Saksi Holocaust Nazi Tertua Meninggal Usia 110 Tahun

Alice Herz-Sommer tutup usia 110 tahun. Dia meninggal di sebuah rumah sakit di London, Inggris pada Minggu 23 Februari 2014.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Feb 2014, 14:17 WIB
Saksi holocaust tertua, Alice Herz-Sommer tutup usia 110 tahun. Dia meninggal di sebuah rumah sakit di London, Inggris pada Minggu 23 Februari 2014.

Alice selamat dari genosida terhadap kira-kira 6 juta penganut Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II, suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh Nazi Jerman, yang dipimpin oleh Adolf Hitler.

Lahir dari keluarga Yahudi di Praha, Republik Ceko pada tahun 1903, Alice menghabiskan masa 2 tahun di pusat kamp Nazi di Terezin. Ia menyertai sang ibu yang berusia 73 tahun ke kota yang juga dikenal sebagai Theresienstadt tersebut pada 1942.

Namun, perempuan yang melahirkannya itu kemudian dipindahkan ke kamp pemusnahan Treblinka di mana tawanan dibunuh dalam kamar gas.

"Sampai sekarang saya tidak pernah tahu di mana ibu saya dan kapan dia meninggal, apapun tentang dia..." kenang Alice semasa hidupnya, seperti yang dimuat BBC, Senin (24/2/2014).

Suami Alice, Leopold Sommer, yang menikah dengannya tahun 1931, juga meninggal karena tifus di kamp konsentrasi Nazi di Jerman selatan, Dachau.

Diperkirakan ada 140 ribu orang Yahudi dikirim ke Terezin. Sebanyak 33.430 meninggal di sana, dan 88 ribu diangkut ke Auschwitz dan kamp-kamp kematian lainnya di mana sebagian besar dari mereka tewas.

Alice dan seorang anaknya yang bernama Stephan bersama kurang dari 20 ribu orang lainnya dibebaskan ketika Terezin diambil alih oleh tentara Soviet pada bulan Mei 1945.

Setelah itu dia pun menjadi seorang guru musik karena kemampuan bermain piano yang sangat andal. Dia sempat mengajar di Jerusalem Conservatory sampai tahun 1986 sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke London.

Hidup karena Musik

Meski terpenjara dan dibayangi kematian, Alice ingat, ia masih merasakan kegembiraan di Terezin. Bakat bermain pianonya bisa terus berkembang. Konser pun sesekali digelar bersama dengan tahanan lainnya. Alice mengaku musik membuatnya semangat.

"Musik adalah makanan jiwa kami. Musik membuat kami tetap hidup," kata Alice.

Alice bahkan terus memainkan karya-karya Schubert dan Beethoven sampai hari-hari terakhirnya. Tidak hanya itu, bakat memainkan alat musik pun diturunkan ke anak semata wayangnya, Stephan Sommer. Dia merupakan pemain konser cello dan meninggal mendahului Alice pada tahun 2001.

Kisah hidupnya yang inspiratif telah diabadikan dalam sebuah dokumenter pendek berjudul The Lady in Number 6: Music Saved My Life. Film tersebut dinominasikan untuk sebuah kategori dalam Academy Awards bulan depan. (Ris/Ein)

Baca juga:

Sebelum Al Qaeda Picu 9/11, Hitler Berniat Hancurkan New York

Ratusan Kerangka Korban `Perang Kotor` Berserakan

Tak Disangka! Kode Rahasia Peluncuran Senjata Nuklir AS: 00000000

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya