Bangunan bercat putih itu berdiri kokoh di seberang Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Tak ada hingar-bingar. Hanya suasana asri menyelimuti rumah elite itu dengan hamparan taman hijau serta pepohonan rindang yang menghiasi beberapa bagiannya.
Meski begitu, banyak mata yang selalu memperhatikan gerak-gerik orang melintas di depan bangunan tersebut. Tak ada yang luput dari pantauan mereka selama 24 jam. Semua terekam dengan baik oleh sang penjaga.
Bangunan tersebut adalah rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Tempat istirahat sekaliber gubernur itu tentu sudah tak diragukan lagi sistem pengamanannya. Ada 4 CCTV selalu bersiaga di sudut bangunan itu. 2 Kamera mengarah ke jalan dan 2 lainnya menjurus ke dalam rumah.
Namun siapa sangka, penjagaan super ketat itu akhirnya 'bobol' juga. Kediaman orang nomor satu di DKI itu disusupi alat penyadap di 3 ruangannya. Yaitu ruang tamu, tempat makan, dan tempat tidur.
Kabar penyadapan di rumah Jokowi itu diungkapkan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo. Jokowi, kata Tjahjo, sempat bercerita kepada PDIP beberapa waktu yang lalu.
"Saat kami operasi, di rumah Jokowi ada 3 alat penyadap yang diletakkan di tempat tidur, ruang tamu, dan tempat makan," ucap Tjahjo ketika ditemui di salah satu restoran di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014)
Saat dikonfirmasi, Jokowi membenarkan penyadapan di rumah dinasnya. Dia mengaku penyadapan itu terjadi pada Desember tahun lalu.
"Ada detektornya kan, nggak usah saya sebutkan siapa yang nemuin. Ketemu 3 saat itu, di beberapa ruang di rumah dinas. Di kamar tidur satu, di ruang tamu, ruang tamu pribadi satu, sama di ruang makan yang biasa kita pakai untuk rapat" ujar Jokowi saat mengunjungi hutan kota Pesanggarahan, Kamis (20/2/2014).
Menurutnya, selama berada di rumah dinas, tidak ada hal-hal penting yang dibicarakan, khususnya hal-hal yang bersifat politik. Karena itu, Jokowi mempertanyakan maksud dari aksi spionase tersebut.
"Yang disadap dari saya juga apa sih. Saya juga kalau di rumah ngomong dengan istri, ngomong yang enteng-enteng saja, ngomong soal makanan, itu saja paling," ucap dia.
Meski telah disadap, suami dari Iriana ini mengaku tak mau hal tersebut diketahui publik. Ia hanya melaporkan kejadian itu kepada beberapa pengurus PDIP.
"Saya emang cerita, Desember lalu. Saya sudah bilang itu, nggak usah diribut-ributin," ucap Jokowi. Namun ternyata apa yang dialami Jokowi itu, justru diungkap koleganya sesama PDIP.
Wajar Disadap
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menganggap wajar ada pihak yang berusaha menyadap beberapa tokoh penting PDIP. Sebab partai moncong putih itu menjadi salah satu partai kuat yang berpeluang menang pada Pemilu 2014.
"Saya kira PDIP, Jokowi, Mega bakal ada kawan atau lawan. Apa itu datang dari domestik atau asing. Karena sekarang PDIP ada capres yang punya potensi pemenangan pada Pilpres jadi bergaining position-nya juga akan mulai naik. Jadi sangat wajar," jelas Muhtadi di salah satu restoran di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014)
Dia menilai, banyak pihak mendekati PDIP. Terlebih banyak yang ingin mendapat informasi dari tangan pertama seperti melalu jalur penyadapan.
Mengenai alat sadap yang bisa menyusup ke kediaman Jokowi, KSAD Jenderal TNI Budiman pun angkat bicara. Untuk menimimalisir penyadapan itu, kata dia, Jokowi hendaknya menggunakan produk dalam negeri. Karena seluruh alat elektronik, pasti bisa disadap.
"Lebih baik dibuat Indonesia, dengan begitu orang (yang mau menyadap) bingung," ujar Budiman di Mabes AD, Jakarta, Kamis (20/2/014). "Selagi kita beli (barang dari luar negeri), bisa disadap."
Budiman menegaskan, khusus masalah penyadapan itu, pihaknya angkat tangan. Sebab, TNI AD tugasnya menjaga kesatuan NKRI, tak mempersoalkan satu individu saja. Gubernur DKI Jakarta sekalipun.
Mayjen TNI Purnawirawan TB Hasanuddin, mengaku sulit mendeteksi alat sadap tersebut karena bentuk barang seperti itu terlalu banyak. Terkait informasi apa yang diambil, politisi PDIP itu tak tahu menahu.
"Apa saja diambil dan itu dipilah mereka, kita tak tahu. Alat dari luar (negeri) dan pemasangnya dalam negeri," ucap Hasanuddin.
Benarkah Disadap?
Meski penyadapan tersebut diakui Jokowi, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin justru meragukan kebenaran adanya penyadapan tersebut. Sjafrie menjelaskan, penyadapan dilakukan sangat selektif dan tidak digunakan untuk kepentingan praktis semata.
"Itu digunakan kepentingan-kepentingan besar saja, kepentingan kedaulatan," ujar Sjafrie di Gedung AH Nasution, Mabesad, Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Sjafrie pun meminta semua pihak untuk tidak mengaitkan-ngaitkan penyadapan tersebut kepada instansinya. Karena institusi pertahanan tidak memiliki korelasi dengan apa yang menjadi fenomena penyadapan itu. "Itu penting supaya jangan dibawa-bawa lagi," tegas dia.
Bahkan, tudingan miring datang dari Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Pria kelahiran 59 tahun itu menilai, bisa saja alat sadap itu hanya akal-akalan PDIP.
"Ah itu sih sudahlah, paling-paling hanya bikinan PDIP saja itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta (20/2/2014).
Jika benar memang terdapat alat sadap di rumah dinas Jokowi, Ruhut juga curiga pihak PDIP sendiri yang memasangnya. Menurutnya, kecil kemungkinan intelijen yang memasang alat itu.
"Takutnya aku PDI-P itu yang pasang sendiri, jangan mengambinghitamkankan intelijen. Nggaklah (kalau intelijen)," ujarnya.
Sementara penjaga rumah Jokowi mengaku kaget dengan kabar yang beredar. Sebab, selama ini tak ada pendeteksian yang dilakukan. Selain itu, dalam rumah dinas tersebut tak ada alat pendeteksi apapun. Hanya CCTV yang menjadi teknologi keamanan dalam rumah tersebut. "Di sini adem-adem saja," ujar salah seorang penjaga rumah dinas Jokowi kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Dengan adanya CCTV, menampik anggapan ada orang yang menyelinap masuk ke dalam rumah untuk memasang alat penyadap. Mungkinkah alat sadap berasal dari barang-barang yang diterima Jokowi?
"Itu malah tidak mungkin. Bapak itu dari awal di sini selalu pesan ke kita menolak barang-barang pemberian dari siapapun. Lebaran tahun kemarin itu banyak yang kasih, tapi ditolak," ujarnya.
"Open house saja nggak ada kan tahun lalu. Nah itu kita juga bingung kok bisa ada kabar sadap-sadap gini," pungkas penjaga rumah dinas Jokowi itu.
Sang Penyadap
Meski alat sadap sudah dibersihkan sejak 2 bulan lalu, namun sosok sang penyadap hingga kini masih misterius. Siapa sesungguhnya mereka yang nekat menyelinap ke kediaman Jokowi?
"Kami tahu ini elemen dari mana, dan perkiraan siapa yang menyuruh, kami tahu," kata Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo geram.
Meski begitu, Tjahjo enggan merinci lebih detail elemen tersebut. Sosok penyadap itu masih terus tersembunyi. Dia menyatakan saat ini ada gerakan dari sebuah parpol yang menerjunkan pasukannya mencari kelemahan Jokowi di Solo. "Mereka mencari informasi ke kantor kelurahan, kecamatan di sana (Solo)," ungkap dia.
