Laut masih menyimpan rahasia terdalamnya. Untuk menyibaknya, sebuah kapal riset sedang dibuat. Namanya SeaOrbiter.
SeaOrbiter bukan kapal biasa, melainkan laboratorium riset raksasa, bentuknya unik dengan setengah bagian tenggelam dalam air. Tinggi totalnya 190 kaki atau 57,9 meter, 100 kaki atau 30,4 meter di antaranya berada di bawah air.
Seperti dimuat News.com.au, 7 Februari 2014, dengan ditenagai energi matahari, ia bisa menjelajahi lautan tanpa henti, untuk mencari jenis kehidupan baru atau mencari peradaban yang hilang.
Dari bentuk dan kecanggihannya, SeaOrbiter seakan adalah bagian dari film fiksisains besutan James Cameron. Seperti tak nyata. Namun, suatu hari ia akan melaju di lautan terbuka sebagai kapal eksplorasi tanpa henti pertama di dunia.
Dilengkapi kapal selam tanpa awak (drone) yang bisa menyelam hingga kedalaman 6.000 meter, tempat tinggal manusia di bawah air, dan ruang simulasi.
Ahli kelautan, Jacques Rougerie adalah otak dibalik pembuatan SeaOrbiter. Ia merancangnya selama lebih dari 1 dekade, serta mengumpulkan 30 persen dari biaya total pembuatan yang mencapai 53 juta dolar Australia dari situs penggalang dana KissKissBankBank.
"Stasiun internasional berbasis laut yang inovatif akan segera mengarungi lautan," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Stuff.
Dengan posisinya yang setengah tenggelam, SeaOrbiter menawarkan proposisi eksplorasi alternatif untuk proyek-proyek penelitian saat ini: mencari peradaban yang hilang, mencari monster dan makhluk mistis laut, juga menguak bentuk-bentuk kehidupan lain yang belum terungkap. Bukan mustahil kelak ia akan menguak misteri Atlantis atau keberadaaan monster Loch Ness atau Kraken --si cumi raksasa.
Apalagi, manusia baru menjelajahi 10 persen lautan, 90 persen sisanya belum terjamah. Masih ada jutaan spesies laut yang belum diketahui manusia.
SeaOrbiter dibuat dari Sealium -- aluminium daur ulang yang didesain khusus untuk lingkungan laut. Pembangkit tenaga surya di permukaannya membuatnya bisa melaju dengan tenang. Ada turbin angin untuk menambah daya. Kapal riset itu juga dilengkapi perangkat berteknologi tinggi, termasuk peralatan eksplorasi bawah laut.
Dengan 10 tingkat ruang akomodasi, cukup ruang untuk 22 penghuni permanennya -- 4 tingkat di atas, 6 di bawah. Juga disiapkan tabung hiperbarik untuk memulihkan penyelam yang mengalami dekompresi.
Pekerjaan pembuatan akan dilakukan tahun ini. Jika sudah bisa beroperasi, pertama, ia akan menyisir laut Mediterania.
Legenda Atlantis
Tentang peradaban hilang yang terus jadi misteri, yang pertama terbayang adalah Atlantis.
Atlantis atau Atlas -- yang konon berperadaban maju, tenggelam di dasar laut. Hal ikhwal keberadaannya muncul dalam dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis sekitar 330 Sebelum Masehi. Berangkat dari tulisan Plato, lokasi Atlantis telah digambarkan: laut yang bisa dilayari saat itu, di depan mulut "pilar-pilar Herkules", terdapat pulau yang lebih luas dari Libya dan Asia disatukan."
Dengan kata lain, Atlantis versi Plato ada di Samudera Atlantik di luar "pilar Herkules" yaitu, Selat Gibraltar, di mulut Mediterania.
Namun, tak ada jejak Atlantis yang ditemukan meski teknik oseanografi dan pemetaan bawah laut telah berkembang pesat dalam beberapa dekade. Selama hampir dua milenium, orang-orang mencari-cari kota yang tenggelam di laut.
Meski demikian, ada banyak "ahli Atlantis" yang mengaku menemukan benua yang hilang, didasarkan pada serangkaian fakta yang sama. Di antaranya, Samudra Atlantik, Antartika, Bolivia, Turki, Jerman, Malta, Karibia. Juga Indonesia. (Ein)
Baca juga:
Epecuen Muncul Setelah 25 Tahun Tenggelam, Versi Nyata 'Atlantis'
Ahli Kuak Benua Hilang di Asia, Lebih Tua dari `Misteri` Atlantis
Misi Rahasia Nazi-Hitler: Menguak Atlantis dan `Holy Grail`
SeaOrbiter bukan kapal biasa, melainkan laboratorium riset raksasa, bentuknya unik dengan setengah bagian tenggelam dalam air. Tinggi totalnya 190 kaki atau 57,9 meter, 100 kaki atau 30,4 meter di antaranya berada di bawah air.
