun terakhir ini ditutup oleh kekhawatiran tentang krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan, suku bunga akan tetap pada tingkat saat ini atau lebih rendah. Hal senada dikatakan Gubernur Bank of England, Mark Carney menuturkan, saat ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga.
Managing Director IMF, Christine Lagarde mengatakan, bank sentral harus terus menjaga kebijakan moneter longgar hingga pertumbuhan menjadi baik. Ia pun memperingatkan risiko deflasi global antara 15%-20%. (Ahm)