Liputan6.com, Jakarta: Rencana Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berdialog dengan warga yang menjadi korban kebakaran di kawasan Kelurahan Kebon Melati, Tanahabang, Jakarta Pusat, diundur. Dialog yang dijadwalkan Sabtu (17/7) ini atau bertepatan dengan kunjungan Sutiyoso ke lokasi kebakaran ditunda menjadi besok. Korban kebakaran cuma berharap, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa memberikan solusi, terutama berkaitan dengan tempat tinggal mereka [baca: Ratusan Rumah Terbakar di Kebon Melati].
Warga memang masih menunggu keputusan pemerintah setempat untuk membangun kembali sekitar 122 rumah yang terbakar di lima rukun tetangga di Kebon Melati. Menyusul kebakaran, warga menempati tenda darurat yang dipasang di sekitar lokasi musibah. Sejauh ini, warga mengaku belum mengetahui solusi yang akan ditawarkan Pemprov DKI. Meski tanah yang ditempati milik PT Kereta Api Indonesia, warga sudah berdiam di sana sejak 1972.
Menurut Camat Tanahabang Tihang Helmi, pihaknya akan memberikan pilihan kepada sekitar 261 kepala keluarga, yaitu membangun rumah susun dan meminta warga tinggal di sana atau memindahkan warga ke daerah lain. Sebab, lokasi yang ditempati warga saat ini tak aman bagi mereka. Jarak rumah warga hanya sekitar dua hingga tiga meter dari rel kereta api.(SID/Susanti Jo dan Erwin Arief)
Warga memang masih menunggu keputusan pemerintah setempat untuk membangun kembali sekitar 122 rumah yang terbakar di lima rukun tetangga di Kebon Melati. Menyusul kebakaran, warga menempati tenda darurat yang dipasang di sekitar lokasi musibah. Sejauh ini, warga mengaku belum mengetahui solusi yang akan ditawarkan Pemprov DKI. Meski tanah yang ditempati milik PT Kereta Api Indonesia, warga sudah berdiam di sana sejak 1972.
Menurut Camat Tanahabang Tihang Helmi, pihaknya akan memberikan pilihan kepada sekitar 261 kepala keluarga, yaitu membangun rumah susun dan meminta warga tinggal di sana atau memindahkan warga ke daerah lain. Sebab, lokasi yang ditempati warga saat ini tak aman bagi mereka. Jarak rumah warga hanya sekitar dua hingga tiga meter dari rel kereta api.(SID/Susanti Jo dan Erwin Arief)