Bulan Maret ini, komunitas yang berkantor di Lenteng Agung ini akan mengadakan workshop melukis gratis bagi anak-anak. Saat ini workshop yang mengambil tema,“urban space” akan berlangsung sampai maret 2014.
Saepul Bahri, founder komunitas Begoendal yang juga pelukis ini melalui email menceritakan lebih detail tentang komunitas yang dibentuknya sejak 2009 ini.
Laki-laki yang lahir di pedalaman Lombok ini mempunyai pengalaman menarik soal melukis. Ia mengaku tertarik dengan melihat seorang Patino Sidin di layar kaca TVRI.
“Beliau memberikan praktek dan inspirasi pada saya dan mengawali perjumpaan saya dengan dunia menggambar dan kesenian,” katanya.
Dalam melukis ia terinspirasi dari para maestro surrealism. Salah satu maestro Rene Magritte .
Bagaimana awalnya bisa terbentuk komunitas ini?
Begoendal terbentuk pada Januari 2009, saya pribadi merupakan salah satu orang yang ikut membentuk kelompok ini. Saat itu kami langsung terlibat dalam sebuah proyek kesenian yang diadakan oleh Jakarta Art Movement (JAM) dengan tema “Second God” di Galeri Nasional Jakarta.
Begoendal hadir sebagai wadah bagi siapapun yang ingin terlibat asalkan sejalan dengan tujuan kami yang salah satunya adalah merespons gejala sosial yang hadir di masyarakat lewat gerakan kesenian.
Nama Begoendal sendiri mempunyai arti “pengikut” . Dalam hal ini kami memposisikan diri kami (Begoendal) sebagai pengikut atas fenomena atau gejala sosial yang hadir di tengah masyarakat. Selanjutnya dari segala fenomena atau gelaja-gejala tersebut kami respons lewat medium seni.
Apa saja kegiatannya saat ini?
Kegiatan kami saat ini masih terkonsentrasi di wilayah kampung. Wilayah terdekat dengan kami yang hadir secara alami di keseharian kami baik secara individu maupun komunitas.
Kami merespons gejala-gejala yang ada di sekitar kami dan sebisa mungkin turut memberikan energi positif yang kami punya lewat medium seni. Salah satu kegiatan yang sedang kami lakukan adalah workshop lukis gratis dengan tema “Urban Space”.
Workshop tersebut bertujuan untuk kembali membuka ruang-ruang kota besar dan mengisinya lewat karya anak-anak yang hadir di workshop ini.
Sudah sejauh mana anggota komunitas ini?
Saat ini Komunitas Begoendal terdiri dari 13 orang dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Saya pribadi seorang pelukis dan ada teman-teman yang berprofesi sebagai desainer, penulis, atau berkecimpung di dunia media rekam.
Makna komunitas Begoendal bagi kak Epul (nama panggilannya)?
Komunitas Begoendal bagi saya adalah wadah untuk belajar, berkesenian, bersosialisasi, ataupun berbagi pengalaman. Bukan hanya untuk kalangan penggiat seni namun masyarakat secara luas.
Apa rencana-rencana kegiatan ke depan?
Komunitas Begoendal akan tetap merespons gejala sosial di wilayah paling dekat dengan kami. Tetap dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat umum, kami mencoba memberikan hal sekecil apapun yang mampu kami berikan ke masyarakat.
Sebagai contoh adalah acara Festival Gang yang sedang kami persiapkan untuk Agustus nanti. Festival Gang sendiri merupakan sebuah acara yang melibatkan komunitas-komunitas seni dan budaya dengan masyarakat kampong. Nantinya akan terjadi sinergi antara masyarakat dengan komunitas lewat medium seni. (kw)
Baca Juga:
Joel Mastana: Tak ada Standarisasi Berkendara di Indonesia
Bovie Sandhi: SHFIndo untuk Mengulang Kebahagiaan Masa Bocah
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Advertisement
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.