10 Alasan untuk Stop Bekerja Keras

Bekerja terlalu keras memang dapat berdampak negatif bagi para pelakunya.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 04 Feb 2014, 05:35 WIB
Kasus meninggalnya Mita Diran, seorang copy writer yang bekerja selama 30 jam tanpa henti seperti ditulis dalam akun twitternya telah menggegerkan dunia kerja global.

Diduga bekerja terlalu keras, Mita jatuh sempat jatuh pingsan dan koma sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Seperti dikutip dari Inc.com, Selasa (4/2/2014), bekerja terlalu keras memang dapat berdampak negatif bagi para pelakunya. Akan tetapi, banyak pegawai muda yang terlalu bersemangat sehingga tidak memperhatikan diri sendiri.

Ironisnya, tak hanya menyebabkan gangguan kesehatan, bekerja terlalu keras justru dapat berpengaruh negatif pada karir yang tengah dirintis. Berikut 10 alasan mengapa Anda harus berhenti bekerja keras:

1. Menurunkan kualitas kerja

Para pekerja keras berharap melakukan pekerjaan yang luar biasa berkat segala upayanya. Tetapi lebih banyak tugas yang diambil, semakin kecil peluang Anda untuk melakukan hal yang mengagumkan.

Kurangi beban kerja Anda dan prioritaskan pekerjaan yang memang harus didahulukan. Jangan mendorong diri Anda untuk mengerjakan terlalu banyak hal.

2. Berpotensi mengalami gangguan tidur

Salah satu cara ampuh untuk menjadi lebih produktif, lebih terinspirasi, dan lebih menikmati hidup adalah cukup tidur. Sayangnya, orang-orang yang bekerja terlalu keras akan kehilangan banyak waktu tidurnya.

3. Terlalu lelah berdampak negatif pada kinerja pribadi

Mengikuti rapat kantor saat sedang lelah berarti Anda membuat diri sendiri terlihat buruk. Anda sulit berkonsentrasi saat menyampaikan gagasan-gagasan baru, mencari solusi kreatif, dan tak mampu menyimak pendapata orang di sekitar Anda.

Kondisi itu membuat orang lain tidak menghargai Anda. Selain itu, berbicara dengan Anda hanya akan dianggap membuang-buang waktu.

4. Mood Anda sering membuat orang lain kesal

Rasa tidak nyaman karena bekerja berlebihan membuang orang-orang di sekitar Anda baik di kantor atau di rumah merasa kesal. Jika Anda seorang karyawan, mood yang berantakan cepat atau lambat dapat merusak karir pribadi.

5. Penilaian Anda tidak objektif

Menurut sebuah penelitian, gangguan tidur dapat mempengaruhi keputusan pribadi Anda. Jika berprofesi sebagai atasan, penilaian Anda akan tidak objektif dan dapat merugikan pegawai di kantor.

6. Menciptakan pribadi yang terlalu ambisius

Jadwal kerja menumpuk yang Anda buat-buat sendiri membuat Anda tampak seperti pekerja yang paling ambisius. Sebagian besar orang di kantor akan tidak nyaman dengan Anda.

7. Selalu saja ada pekerjaan tambahan

Jika Anda menjalankan bisnis pribadi, selalu ada proyek baru untuk dikerjakan, konsumen baru untuk didekati dan teknologi baru untuk dicoba.

Anda tidak pernah bisa keluar dari jeratan pekerjaan baru. Semakin banyak pekerjaan yang selesai semakin banyak proyek baru berdatangan.

8. Anda merusak hubungan pribadi

Saat bekerja keras secara berlebihan, Anda kehilangan banyak waktu untuk mengobrol bersama teman dan saudara. Banyak orang akhirnya memutuskan untuk meninggalkan karena Anda terlalu egois saat bekerja.

9. Merusak kesehatan

Berkaca pada kasus Mita Diran yang diduga meninggal karena terlalu lelah setelah bekerja selama 30 jam tanpa henti, sebaiknya para pegawai mulai berpikir dua kali untuk bekerja keras. Pasalnya, bekerja terlalu keras justru dapat merusak kesehatan hingga berujung kematian.

10. Banyak pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu penting

Terkadang, para pekerja keras berpikir bahwa semua pekerjaan merupakan hal yang penting. Banyak pekerja yang jatuh sakit karena saat bekerja tidak mampu memisahkan mana yang penting dan tidak. (Sis/Nrm)

Baca juga:

5 Pekerjaan Bergaji Tinggi yang Taruhannya Nyawa

7 Jurus Menyulap Senin Jadi Hari Spesial buat Bekerja

3 Hal Keren yang Tak Bisa Jadi Jaminan Bakal Diterima Kerja



Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya