Menengok Wihara Tertua di Jakarta Barat

Wihara Dharma Sakti merupakan wihara tertua di Jakarta Barat. Letaknya bersampingan dengan Wihara Dharma Bhakti.

oleh Liputan6 diperbarui 31 Jan 2014, 20:40 WIB

Wihara Dharma Sakti merupakan wihara tertua di Jakarta Barat. Letaknya bersampingan dengan Wihara Dharma Bhakti. Wihara Dharma Sakti memiliki dua klenteng, yakni Tee Tjang Wang dan Hian Tan Keng.

Wihara yang terletak di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat ini didirikan kembali atas usaha locu dan pengurus-pengurus pada tanggal 4-6-1976. Atau pada tanggal Imlek yaitu pada 7-3-2527.

Wihara Dharma Sakti ini letaknya condong ke depan. Halamannya yang luas justru dijadikan tempat para pengemis untuk duduk atau pun tidur. Menunggu dengan peluh pembagian ampao untuk mereka.

Pantauan Liputan6.com, klenteng tertua yang dibangun sejak 1650 silam ini tampak lebih lengang dengan masyarakat keturunan Tionghoa yang bersembahyang dibanding Wihara Dharma Bhakti.

Di Wihara Dharma Bhakti, sejumlah orang terlihat tengah bersembahyang. Menundukkan kepala sambil mengangkat dan menurunkan dupa. Sedangkan di vihara Dharma Sakti, malah dijadikan objek foto oleh sebagian orang.

Menurut Ayaw, salah satu pengurus wihara. "Puncak sembahyang hari ini biasanya nanti malam jam 12. Mungkin agar mereka lebih khusyuk sembahyang."

Saat memasuki Wihara Dharma Sakti, hiasan lampion dengan corak ornamen berwarna merah dan lilin-lilin besar setinggi 80 cm yang beratnya sekitar 20 kg menjadi pemandangan pertama yang dijumpai pengunjung.

Wangi dupa begitu tercium, bahkan kepulan asap dan debu bekas dibakar orang Tionghoa sembahyang bertebaran ringan tertiup angin.

Namun wihara ini tetap dijadikan tempat ibadah yang khusyuk. Warga etnis Tionghoa tampak menyalakan hio dan bersembahyang memberikan salam kepada Dewi Kwan Im. Selain itu, wihara ini dijadikan objek foto dan banyak orang yang berfoto ria.

Imlek tahun 2565 ini disimbolkan dengan Jia Wu Nian atau Tahun Kuda Emas. Sesuai dengan simbol binatangnya adalah kuda. Maka etnis Tionghoa diimbau untuk terus bekerja dan berusaha untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

"Sesuai dengan lambang binatangnya adalah kuda. Binatang yang tidur saja berdiri. Maka warga Tionghoa pun harus kuat, lebih bekerja keras untuk kehidupan yang lebih baik di tahun ini." tandas Ayaw. (Riz)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya