Tingkat kepuasan warga DKI Jakarta terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam mengatasi masalah kemacetan di Ibukota merosot tajam. Padahal selama ini, dalam janji kampanyenya, pria yang akrab disapa Jokowi itu mengaku mampu mengatasi kemacetan dalam waktu 1 tahun masa pemerintahannya.
Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional (LSN), merosotnya kepuasan warga Jakarta terhadap penanganan kemacetan ditunjukkan dalam rentang waktu Oktober 2013 hingga Januari 2014.
"Dalam survei bulan oktober 2013 lalu sebanyak 52,7% masih mengaku puas, tapi kali ini tinggal 34,6% yang menyatakan puas terhadap upaya Jokowi mengatasi kemacetan lalu lintas," ujar Peneliti Utama LSN Dipa Pradipta dalam jumpa persnya di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, (9/2/2014).
Menurut Dipa, mayoritas masyarakat DKI sudah mulai pesimis terhadap kemampuan Jokowi dalam mencari solusi kemacetan lalu lintas ibukota. Pasalnya, selama hampir 16 bulan memimpin Jakarta, program Jokowi dalam mengurai kemacetan belum terlihat.
"Jakarta masih macet, apa yang Jokowi janjikan seperti ERP, ganjil-genap sampai saat ini tidak terealisasi. Angkutan umum yang memadai, murah dan nyaman sampai saat ini belum terlihat. Yang ada Jakarta justru makin macet," cetusnya.
"Optimisme publik terhadap kapabilitas Jokowi terus merosot karena tidak banyak bukti riil yang dirasakan masyarakat Jakarta," tambahnya.
Ganjal Pencapresan
Melihat fakta tersebut, Dipa menilai merosotnya tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap Jokowi merupakan sesuatu yang wajar. Pasalnya, dipilihnya Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta lalu, karena masyarakat Jakarta sangat menaruh harapan besar kepada mereka untuk mewujudkan ibu kota yang terbebas dari banjir dan macet.
"Tapi sampai saat ini, harapan warga Jakarta belum tercapai. Wajar publik Jakarta pesimis dengan kinerja Jokowi dalam mengatasi macet," ungkapnya.
Menguatnya pesimisme terhadap kinerja Jokowi ini, menurut Dipa, berdampak pada tingkat dukungan publik terhadap wacana pencapresan Jokowi yang saat ini banyak diunggulkan oleh berbagai lembaga survei lainnya.
"Mayoritas publik DKI atau 71,2% kurang setuju Jokowi naik ketingkatan lebih tinggi menjadi capres, dan hanya 27,5% saja yang menyatakan setuju dengan Jokowi diusung sebagai capres 2014," ujarnya.
Survei yang dilakukan oleh LSN ini dilakukan dalam rentang waktu 10 hingga 26 Januari 2014 dan dilaksanakan di lima wilayah kota kabupaten di DKI Jakarta dengan jumlah 790 responden. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara berjenjang dengan tingkat margin error sebesar 3,5%.
Untuk pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan responden dengan berpedoman kuesioner. (Adm/Riz)
Baca Juga:
Survei: Warga DKI Pilih Megawati Ketimbang Jokowi
Survei: 67,8% Warga DKI Ragukan Kemampuan Jokowi Sebagai Presiden
Survei: Elektabilitas Jokowi Mulai Disusul Tokoh Lain
Survei LSN: 71,2% Warga Jakarta Tak Setuju Jokowi Jadi Capres
Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Nasional (LSN), merosotnya kepuasan warga Jakarta terhadap penanganan kemacetan ditunjukkan dalam rentang waktu Oktober 2013 hingga Januari 2014.
"Dalam survei bulan oktober 2013 lalu sebanyak 52,7% masih mengaku puas, tapi kali ini tinggal 34,6% yang menyatakan puas terhadap upaya Jokowi mengatasi kemacetan lalu lintas," ujar Peneliti Utama LSN Dipa Pradipta dalam jumpa persnya di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu, (9/2/2014).
Menurut Dipa, mayoritas masyarakat DKI sudah mulai pesimis terhadap kemampuan Jokowi dalam mencari solusi kemacetan lalu lintas ibukota. Pasalnya, selama hampir 16 bulan memimpin Jakarta, program Jokowi dalam mengurai kemacetan belum terlihat.
"Jakarta masih macet, apa yang Jokowi janjikan seperti ERP, ganjil-genap sampai saat ini tidak terealisasi. Angkutan umum yang memadai, murah dan nyaman sampai saat ini belum terlihat. Yang ada Jakarta justru makin macet," cetusnya.
"Optimisme publik terhadap kapabilitas Jokowi terus merosot karena tidak banyak bukti riil yang dirasakan masyarakat Jakarta," tambahnya.
Ganjal Pencapresan
Melihat fakta tersebut, Dipa menilai merosotnya tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap Jokowi merupakan sesuatu yang wajar. Pasalnya, dipilihnya Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta lalu, karena masyarakat Jakarta sangat menaruh harapan besar kepada mereka untuk mewujudkan ibu kota yang terbebas dari banjir dan macet.
"Tapi sampai saat ini, harapan warga Jakarta belum tercapai. Wajar publik Jakarta pesimis dengan kinerja Jokowi dalam mengatasi macet," ungkapnya.
Menguatnya pesimisme terhadap kinerja Jokowi ini, menurut Dipa, berdampak pada tingkat dukungan publik terhadap wacana pencapresan Jokowi yang saat ini banyak diunggulkan oleh berbagai lembaga survei lainnya.
"Mayoritas publik DKI atau 71,2% kurang setuju Jokowi naik ketingkatan lebih tinggi menjadi capres, dan hanya 27,5% saja yang menyatakan setuju dengan Jokowi diusung sebagai capres 2014," ujarnya.
Survei yang dilakukan oleh LSN ini dilakukan dalam rentang waktu 10 hingga 26 Januari 2014 dan dilaksanakan di lima wilayah kota kabupaten di DKI Jakarta dengan jumlah 790 responden. Proses pengambilan data dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara berjenjang dengan tingkat margin error sebesar 3,5%.
Untuk pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan responden dengan berpedoman kuesioner. (Adm/Riz)
Baca Juga:
Survei: Warga DKI Pilih Megawati Ketimbang Jokowi
Survei: 67,8% Warga DKI Ragukan Kemampuan Jokowi Sebagai Presiden
Survei: Elektabilitas Jokowi Mulai Disusul Tokoh Lain
Survei LSN: 71,2% Warga Jakarta Tak Setuju Jokowi Jadi Capres