Sebuah panti asuhan di Gading Serpong Sumarecon, Tangerang, dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sang pemilik diduga menelantarkan anak-anak asuhnya.
Sang pelapor, AH (36) mengaku mendapatkan informasi dari KPAI ada salah satu bayi berusia 1 bulan yang tinggal di panti tersebut meninggal dunia. Namun, KPAI tidak bisa menjelaskan penyebab kematian tersebut.
"Pada hari Rabu kemarin saya ditelpon sama KPAI bahwa ada salah satu bayi yang meninggal, namanya Khalin, bayi berusia 1 bulan. padahal waktu itu saya sempat menggendong-gendong bayi itu. Waktu saya tanya penyebabnya KPAI nggak tahu," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (22/2/2014).
Akhirnya AH pergi ke panti tersebut untuk memastikan bahwa bayi bernama Khalin itu meninggal dunia. "Pas saya ke sana saya nggak menemukan bayi itu. Saya tanya ke anak-anak di sana dan pengasuhnya dan ternyata benar meninggal. Mereka bilang meninggalnya sakit," ungkapnya.
Namun, beberapa waktu kemudian KPAI menginfokan kembali kepada AH, bahwa berdasarkan informasi yang didapat ada anak asuh panti tersebut yang digigit oleh orang dewasa. Tetapi KPAI belum mendapatkan informasi terkait siapa yang menggigit anak tersebut.
"Akhirnya saya ke panti, tiba-tiba ada salah satu anak dia bilang kalo bayi itu digigit berkali-kali sampai akhirnya mati. lalu saya yang mendengarkan kabar tersebut sampai kaget," ungkapnya.
Lalu ia menanyakan kepada anak tersebut, siapa orang yang menggigit bayi itu. Menurutnya, kata anak itu, yang mengigit bayi tersebut adalah pemilik panti asuhan yang berinisial S yang merupakan salah satu pemuka agama setempat.
"Lalu saya tanya itu digigit sama siapa, dia bilang sama ayah S. dan ada bayi yang digigit lagi namanya Kasiah itu bayi 6 bulan," ungkapnya.
"Dan saya tanya lagi ke anak itu, kapan digigitnya? Terus dia bilang digigitnya kadang sore, kadang malam, kadang pagi. Jadi memang ngegigitnya itu sering," tambahnya.
"Lalu mereka juga menginfokan ada anak namanya Icha usianya sekitar 15 tahun itu hingga hari ini tidak balik, hilang jadi sekolah nggak balik lagi," tambah AH.
Karena itu ia berharap, aparat dan pihak terkait dapat segera mencari solusi atas permasalahan tersebut. Sehingga, puluhan anak-anak yang tinggal di panti tersebut bisa mendapatkan perawatan dan kehidupan yang jauh lebih baik.
Saat dihubungi secara terpisah, Ketua Divisi pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan membenarkan adanya kasus penelantaran dan kekerasan di panti asuhan tersebut. Bahkan ia menjelaskan, kasus penelantaran anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut sudah terjadi sejak satu tahun yang lalu.
"Itu panti asuhan itu tidak ada ijinnya, dan temuan ke dua bahwa ada kekerasan terhadap anak-anak panti itu," ungkap Ihsan.
Karena itu, Ihsan menjelskan, pihaknya langsung menginvestigasi dan memproses kasus tersebut ke ranah hukum. Hanya saja, kasus tersebut berhenti di tengah jalan tanpa ada yang dihukum dan dimintai pertanggungjawabannya hingga saat ini. Bahkan pemerintah setempat sendiri terkesan tak peduli pada kasus yang terjadi diwilayahnya tersebut.
"Akhirnya kita melakukan pertemuan dengan Kemensos, dan kata pak menteri itu sudah masuk pada otonomi daerah, lalu kita mediasi ke gubernur dan walikota, tapi malah dipimpong. Masyarakat juga capek ngelaporinnya," sesal Ihsan. (Adm/Mut)
Baca juga:
Sang pelapor, AH (36) mengaku mendapatkan informasi dari KPAI ada salah satu bayi berusia 1 bulan yang tinggal di panti tersebut meninggal dunia. Namun, KPAI tidak bisa menjelaskan penyebab kematian tersebut.
