RI Duduki Peringkat ke-8 Negara Berkembang Paling Berisiko

Pertumbuhan ekonomi RI tidak terlepas dari resiko-resiko yang ditimbulkan baik dari faktor domestik maupun eksternal.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Feb 2014, 09:00 WIB
Sebagai negara berkembang yang memiliki perkembangan ekonomi terbesar ke dua diantara anggota G-20 setelah China, Indonesia memang patut untuk dibanggakan.

Namun di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut juga tidak terlepas dari resiko-resiko yang ditimbulkan Indonesia baik dari faktor domestik maupun eksternal.

Bank Indonesia (BI) menyebutkan Indonesia menempati urutan ke-8 sebagai negara berkembang yang paling berisiko dari faktor global maupun dari segi sisi domestiknya.

"Indonesia termasuk negara dengan tingkat risiko moderat dari 17 negara berkembang," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung yang ditulis Senin (24/2/2014).

Tingkat resiko secara spesifik lebih dipandang dari beberapa tekanan diantaranya berasal dari Current Account Deficit (CAD), inflasi, rasio cadangan devisa terhadap Product Domestic Bruto (PDB) dan depresiasi nilai tukar mata uang terhadap dolar Amerika Serikat dan tingkat hutang pemerintah terhadap PDB.

Peringkat Indonesia di posisi 8 didasarkan dari angka GDP secara year-on-year (yoy) 5,7%, iflasi 8,3% yoy, pertumbuhan kredit 20,6% dan tingkat hutang pemerintah terhadap PDB sebesar 26%.

Posisi Indonesia berada di bawah Republik Ceko dengan angka GDP 1,1% yoy, inflasi 1,1%, pertumbuhan kredit 1,6% serta tingkat hutang pemerintah mencapai 48,6% dari GDP.

Sementara negara paling beresiko atau yang menduduki peringkat pertama yaitu Afrika Selatan dengan GDP 2,2% yoy, inflasi 5,8%, pertumbuhan kredit 10,3% dan utang pemerintah 43,1% dari GDP.

Sedangkan negara berkembang paling memiliki resiko paling minim adalah Philipina dengan GDP mencapai 7% yoy, inflasi 3,2%, pertumbuhan kredit 7,8% dan hutang pemerintah 42,9% dari GDP.

"Namun kedepan kalau inflasi kembali ke 4,5 plus minus 1, kami perkirakan lebih positif, current account membaik, kita akan tergeser kebawah," pungkas Juda. (Yas/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya