Hasil penelitian terbaru University of Massachusetts Boston menemukan, rata-rata pekerja berupah rendah di Amerika Serikat (AS) menerima bayaran sebesar US$ 11,22 atau Rp 136.600 per jam (kurs: Rp 12.173 per dolar AS). Artinya, dengan waktu kerja sembilan jam, para pegawai berupah rendah di AS dapat mencetak pendapatan hingga Rp 1,22 juta per hari.
Seperti dikutip dari Money CNN, Selasa (11/2/2014), dua ekonom yang menggelar penelitian tersebut, Randy Albelda dan Michael Carr mengatakan, upah tersebut biasanya diberikan untuk para pekerja restoran, petani, pembantu dan pengasuh di AS.
Penelitian dua ekonom handal tersebut juga membuktikan, jumlah pencari nafkah di AS banyak bergantung pada upah rendah tersebut. Sekitar 21 juta pencari nafkah di AS termasuk ke dalam kategori pegawai berpenghasilan rendah.
"Peningkatan pegawai berupah rendah tidak hanya menimpa para remaja atau orang dewasa yang belum menikah. Mereka adalah para pekerja yang sudah berkeluarga dan menjadi tulang punggung keluarga," ungkap Albelda.
Selama lebih dari 30 tahun terakhir, jumlah pekerja AS telah meningkat sebesar 40% seiring dengan peningkatan jumlah orang dewasa di sana. Ironisnya, pada waktu bersamaan, para pekerja berupah rendah yang hidup di tengah keluarga berpendapatan rendah meningkat hingga 94%.
Namun sebagian besar dari para pegawai berupah rendah ini tidak termasuk ke dalam golongan penduduk miskin. Dengan begitu, meski berupah rendah, para pegawai ini tidak menerima bantuan dana dari pemerintah.
"Bekerja tetapi berupah rendah juga menjadi masalah yang banyak dihadapi para ibu yang berperan sebagai single parent, dan masih terus meningkat jumlahnya," tandas Albelda. (Sis/Nrm)
Seperti dikutip dari Money CNN, Selasa (11/2/2014), dua ekonom yang menggelar penelitian tersebut, Randy Albelda dan Michael Carr mengatakan, upah tersebut biasanya diberikan untuk para pekerja restoran, petani, pembantu dan pengasuh di AS.
Penelitian dua ekonom handal tersebut juga membuktikan, jumlah pencari nafkah di AS banyak bergantung pada upah rendah tersebut. Sekitar 21 juta pencari nafkah di AS termasuk ke dalam kategori pegawai berpenghasilan rendah.
"Peningkatan pegawai berupah rendah tidak hanya menimpa para remaja atau orang dewasa yang belum menikah. Mereka adalah para pekerja yang sudah berkeluarga dan menjadi tulang punggung keluarga," ungkap Albelda.
Selama lebih dari 30 tahun terakhir, jumlah pekerja AS telah meningkat sebesar 40% seiring dengan peningkatan jumlah orang dewasa di sana. Ironisnya, pada waktu bersamaan, para pekerja berupah rendah yang hidup di tengah keluarga berpendapatan rendah meningkat hingga 94%.
Namun sebagian besar dari para pegawai berupah rendah ini tidak termasuk ke dalam golongan penduduk miskin. Dengan begitu, meski berupah rendah, para pegawai ini tidak menerima bantuan dana dari pemerintah.
"Bekerja tetapi berupah rendah juga menjadi masalah yang banyak dihadapi para ibu yang berperan sebagai single parent, dan masih terus meningkat jumlahnya," tandas Albelda. (Sis/Nrm)
