Perum Damri membantah terlibat dalam pengadaan bus baru Transjakarta yang bermasalah karena ditemukannya komponen yang berkarat. Perusahaan angkutan milik pemerintah ini menyatakan tidak ikut mengimpor bus Transjakarta pada 2013.
"Pangadaan itu dilakukan Pemda dan dinas, Damri tidak ikut tapi kena dampaknya. Di beberapa media menyebutkan bus itu bekas dan bermasalah, tapi yang dipampang bus Damri, makanya kami mau klarifikasi," ujar Direktur Utama Perum Damri Agus Suherman Subrata di Kantornya, Kamis (13/2/2014).
Agus menjelaskan, perusahaan memang memutuskan absen dari aktivitas impor bus pada 2013. Alasannya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai meningkat sejak pertengahan tahun lalu.
"Manajemen Damri menghitung Indonesia outlook dan secara global, kami perhitungkan currency yang menyulitkan sebagai investor juga sebagai operator. jadi kita tidak ikut tender karena currency dolar naik, ini resiko buat kami," lanjutnya.
Perum Damri juga mempertanyakan ketentuan rasio penggunaan gas yang ditetapkan Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta. Manajemen menilai rasio itu tidak sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia. Artinya, bila dipaksakan untuk ikut dalam pengadaan, Perum Damri khawatir hanya akan menelan kerugian.
"Kemudian soal rasio gas, karena cost driver bus TransJakarta itu ada di gas. Peraturannya itu 1:1,5, tetapi kondisi dilapangan itu hanya 1:0,85 atau 1:1,09 ini harus disesuaikan dulu. Kalau dipabriknya memang mungkin bisa level gas itu masuk, tetapi disini tidak, mungkin kualitas gas disana bagus, beda disini," katanya.
Menurut Agus, perusahaan terakhir kali mengikuti tender pengadaan bus TransJakarta pada 2012. Kala itu, Perum Damri memenangkan tender sebagai operayor sekaligus investor.
"Sebetulnya core bisnis kami memang pada operator walaupun diperbolehkan untuk juga ikut sebagai investor. Kami punya banyak pengalaman pada operator. Saat tender juga tidak semuanya menang, kami juga pernah kalah," katanya. (Dny/Shd)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
"Pangadaan itu dilakukan Pemda dan dinas, Damri tidak ikut tapi kena dampaknya. Di beberapa media menyebutkan bus itu bekas dan bermasalah, tapi yang dipampang bus Damri, makanya kami mau klarifikasi," ujar Direktur Utama Perum Damri Agus Suherman Subrata di Kantornya, Kamis (13/2/2014).
Agus menjelaskan, perusahaan memang memutuskan absen dari aktivitas impor bus pada 2013. Alasannya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai meningkat sejak pertengahan tahun lalu.
"Manajemen Damri menghitung Indonesia outlook dan secara global, kami perhitungkan currency yang menyulitkan sebagai investor juga sebagai operator. jadi kita tidak ikut tender karena currency dolar naik, ini resiko buat kami," lanjutnya.
Perum Damri juga mempertanyakan ketentuan rasio penggunaan gas yang ditetapkan Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta. Manajemen menilai rasio itu tidak sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia. Artinya, bila dipaksakan untuk ikut dalam pengadaan, Perum Damri khawatir hanya akan menelan kerugian.
"Kemudian soal rasio gas, karena cost driver bus TransJakarta itu ada di gas. Peraturannya itu 1:1,5, tetapi kondisi dilapangan itu hanya 1:0,85 atau 1:1,09 ini harus disesuaikan dulu. Kalau dipabriknya memang mungkin bisa level gas itu masuk, tetapi disini tidak, mungkin kualitas gas disana bagus, beda disini," katanya.
Menurut Agus, perusahaan terakhir kali mengikuti tender pengadaan bus TransJakarta pada 2012. Kala itu, Perum Damri memenangkan tender sebagai operayor sekaligus investor.
"Sebetulnya core bisnis kami memang pada operator walaupun diperbolehkan untuk juga ikut sebagai investor. Kami punya banyak pengalaman pada operator. Saat tender juga tidak semuanya menang, kami juga pernah kalah," katanya. (Dny/Shd)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com