Citizen6, Banda Aceh: Indonesia layak digelari surga dunia. Pemandangan alamnya terhampar luas nan indah. Pegunungan menjulang, lautan meluas, sungai mengalir, atau susunan pematang sawah nan elok membuat takjub mata dan tersesima rasa siapa saja yang melihatnya.
Ketakjuban tersebut dirasakan Ahmad Arif dan keluarga usai berlibur di Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah yang digelari sebagai negeri di atas awan dan the paradise land baru-baru ini. Pada kilometer 19 jalan Bireun – Takengon, mereka tiba di lokasi obyek wisata Krueng Simpo.
Krueng, bahasa Aceh yang artinya sungai. Sedangkan Simpo merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireun. Dari Banda Aceh, ibukota daerah Serambi Mekkah, terbentang jarak sekitar 230 Km dengan waktu tempuh 4 jam lewat darat. Sedangkan dari Takengon, perjalanan menempuh 101 Km.
Krueng Simpo terletak persis di pinggir badan jalan negara. Hal ini sangat memudahkan para pelancong mengaksesnya. Di sepanjang bibir sungai itu, berdiri gubuk-gubuk kecil berlantai papan beratapkan daun rumbia. Kios-kios berukuran kecil, sedang hingga besar juga banyak berjajar.
Ukuran Krueng Simpo memang tidak terlalu lebar. Namun, yang mengasikkan dari wisata sungai ini adalah bebatuan yang seakan-akan dihidangkan buat para pengunjungnya. Airnya yang jernih sehingga tampak jelas ikan-ikan kecil di dasar sungai semakin memikat hati. Ditambah lagi deretan pohon sawit nan hijau di sisi kanan dan kiri yang membuat nyaman perasaan.
Tak sedikit pelancong yang menikmati makanan dengan duduk di atas bebatuan sembari menjulurkan kaki ke dalam aliran air. Suasana seperti ini tentu membuat pengunjung betah rehat berlama-lama sambil bercengkerama dengan anggota rombongan, kawan atau handai taulan yang dibawa serta.
Kekurangan dari objek wisata sungai ini adalah masih belum tersedianya fasilitas WC, kamar mandi, dan ruang ganti pakaian. Tentu ini cukup merepotkan, khususnya bagi pelancong berusia dewasa yang hendak bersalin pakaian usai berbasah-ria di sungai. (Mar/kw)
Penulis
Ahmad Arif
Banda Aceh, banta_xxx@yahoo.com
Baca juga:
'Banjir Kanal Barat' Ikon Baru Wisata Sungai di Semarang
Nikmati Senja di Pantai Lasiana
3 Tujuan Wisata Paling Memukau di Banyuwangi
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Ketakjuban tersebut dirasakan Ahmad Arif dan keluarga usai berlibur di Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah yang digelari sebagai negeri di atas awan dan the paradise land baru-baru ini. Pada kilometer 19 jalan Bireun – Takengon, mereka tiba di lokasi obyek wisata Krueng Simpo.
Krueng, bahasa Aceh yang artinya sungai. Sedangkan Simpo merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireun. Dari Banda Aceh, ibukota daerah Serambi Mekkah, terbentang jarak sekitar 230 Km dengan waktu tempuh 4 jam lewat darat. Sedangkan dari Takengon, perjalanan menempuh 101 Km.
Krueng Simpo terletak persis di pinggir badan jalan negara. Hal ini sangat memudahkan para pelancong mengaksesnya. Di sepanjang bibir sungai itu, berdiri gubuk-gubuk kecil berlantai papan beratapkan daun rumbia. Kios-kios berukuran kecil, sedang hingga besar juga banyak berjajar.
Ukuran Krueng Simpo memang tidak terlalu lebar. Namun, yang mengasikkan dari wisata sungai ini adalah bebatuan yang seakan-akan dihidangkan buat para pengunjungnya. Airnya yang jernih sehingga tampak jelas ikan-ikan kecil di dasar sungai semakin memikat hati. Ditambah lagi deretan pohon sawit nan hijau di sisi kanan dan kiri yang membuat nyaman perasaan.
Tak sedikit pelancong yang menikmati makanan dengan duduk di atas bebatuan sembari menjulurkan kaki ke dalam aliran air. Suasana seperti ini tentu membuat pengunjung betah rehat berlama-lama sambil bercengkerama dengan anggota rombongan, kawan atau handai taulan yang dibawa serta.
Kekurangan dari objek wisata sungai ini adalah masih belum tersedianya fasilitas WC, kamar mandi, dan ruang ganti pakaian. Tentu ini cukup merepotkan, khususnya bagi pelancong berusia dewasa yang hendak bersalin pakaian usai berbasah-ria di sungai. (Mar/kw)
Penulis
Ahmad Arif
Banda Aceh, banta_xxx@yahoo.com
Baca juga:
'Banjir Kanal Barat' Ikon Baru Wisata Sungai di Semarang
Nikmati Senja di Pantai Lasiana
3 Tujuan Wisata Paling Memukau di Banyuwangi
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.