Gairah investasi di pasar saham diprediksi akan terus bersinar di tahun ini. Pasalnya, keuntungan portofolio investasi saham sangat menjanjikan sehingga menjadi pilihan tepat bagi para investor mengoleksi saham-saham pilihan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan enam kali lipat dari level 691 pada 1993 menjadi 4.400 hingga Januari ini meskipun sempat terkoreksi akibat bursa Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan.
"Benchmark ini menunjukkan bahwa potensi investasi di Indonesia, khususnya di investasi saham. Bahkan tak ada investasi lain yang bisa menyaingi investasi saham," ujarnya saat di acara acara seminar dengan tema Making 2014 The Year of Economic and Bussines Confidence Jakarta, Kamis (30/1/2014).
Lebih jauh Ito menjelaskan, Indonesia pernah diterpa badai krisis pada 2008 hingga IHSG anjlok sebesar 50%. Sedangkan tahun lalu, krisis kembali terjadi di semester II akibat pengumuman tapering off, defisit transaksi berjalan dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kian melebar.
"Tapi kita bisa mencatatkan kapitalisasi pasar menembus Rp 5.000 triliun pada Mei 2013 setelah sebelumnya pada 2008 hanya sebesar Rp 1.076 triliun," terang dia.
Dia mengatakan, selama ini BEI mencatat terjadi aliran dana masuk (capital inflow) di bidang investasi saham sejak 2006. Namun akhirnya dana itu keluar (penjualan asing/net sell) sebesar Rp 26 triliun di 2013.
"Tapi mulai 24 Januari ini, aliran dana kembali masuk ke Indonesia melalui pembelian bersih senilai Rp 38 triliun. Sedangkan kepemilikan saham di BEI masih didominasi asing dengan porsi sebesar 63% dari total perdagangan saham di BEI," tandas Ito. (Fik/Ndw)
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan enam kali lipat dari level 691 pada 1993 menjadi 4.400 hingga Januari ini meskipun sempat terkoreksi akibat bursa Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan.
"Benchmark ini menunjukkan bahwa potensi investasi di Indonesia, khususnya di investasi saham. Bahkan tak ada investasi lain yang bisa menyaingi investasi saham," ujarnya saat di acara acara seminar dengan tema Making 2014 The Year of Economic and Bussines Confidence Jakarta, Kamis (30/1/2014).
Lebih jauh Ito menjelaskan, Indonesia pernah diterpa badai krisis pada 2008 hingga IHSG anjlok sebesar 50%. Sedangkan tahun lalu, krisis kembali terjadi di semester II akibat pengumuman tapering off, defisit transaksi berjalan dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kian melebar.
"Tapi kita bisa mencatatkan kapitalisasi pasar menembus Rp 5.000 triliun pada Mei 2013 setelah sebelumnya pada 2008 hanya sebesar Rp 1.076 triliun," terang dia.
Dia mengatakan, selama ini BEI mencatat terjadi aliran dana masuk (capital inflow) di bidang investasi saham sejak 2006. Namun akhirnya dana itu keluar (penjualan asing/net sell) sebesar Rp 26 triliun di 2013.
"Tapi mulai 24 Januari ini, aliran dana kembali masuk ke Indonesia melalui pembelian bersih senilai Rp 38 triliun. Sedangkan kepemilikan saham di BEI masih didominasi asing dengan porsi sebesar 63% dari total perdagangan saham di BEI," tandas Ito. (Fik/Ndw)