Seperti dimuat News.com.au, 7 Februari 2014, dengan ditenagai energi matahari, ia bisa menjelajahi lautan tanpa henti, untuk mencari jenis kehidupan baru atau mencari peradaban yang hilang.
Dari bentuk dan kecanggihannya, SeaOrbiter seakan adalah bagian dari film fiksisains besutan James Cameron. Seperti tak nyata. Namun, suatu hari ia akan melaju di lautan terbuka sebagai kapal eksplorasi tanpa henti pertama di dunia.
Dilengkapi kapal selam tanpa awak (drone) yang bisa menyelam hingga kedalaman 6.000 meter, tempat tinggal manusia di bawah air, dan ruang simulasi.
Ahli kelautan, Jacques Rougerie adalah otak dibalik pembuatan SeaOrbiter. Ia merancangnya selama lebih dari 1 dekade, serta mengumpulkan 30 persen dari biaya total pembuatan yang mencapai 53 juta dolar Australia dari situs penggalang dana KissKissBankBank.
"Stasiun internasional berbasis laut yang inovatif akan segera mengarungi lautan," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Stuff.
Dengan posisinya yang setengah tenggelam, SeaOrbiter menawarkan proposisi eksplorasi alternatif untuk proyek-proyek penelitian saat ini: mencari peradaban yang hilang, mencari monster dan makhluk mistis laut, juga menguak bentuk-bentuk kehidupan lain yang belum terungkap. Bukan mustahil kelak ia akan menguak misteri Atlantis atau keberadaaan monster Loch Ness atau Kraken --si cumi raksasa.
Apalagi, manusia baru menjelajahi 10 persen lautan, 90 persen sisanya belum terjamah. Masih ada jutaan spesies laut yang belum diketahui manusia.
SeaOrbiter dibuat dari Sealium -- aluminium daur ulang yang didesain khusus untuk lingkungan laut. Pembangkit tenaga surya di permukaannya membuatnya bisa melaju dengan tenang. Ada turbin angin untuk menambah daya. Kapal riset itu juga dilengkapi perangkat berteknologi tinggi, termasuk peralatan eksplorasi bawah laut.
Dengan 10 tingkat ruang akomodasi, cukup ruang untuk 22 penghuni permanennya -- 4 tingkat di atas, 6 di bawah. Juga disiapkan tabung hiperbarik untuk memulihkan penyelam yang mengalami dekompresi.
Pekerjaan pembuatan akan dilakukan tahun ini. Jika sudah bisa beroperasi, pertama, ia akan menyisir laut Mediterania.
Legenda Atlantis
Tentang peradaban hilang yang terus jadi misteri, yang pertama terbayang adalah Atlantis.
Atlantis atau Atlas -- yang konon berperadaban maju, tenggelam di dasar laut. Hal ikhwal keberadaannya muncul dalam dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis sekitar 330 Sebelum Masehi. Berangkat dari tulisan Plato, lokasi Atlantis telah digambarkan: laut yang bisa dilayari saat itu, di depan mulut "pilar-pilar Herkules", terdapat pulau yang lebih luas dari Libya dan Asia disatukan."
Dengan kata lain, Atlantis versi Plato ada di Samudera Atlantik di luar "pilar Herkules" yaitu, Selat Gibraltar, di mulut Mediterania.
Namun, tak ada jejak Atlantis yang ditemukan meski teknik oseanografi dan pemetaan bawah laut telah berkembang pesat dalam beberapa dekade. Selama hampir dua milenium, orang-orang mencari-cari kota yang tenggelam di laut.
Meski demikian, ada banyak "ahli Atlantis" yang mengaku menemukan benua yang hilang, didasarkan pada serangkaian fakta yang sama. Di antaranya, Samudra Atlantik, Antartika, Bolivia, Turki, Jerman, Malta, Karibia. Juga Indonesia. (Ein)
Baca juga:
Epecuen Muncul Setelah 25 Tahun Tenggelam, Versi Nyata 'Atlantis'
Ahli Kuak Benua Hilang di Asia, Lebih Tua dari `Misteri` Atlantis
Misi Rahasia Nazi-Hitler: Menguak Atlantis dan `Holy Grail`