Bursa saham Asia bergerak melemah dengan indeks saham acuan mengakhiri kenaikannya dalam tiga hari ini pada perdagangan saham Rabu (19/2/2014). Pelemahan indeks saham ini juga didorong dari indeks saham Jepang yang tergelincir.
Bursa saham asia dan sejumlah mata uang negara berkembang tercatat melemah pada perdagangan Kamis pagi, menjelang rilis laporan output industri China.
Pelemahan indeks saham ini juga dipicu adanya kekhawatiran kekacauan di negara berkembang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Seperti dikutip dari data Bloomberg, Kamis (20/2/2014), indeks saham MSCI Asia Pacific melemah 0,5% pada pukul 09.58 waktu Tokyo. Sementara indeks saham Topix juga tercatat melemah dalam dua hari berturut-turut sebesar 0,8%. Indeks saham Jepang Nikkei juga tercatat merosot 0,8%.
Sementara itu indeks saham Korea Selatan Kosppi merosot 0,5% ke level terendah dalam sepekan. Indkes saham Australia justru meningkat 0,3%.
"Orang-orang mengambil pendekatan yang hati-hati setelah sejumlah saham bergerak menguat. Ketidakpastian data ekonomi AS dan negara berkembang membuat para investor lebih hati-hati," ungkap Kepala Ekonom Suncorp Group Ltd., Steven Milch.
Selain laporan manufaktur China, sentimen lain juga datang dari pergolakan politik di Ukraina dan Thailand. Kondisi tersebut menyebarkan kecemasan di tengah negara-negara berkembang.
Kekacauan politik itu juga yang mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan adanya risiko gangguan pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengungkapkan pihaknya bersikukuh untuk melanjutkan penarikan dana stimulusnya pada Januari.
Penutupan Wall Street
Senada dengan bursa Asia, bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan saham Rabu (Kamis pagi) setelah The Fed mengumumkan tetap akan menarik dana stimulusnya meskipun sejumlah data ekonomi menunjukkan penurunan.
Indeks saham Dow Jones melemah 89,84 poin atau 0,56% ke level 16.040,56. Sementara indeks saham S&P menurun 12,01 poin atau 0,65% ke level 1.828,75. Indeks saham Nasdaq juga merosot 34,83 poin atau 0,82% ke level 4.237,954.
Pada pertemuan Januari, The Fed memutuskan akan tetap menarik dana stimulusnya dan akan mempertimbangkan keputusan itu jika terjadi kejutan besar dalam pertumbuhan ekonomi AS.
Pernyataan itu tidak banyak berbeda dengan apa yang diumumkan The Fed sebelumnya. Tetapi para pelaku pasar berhara The Fed juga memperhatikan pelemahan yang terjadi pada beberapa data ekonomi dan mempercepat komitmennya dalam menguurangi dana stimulus AS.
"Saya rasa penguatan yang sebelumnya terjadi pada indeks saham S&P 500 sangat dipengaruhi anggapan The Fed akan memperlambat kebijakannya jika dibutuhkan," ungkap Presiden Platinum Partners Uri Landesman di New York.
Sejumlah pelemahan data ekonomi AS belakangan ini juga dipengaruhi musim dingin yang menggoyahkan indesk saham konstruksi di sana. Indeks sahamnya telah mengalami pelemahan terbesar dalam satu bulan terakhir. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Bursa saham asia dan sejumlah mata uang negara berkembang tercatat melemah pada perdagangan Kamis pagi, menjelang rilis laporan output industri China.
Pelemahan indeks saham ini juga dipicu adanya kekhawatiran kekacauan di negara berkembang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Seperti dikutip dari data Bloomberg, Kamis (20/2/2014), indeks saham MSCI Asia Pacific melemah 0,5% pada pukul 09.58 waktu Tokyo. Sementara indeks saham Topix juga tercatat melemah dalam dua hari berturut-turut sebesar 0,8%. Indeks saham Jepang Nikkei juga tercatat merosot 0,8%.
Sementara itu indeks saham Korea Selatan Kosppi merosot 0,5% ke level terendah dalam sepekan. Indkes saham Australia justru meningkat 0,3%.
"Orang-orang mengambil pendekatan yang hati-hati setelah sejumlah saham bergerak menguat. Ketidakpastian data ekonomi AS dan negara berkembang membuat para investor lebih hati-hati," ungkap Kepala Ekonom Suncorp Group Ltd., Steven Milch.
Selain laporan manufaktur China, sentimen lain juga datang dari pergolakan politik di Ukraina dan Thailand. Kondisi tersebut menyebarkan kecemasan di tengah negara-negara berkembang.
Kekacauan politik itu juga yang mendorong Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan adanya risiko gangguan pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mengungkapkan pihaknya bersikukuh untuk melanjutkan penarikan dana stimulusnya pada Januari.
Penutupan Wall Street
Senada dengan bursa Asia, bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan saham Rabu (Kamis pagi) setelah The Fed mengumumkan tetap akan menarik dana stimulusnya meskipun sejumlah data ekonomi menunjukkan penurunan.
Indeks saham Dow Jones melemah 89,84 poin atau 0,56% ke level 16.040,56. Sementara indeks saham S&P menurun 12,01 poin atau 0,65% ke level 1.828,75. Indeks saham Nasdaq juga merosot 34,83 poin atau 0,82% ke level 4.237,954.
Pada pertemuan Januari, The Fed memutuskan akan tetap menarik dana stimulusnya dan akan mempertimbangkan keputusan itu jika terjadi kejutan besar dalam pertumbuhan ekonomi AS.
Pernyataan itu tidak banyak berbeda dengan apa yang diumumkan The Fed sebelumnya. Tetapi para pelaku pasar berhara The Fed juga memperhatikan pelemahan yang terjadi pada beberapa data ekonomi dan mempercepat komitmennya dalam menguurangi dana stimulus AS.
"Saya rasa penguatan yang sebelumnya terjadi pada indeks saham S&P 500 sangat dipengaruhi anggapan The Fed akan memperlambat kebijakannya jika dibutuhkan," ungkap Presiden Platinum Partners Uri Landesman di New York.
Sejumlah pelemahan data ekonomi AS belakangan ini juga dipengaruhi musim dingin yang menggoyahkan indesk saham konstruksi di sana. Indeks sahamnya telah mengalami pelemahan terbesar dalam satu bulan terakhir. (Sis/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com