Tjahjo menegaskan, aksi penyadapan ini merupakan bentuk teror kepada tokoh parpol pada tahun politik. Baginya, teror itu adalah proses dalam kehidupan politik yang bila dibiarkan akan merusak demokrasi. "Apakah ini wajar? tentu tidak wajar. Ini malah kurang ajar," tegas anggota Komisi I DPR itu.
Politisi PDIP lainnya, TB Hasanuddin menegaskan, pihaknya akan menambah pengamanan di sekitar rumah dinas Jokowi. Wakil Ketua Komisi I DPR itu tak mau bicara banyak tentang oknum atau kelompok yang harus bertanggung jawab atas penyadapan itu.
"No comment, tapi orang. Tak ada proses hukum, semua sudah dibersihkan. Ke depan kami lebih waspada. Pengetatan penjagaan dan lalu lintas," ujarnya
Sementara Jokowi mengaku tak mau tahu siapa sosok dibalik pemasangan 3 alat sadap di rumah dinasnya itu. Karena kasus tersebut dianggapnya telah lama terjadi.
"Ya apa, mikir saja ndak kok, bagaimana mau mikir siapa yang nyadap," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Politisi PDIP itu mengaku sudah melupakan temuan alat-alat yang diduga untuk penyadapan sejak Desember 2013 lalu itu. Menurutnya, tak ada hal penting yang perlu disadap darinya. "Saya juga sudah enggak urus lagi," kata dia.
Jokowi mengaku tak mau menuding pihak manapun yang menyadapnya. Ia pun tak khawatir bila ke depannya akan disadap lagi.
"Sudah lah, yang jelas mengenai hal itu enggak saya pikir berat-beratlah. Saya sudah bilang itu, nggak usah diribut-ributin," tegas Jokowi. (Ali)
Baca juga:
Jokowi: Iya, Saya Disadap
Alat Sadap di Rumah Jokowi Ditemukan 2 Bulan Lalu
Diakui Dunia, Risma Jadi `Mayor of the Month for February 2014`
Meski begitu, banyak mata yang selalu memperhatikan gerak-gerik orang melintas di depan bangunan tersebut. Tak ada yang luput dari pantauan mereka selama 24 jam. Semua terekam dengan baik oleh sang penjaga.
Bangunan tersebut adalah rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Tempat istirahat sekaliber gubernur itu tentu sudah tak diragukan lagi sistem pengamanannya. Ada 4 CCTV selalu bersiaga di sudut bangunan itu. 2 Kamera mengarah ke jalan dan 2 lainnya menjurus ke dalam rumah.
Namun siapa sangka, penjagaan super ketat itu akhirnya 'bobol' juga. Kediaman orang nomor satu di DKI itu disusupi alat penyadap di 3 ruangannya. Yaitu ruang tamu, tempat makan, dan tempat tidur.
Kabar penyadapan di rumah Jokowi itu diungkapkan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo. Jokowi, kata Tjahjo, sempat bercerita kepada PDIP beberapa waktu yang lalu.
"Saat kami operasi, di rumah Jokowi ada 3 alat penyadap yang diletakkan di tempat tidur, ruang tamu, dan tempat makan," ucap Tjahjo ketika ditemui di salah satu restoran di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014)
Saat dikonfirmasi, Jokowi membenarkan penyadapan di rumah dinasnya. Dia mengaku penyadapan itu terjadi pada Desember tahun lalu.
"Ada detektornya kan, nggak usah saya sebutkan siapa yang nemuin. Ketemu 3 saat itu, di beberapa ruang di rumah dinas. Di kamar tidur satu, di ruang tamu, ruang tamu pribadi satu, sama di ruang makan yang biasa kita pakai untuk rapat" ujar Jokowi saat mengunjungi hutan kota Pesanggarahan, Kamis (20/2/2014).
Menurutnya, selama berada di rumah dinas, tidak ada hal-hal penting yang dibicarakan, khususnya hal-hal yang bersifat politik. Karena itu, Jokowi mempertanyakan maksud dari aksi spionase tersebut.
"Yang disadap dari saya juga apa sih. Saya juga kalau di rumah ngomong dengan istri, ngomong yang enteng-enteng saja, ngomong soal makanan, itu saja paling," ucap dia.
Meski telah disadap, suami dari Iriana ini mengaku tak mau hal tersebut diketahui publik. Ia hanya melaporkan kejadian itu kepada beberapa pengurus PDIP.
"Saya emang cerita, Desember lalu. Saya sudah bilang itu, nggak usah diribut-ributin," ucap Jokowi. Namun ternyata apa yang dialami Jokowi itu, justru diungkap koleganya sesama PDIP.
Wajar Disadap
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menganggap wajar ada pihak yang berusaha menyadap beberapa tokoh penting PDIP. Sebab partai moncong putih itu menjadi salah satu partai kuat yang berpeluang menang pada Pemilu 2014.
"Saya kira PDIP, Jokowi, Mega bakal ada kawan atau lawan. Apa itu datang dari domestik atau asing. Karena sekarang PDIP ada capres yang punya potensi pemenangan pada Pilpres jadi bergaining position-nya juga akan mulai naik. Jadi sangat wajar," jelas Muhtadi di salah satu restoran di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014)
Dia menilai, banyak pihak mendekati PDIP. Terlebih banyak yang ingin mendapat informasi dari tangan pertama seperti melalu jalur penyadapan.
Mengenai alat sadap yang bisa menyusup ke kediaman Jokowi, KSAD Jenderal TNI Budiman pun angkat bicara. Untuk menimimalisir penyadapan itu, kata dia, Jokowi hendaknya menggunakan produk dalam negeri. Karena seluruh alat elektronik, pasti bisa disadap.
"Lebih baik dibuat Indonesia, dengan begitu orang (yang mau menyadap) bingung," ujar Budiman di Mabes AD, Jakarta, Kamis (20/2/014). "Selagi kita beli (barang dari luar negeri), bisa disadap."
Budiman menegaskan, khusus masalah penyadapan itu, pihaknya angkat tangan. Sebab, TNI AD tugasnya menjaga kesatuan NKRI, tak mempersoalkan satu individu saja. Gubernur DKI Jakarta sekalipun.
Mayjen TNI Purnawirawan TB Hasanuddin, mengaku sulit mendeteksi alat sadap tersebut karena bentuk barang seperti itu terlalu banyak. Terkait informasi apa yang diambil, politisi PDIP itu tak tahu menahu.
"Apa saja diambil dan itu dipilah mereka, kita tak tahu. Alat dari luar (negeri) dan pemasangnya dalam negeri," ucap Hasanuddin.
Benarkah Disadap?
Meski penyadapan tersebut diakui Jokowi, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin justru meragukan kebenaran adanya penyadapan tersebut. Sjafrie menjelaskan, penyadapan dilakukan sangat selektif dan tidak digunakan untuk kepentingan praktis semata.
"Itu digunakan kepentingan-kepentingan besar saja, kepentingan kedaulatan," ujar Sjafrie di Gedung AH Nasution, Mabesad, Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Sjafrie pun meminta semua pihak untuk tidak mengaitkan-ngaitkan penyadapan tersebut kepada instansinya. Karena institusi pertahanan tidak memiliki korelasi dengan apa yang menjadi fenomena penyadapan itu. "Itu penting supaya jangan dibawa-bawa lagi," tegas dia.
Bahkan, tudingan miring datang dari Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul. Pria kelahiran 59 tahun itu menilai, bisa saja alat sadap itu hanya akal-akalan PDIP.
"Ah itu sih sudahlah, paling-paling hanya bikinan PDIP saja itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta (20/2/2014).
Jika benar memang terdapat alat sadap di rumah dinas Jokowi, Ruhut juga curiga pihak PDIP sendiri yang memasangnya. Menurutnya, kecil kemungkinan intelijen yang memasang alat itu.
"Takutnya aku PDI-P itu yang pasang sendiri, jangan mengambinghitamkankan intelijen. Nggaklah (kalau intelijen)," ujarnya.
Sementara penjaga rumah Jokowi mengaku kaget dengan kabar yang beredar. Sebab, selama ini tak ada pendeteksian yang dilakukan. Selain itu, dalam rumah dinas tersebut tak ada alat pendeteksi apapun. Hanya CCTV yang menjadi teknologi keamanan dalam rumah tersebut. "Di sini adem-adem saja," ujar salah seorang penjaga rumah dinas Jokowi kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Dengan adanya CCTV, menampik anggapan ada orang yang menyelinap masuk ke dalam rumah untuk memasang alat penyadap. Mungkinkah alat sadap berasal dari barang-barang yang diterima Jokowi?
"Itu malah tidak mungkin. Bapak itu dari awal di sini selalu pesan ke kita menolak barang-barang pemberian dari siapapun. Lebaran tahun kemarin itu banyak yang kasih, tapi ditolak," ujarnya.
"Open house saja nggak ada kan tahun lalu. Nah itu kita juga bingung kok bisa ada kabar sadap-sadap gini," pungkas penjaga rumah dinas Jokowi itu.
Sang Penyadap
Meski alat sadap sudah dibersihkan sejak 2 bulan lalu, namun sosok sang penyadap hingga kini masih misterius. Siapa sesungguhnya mereka yang nekat menyelinap ke kediaman Jokowi?
"Kami tahu ini elemen dari mana, dan perkiraan siapa yang menyuruh, kami tahu," kata Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo geram.
Meski begitu, Tjahjo enggan merinci lebih detail elemen tersebut. Sosok penyadap itu masih terus tersembunyi. Dia menyatakan saat ini ada gerakan dari sebuah parpol yang menerjunkan pasukannya mencari kelemahan Jokowi di Solo. "Mereka mencari informasi ke kantor kelurahan, kecamatan di sana (Solo)," ungkap dia.
Tjahjo menegaskan, aksi penyadapan ini merupakan bentuk teror kepada tokoh parpol pada tahun politik. Baginya, teror itu adalah proses dalam kehidupan politik yang bila dibiarkan akan merusak demokrasi. "Apakah ini wajar? tentu tidak wajar. Ini malah kurang ajar," tegas anggota Komisi I DPR itu.
Politisi PDIP lainnya, TB Hasanuddin menegaskan, pihaknya akan menambah pengamanan di sekitar rumah dinas Jokowi. Wakil Ketua Komisi I DPR itu tak mau bicara banyak tentang oknum atau kelompok yang harus bertanggung jawab atas penyadapan itu.
"No comment, tapi orang. Tak ada proses hukum, semua sudah dibersihkan. Ke depan kami lebih waspada. Pengetatan penjagaan dan lalu lintas," ujarnya
Sementara Jokowi mengaku tak mau tahu siapa sosok dibalik pemasangan 3 alat sadap di rumah dinasnya itu. Karena kasus tersebut dianggapnya telah lama terjadi.
"Ya apa, mikir saja ndak kok, bagaimana mau mikir siapa yang nyadap," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Politisi PDIP itu mengaku sudah melupakan temuan alat-alat yang diduga untuk penyadapan sejak Desember 2013 lalu itu. Menurutnya, tak ada hal penting yang perlu disadap darinya. "Saya juga sudah enggak urus lagi," kata dia.
Jokowi mengaku tak mau menuding pihak manapun yang menyadapnya. Ia pun tak khawatir bila ke depannya akan disadap lagi.
"Sudah lah, yang jelas mengenai hal itu enggak saya pikir berat-beratlah. Saya sudah bilang itu, nggak usah diribut-ributin," tegas Jokowi. (Ali)
Baca juga:
Jokowi: Iya, Saya Disadap
Alat Sadap di Rumah Jokowi Ditemukan 2 Bulan Lalu
Diakui Dunia, Risma Jadi `Mayor of the Month for February 2014`