Memasuki bulan kedua penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Dinas Kesehatan DKI Jakarta menilai keluhan masyarakat terhadap sistem jaminan kesehatan terbaru ini mulai berkurang.
Meski begitu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dien Emmawati saat diwawancarai Liputan6.com, Jumat (21/2/2014) tidak menampik kalau sebagian besar rumah sakit di Jakarta masih mengalami masalah salah satunya kekurangan tempat tidur.
"Ini kan transisi, ada beberapa hal yang kadang-kadang bilang kalau rumah sakit bikin nyusahin. Nyatanya ngak seperti itu. Yang layanan primer, sudah dilakukan beberapa perbaikan. Misalnya, dulu masalah rontgen, ECG (electrocardiogram), USG (ultrasonografi) nggak dapat, sekarang sudah kita lakukan. Kemudian layanan lanjutan juga keluhannya nggak sebanyak dulu," kata Dien.
Sedangkan untuk masalah keluhan rumah sakit seperti adanya penolakan, menurut Dien di beberapa rumah sakit memang masih kekurangan tempat tidur. Tapi ia mengatakan hal ini juga karena pasien tidak mau dipindah atau dirujuk ke rumah sakit lain.
"Rumah sakit penuh, tempat tidur kurang, iya, kita akui. Baru ada 1.204 tempat tidur. Tapi sebentar lagi kita punya RS Pasar Minggu dengan 400 tempat tidur, RS Koja dan RS Budhi Asih juga akan ditambah tempat tidurnya. Begitu pula di puskesmas. Semoga nanti kalau sudah ada bisa tercukupi dan tidak kekurangan," jelasnya.
Dien menegaskan, jika masih ada pasien yang membutuhkan tempat tidur, sebenarnya pasien boleh mengontak nomor telepon 119. Ini layanan darurat dari Kemenkes untuk mencari layanan kesehatan terdekat yang kosong dan ambulans.
"Kalau mau cari tempat tidur itu kontak saja 119. Masyarakat sih senangnya kadang di situ saja, padahal sudah jelas penuh. Ini yang penting, pelayanan kesehatan itu tidak harus di satu rumah sakit saja. Seperti sebelumnya ada pasien HIV yang mengaku ditolak, padahal memang penuh di Tarakan. Kalau benar ada rumah sakit yang menolak pasien, saya akan semprot habis itu," tegasnya.
Meski begitu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dien Emmawati saat diwawancarai Liputan6.com, Jumat (21/2/2014) tidak menampik kalau sebagian besar rumah sakit di Jakarta masih mengalami masalah salah satunya kekurangan tempat tidur.
"Ini kan transisi, ada beberapa hal yang kadang-kadang bilang kalau rumah sakit bikin nyusahin. Nyatanya ngak seperti itu. Yang layanan primer, sudah dilakukan beberapa perbaikan. Misalnya, dulu masalah rontgen, ECG (electrocardiogram), USG (ultrasonografi) nggak dapat, sekarang sudah kita lakukan. Kemudian layanan lanjutan juga keluhannya nggak sebanyak dulu," kata Dien.
Sedangkan untuk masalah keluhan rumah sakit seperti adanya penolakan, menurut Dien di beberapa rumah sakit memang masih kekurangan tempat tidur. Tapi ia mengatakan hal ini juga karena pasien tidak mau dipindah atau dirujuk ke rumah sakit lain.
"Rumah sakit penuh, tempat tidur kurang, iya, kita akui. Baru ada 1.204 tempat tidur. Tapi sebentar lagi kita punya RS Pasar Minggu dengan 400 tempat tidur, RS Koja dan RS Budhi Asih juga akan ditambah tempat tidurnya. Begitu pula di puskesmas. Semoga nanti kalau sudah ada bisa tercukupi dan tidak kekurangan," jelasnya.
Dien menegaskan, jika masih ada pasien yang membutuhkan tempat tidur, sebenarnya pasien boleh mengontak nomor telepon 119. Ini layanan darurat dari Kemenkes untuk mencari layanan kesehatan terdekat yang kosong dan ambulans.
"Kalau mau cari tempat tidur itu kontak saja 119. Masyarakat sih senangnya kadang di situ saja, padahal sudah jelas penuh. Ini yang penting, pelayanan kesehatan itu tidak harus di satu rumah sakit saja. Seperti sebelumnya ada pasien HIV yang mengaku ditolak, padahal memang penuh di Tarakan. Kalau benar ada rumah sakit yang menolak pasien, saya akan semprot habis itu," tegasnya.