"Pada hari Rabu kemarin saya ditelpon sama KPAI bahwa ada salah satu bayi yang meninggal, namanya Khalin, bayi berusia 1 bulan. padahal waktu itu saya sempat menggendong-gendong bayi itu. Waktu saya tanya penyebabnya KPAI nggak tahu," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (22/2/2014).
Akhirnya AH pergi ke panti tersebut untuk memastikan bahwa bayi bernama Khalin itu meninggal dunia. "Pas saya ke sana saya nggak menemukan bayi itu. Saya tanya ke anak-anak di sana dan pengasuhnya dan ternyata benar meninggal. Mereka bilang meninggalnya sakit," ungkapnya.
Namun, beberapa waktu kemudian KPAI menginfokan kembali kepada AH, bahwa berdasarkan informasi yang didapat ada anak asuh panti tersebut yang digigit oleh orang dewasa. Tetapi KPAI belum mendapatkan informasi terkait siapa yang menggigit anak tersebut.
"Akhirnya saya ke panti, tiba-tiba ada salah satu anak dia bilang kalo bayi itu digigit berkali-kali sampai akhirnya mati. lalu saya yang mendengarkan kabar tersebut sampai kaget," ungkapnya.
Lalu ia menanyakan kepada anak tersebut, siapa orang yang menggigit bayi itu. Menurutnya, kata anak itu, yang mengigit bayi tersebut adalah pemilik panti asuhan yang berinisial S yang merupakan salah satu pemuka agama setempat.
"Lalu saya tanya itu digigit sama siapa, dia bilang sama ayah S. dan ada bayi yang digigit lagi namanya Kasiah itu bayi 6 bulan," ungkapnya.
"Dan saya tanya lagi ke anak itu, kapan digigitnya? Terus dia bilang digigitnya kadang sore, kadang malam, kadang pagi. Jadi memang ngegigitnya itu sering," tambahnya.
"Lalu mereka juga menginfokan ada anak namanya Icha usianya sekitar 15 tahun itu hingga hari ini tidak balik, hilang jadi sekolah nggak balik lagi," tambah AH.
Karena itu ia berharap, aparat dan pihak terkait dapat segera mencari solusi atas permasalahan tersebut. Sehingga, puluhan anak-anak yang tinggal di panti tersebut bisa mendapatkan perawatan dan kehidupan yang jauh lebih baik.
Saat dihubungi secara terpisah, Ketua Divisi pengawasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan membenarkan adanya kasus penelantaran dan kekerasan di panti asuhan tersebut. Bahkan ia menjelaskan, kasus penelantaran anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut sudah terjadi sejak satu tahun yang lalu.
"Itu panti asuhan itu tidak ada ijinnya, dan temuan ke dua bahwa ada kekerasan terhadap anak-anak panti itu," ungkap Ihsan.
Karena itu, Ihsan menjelskan, pihaknya langsung menginvestigasi dan memproses kasus tersebut ke ranah hukum. Hanya saja, kasus tersebut berhenti di tengah jalan tanpa ada yang dihukum dan dimintai pertanggungjawabannya hingga saat ini. Bahkan pemerintah setempat sendiri terkesan tak peduli pada kasus yang terjadi diwilayahnya tersebut.
"Akhirnya kita melakukan pertemuan dengan Kemensos, dan kata pak menteri itu sudah masuk pada otonomi daerah, lalu kita mediasi ke gubernur dan walikota, tapi malah dipimpong. Masyarakat juga capek ngelaporinnya," sesal Ihsan. (Adm/Mut)
Baca juga:
Diduga Telantarkan Anak-anak, Panti Asuhan Dilaporkan ke KPAI