Olahraga Bridge Butuh Perhatian Induk Organisasi

Turnamen Bridge Dora Sumitro diikuti perempuan yang sudah berusia 60 tahun ke atas.

oleh Defri Saefullah diperbarui 13 Feb 2014, 18:22 WIB
Olahraga Bridge membutuhkan lebih banyak turnamen agar bisa lebih maju, sekaligus dikenal oleh masyarakat. Menurut penggagas Monday Bridge Club, Herawati Diah, untuk bisa mencapai kondisi itu, maka olahraga Bridge juga harus lebih diperhatikan oleh induk organisasinya di Indonesia yaitu Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GBSI).

“Mungkin bridge memerlukan perhatian dari induk Organisasinya di Indonesia, agar dapat berkembang,” ujar Herawati di sela-sela konfrensi pers Turnamen Bridge "Dora Sumitro" untuk memperingati Hari Kartini pada 26 April mendatang, Kamis (13/2/2014).

Turnamen Dora Sumitro salah satunya ditujukan untuk memajukan olahraga Bridge di Indonesia.Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kelompok Bridge Seninan (Monday Bridge Club) yang hampir semua anggotanya adalah perempuan yang sudah berusia 60 tahun ke-atas.

“Turnamen Bridge terbuka sengaja kami pilih untuk memperingati Hari Kartini, karena olahraga Bridge yang tidak mengenal batas usia  ini mampu  mengasah daya pikir agar tetap tajam dan melatih pengendalian emosi, karakter yang penting bagi perempuan,” jelas Herawati.

Turnamen Bridge “Dora Sumitro” akan dilaksanakan pada tanggal 26 April bertempat di Hotel JS Luwansa, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, atas dukungan Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD).

“Kami sangat menghargai kesediaan YAD mendukung kegiatan ini. Oleh karena itu, nama Dora Sumitro kami gunakan, sekaligus mengenang Ibu Dora Sumitro yang sampai akhir hayatnya di usia 87 tahun, adalah pemain bridge handal anggota Monday Club,” jelas Herawati.

Sebenarnya olahraga Bridge bukan jenis olahraga yang baru di Indonesia. Indonesia bahkan pernah menjadi negara yang sangat berprestasi dan disegani di kancah olahraga Bridge dunia.

“Bridge itu olahraga otak, mengandalkan kecerdasan pemikiran. Selain itu olahraga ini bukan permainan individu, melainkan permainan tim karena dimainkan oleh dua orang sebagai satu tim,” kata Paula Wirjawan Djojosoegito (83 tahun) yang didapuk menjadi Ketua Penyelenggara Turnamen.

Bagi YAD, kegiatan ini ditujukan untuk memelihara semangat juang Ibu Kartini. “Turnamen ini adalah sebuah langkah kecil yang diinisiasi oleh sekelompok pemain bridge perempuan yang sudah lanjut usia. Semoga turnamen ini memberi dampak positif bagi perkembangan olahraga Indonesia,” kata Aryo Djojohadikusumo, Wakil Pengurus Yayasan Arsari Djojohadikusumo. (Def)

Baca Juga:
Pesan Terakhir Yupita, Korban Bentrok Suporter Bantul
Fakta-fakta Menarik Usai Arsenal Diimbangi MU
Petinggi MU Mulai Gerah Dengan Prestasi Setan Merah
Diam-diam Balotelli Kangen Fans Sepakbola Inggris
[VIDEO] Arsenal dan MU Berbagi Poin di Emirates

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya