Debit air di kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan terus naik. Tak hanya merendam rumah, banjir juga merendam Jalan Bukit Duri Pangkalan. Sebelumnya, banjir yang terjadi di jalan ini sempat surut. Namun kembali terendam banjir akibat luapan kali Ciliwung.
Banjir yang diakibatkan dari meluapnya Sungai Ciliwung mulai merendam kawasan ini sejak pukul 6 pagi tadi. Hingga saat ini, air mencapai ketinggian 30 hingga 100 centimeter.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (30/1/2014), luapan air Sungai Ciliwung juga merendam kawasan jalan Jatinegara Barat yang mencapai ketinggian 50 centimeter. Meskipun beberapa jalan masih bisa dilintasi kendaraan, banjir yang melanda kawasan ini turut menghambat aktivitas warga.
Warga Bukit Duri mengaku kesulitan mendapat air bersih. Mereka harus membeli air bersih seharga Rp 2.000 per jerigen. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, minimal membutuhkan 5 jerigen air bersih.
Sejumlah relawan gabungan TNI dan BNPB tetap bersiaga dengan perahu karet untuk mengevakuasi warga ke 8 titik pengungsian yang sudah disiapkan. Karena diperkirakan air di kawasan ini masih bisa naik kapan saja selama curah hujan belum berakhir.
Banjir harus terus diwaspadai oleh warga Jakarta, mengingat intensitas curah hujan yang masih sering terjadi terutama pada malam dan pagi hari.
Sementara di Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan, korban banjir sudah menempati pengungsian di kolong jembatan sejak 3 pekan lalu akibat banjir yang masih menggenangi rumah mereka.
Genangan air di kawasan Rawajati pada sore hari ini relatif surut dibandingkan banjir pada siang tadi. Namun sejumlah rumah yang berada di dataran rendah masih terendam air setinggi 150 centimeter hingga 200 centimeter. Sementara kondisi di jalan raya genangan air sudah relatif lebih kering.
Selama 3 minggu tinggal di pengungsian, warga sudah 5 kali membersihkan rumah mereka. Namun datangnya banjir yang tidak bisa diprediksi membuat warga hanya bisa pasrah dan tetap bertahan di tempat pengungsian.
Anak-anak yang seharusnya sekolah, selama 3 minggu ini terpaksa tidak bisa mengenyam pendidikan karena sejumlah sekolahan juga turut terendam banjir. Para orang tua berharap ada relawan dari tenaga pengajar yang bisa memberikan pelajaran pada anak-anak yang tinggal di pengungsian. (Nfs/Yus)
Baca juga:
Banjir yang diakibatkan dari meluapnya Sungai Ciliwung mulai merendam kawasan ini sejak pukul 6 pagi tadi. Hingga saat ini, air mencapai ketinggian 30 hingga 100 centimeter.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (30/1/2014), luapan air Sungai Ciliwung juga merendam kawasan jalan Jatinegara Barat yang mencapai ketinggian 50 centimeter. Meskipun beberapa jalan masih bisa dilintasi kendaraan, banjir yang melanda kawasan ini turut menghambat aktivitas warga.
Warga Bukit Duri mengaku kesulitan mendapat air bersih. Mereka harus membeli air bersih seharga Rp 2.000 per jerigen. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, minimal membutuhkan 5 jerigen air bersih.
Sejumlah relawan gabungan TNI dan BNPB tetap bersiaga dengan perahu karet untuk mengevakuasi warga ke 8 titik pengungsian yang sudah disiapkan. Karena diperkirakan air di kawasan ini masih bisa naik kapan saja selama curah hujan belum berakhir.
Banjir harus terus diwaspadai oleh warga Jakarta, mengingat intensitas curah hujan yang masih sering terjadi terutama pada malam dan pagi hari.
Sementara di Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan, korban banjir sudah menempati pengungsian di kolong jembatan sejak 3 pekan lalu akibat banjir yang masih menggenangi rumah mereka.
Genangan air di kawasan Rawajati pada sore hari ini relatif surut dibandingkan banjir pada siang tadi. Namun sejumlah rumah yang berada di dataran rendah masih terendam air setinggi 150 centimeter hingga 200 centimeter. Sementara kondisi di jalan raya genangan air sudah relatif lebih kering.
Selama 3 minggu tinggal di pengungsian, warga sudah 5 kali membersihkan rumah mereka. Namun datangnya banjir yang tidak bisa diprediksi membuat warga hanya bisa pasrah dan tetap bertahan di tempat pengungsian.
Anak-anak yang seharusnya sekolah, selama 3 minggu ini terpaksa tidak bisa mengenyam pendidikan karena sejumlah sekolahan juga turut terendam banjir. Para orang tua berharap ada relawan dari tenaga pengajar yang bisa memberikan pelajaran pada anak-anak yang tinggal di pengungsian. (Nfs/Yus)
Baca juga: