Dijual, 10 Medali Penghargaan Milik Pahlawan AU Inggris

Billy Drake merupakan pahlawan Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Selama bertugas, Billy bak predator di udara.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Feb 2014, 04:48 WIB
Billy Drake merupakan pahlawan Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Selama bertugas, Billy bak predator di udara. Sebanyak 25 pesawat musuh telah dia tembak jatuh selama Perang Dunia II. Dari prestasi cemerlang di medan laga itu, Billy mendapat 10 medali penghargaan dari Kerajaan Ingris dan Amerika Serikat.

Meski demikian, semasa hidupnya Billy selalu merendah atas segala prestasinya. Meski bisa dibilang sebagai 'jagoan' di angkasa, Billy selalu menyebut dirinya hanya sebagai bocah laki-laki yang ingin menerbangkan pesawat. Billy wafat pada Agustus 2011 dalam usia 93 tahun.

Namun, laman Daily Mail, Selasa (25/2/2014) memberitakan, 10 medali sebagai bukti kehebatana Billy kini akan dijual. Tak ada alasan pasti mengapa medali-medali yang susah payah dikumpulkan ayah 2 anak itu akan dijual. Diperkirakan, total penjualan kesepuluh medali itu mencapai 40 ribu euro atau lebih dari Rp 641 juta.

Medali yang dijual antara lain medali Distinguished Service Order--penghargaan yang diberikan pemerintah Inggris kepada perwira yang telah berjasa di medan perang dan medali Distinguished Flying Cross and Bar--penghargaan yang diberikan kepada perwira Angkatan Udara Inggris.

Ada pula medali American Distinguished Flying Cross yang merupakan pemberian sekutu Amerika Serikat yang Billy dapatkan setelah berhasil menjalankan misi, mendampingi pasukan pengebom Amerika Serikat. Medali-medali terebut akan dilelang oleh badan lelang Inggris Bonhams pada 12 Maret 2014 mendatang.

Billy yang lahir pada tahun 1918 ini semasa mengabdi pernah menerbangkan pesawat tempur Hurricane, Spitfires, Kittyhawjs, dan Typhoons. Pesawat yang pertama kali Billy hancurkan adalah pesawat milik Jerman dalam pertempuran di bagian utara Inggris.

Pada musim semi tahun 1940, pasukan pesawat tempur Inggris yang dipimpin Billy berhasil meraih kemenangan saat berhadapan dengan pesawat tempur milik Jerman, Messerschmitt 109. Tak perlu waktu lama bagi pria yang disebut sebagai 'ahli' dalam pertempuran udara itu untuk kembali meraih kemenangan, dia berhasil menembak jatuh 3 buah pesawat pengebom Dorniers milik tentara Nazi.

Saat pertempuran terjadi, atasannya menarik paksa pria tak kenal takut itu kembali ke markas angkatan udara saat mengetahui bahwa pesawat yang dikendalikan Billy tak dilengkapi suplai oksigen untuk penerbangan tinggi.

Entah karena cinta negara atau terlalu membenci Jerman, saat diperjalanan pulang ke markas, pria yang saat kejadian berusia sekitar 22 tahun itu kembali melancarkan serangan ke tiga pesawat Jerman dan berhasil menjatuhkan satu pesawat. Pada bulan Oktober 1942, Billy dipindahkan ke Afrika Utara di mana dia berhasil menjatuhkan 17 pesawat lawan.

Atas keberhasilannya, Billy dipromosikan menjadi Wing Commander--satu tingkat di bawah Kapten--dan mulai menerbangkan pesawat Spitfires di Malta pada bulan Juni 1943 saat melindungi pasukan pengebom sekutu (AS) dalam menyerang Pulau Sicily, Italia.

Selain pesawat Spitfires, Billy juga pernah menerbangkan pesawat Typhoons saat menyerang area peluncuran roket V1 -- roket yang dapat dikendalikan dari jarak jauh--di Prancis.

"Demi Tuhan, masa-masa itu sangat menyenangkan," tutur Billy semasa hidupnya saat dia bercerita tentang masa-masanya saat perang.

Pria yang pernah 2 kali menikah ini pensiun saat berusia 45 tahun pada bulan Juli 1963. Dia sempat tinggal di Portugal selama 20 tahun. Billy meninggal dunia saat berusia 93 tahun pada bulan Agustus 2011 lalu di Teignmouth, Devon, Inggris.

Pahlawan Lain

Penjualan medali milik pahlawan Angkatan Udara Inggris juga pernah terjadi sebelumnya. Keluarga Wing Commander Barnsome Burbridge terpaksa harus menjual beberapa medali dan sebuah jaket yang pernah dipakai semasa bertugas oleh pria yang akrab disapa Branse itu.

Seperti dikutip Liputan6.com dari The Telegraph, keluarga Branse menjual benda-benda bernilai sejarah tinggi itu untuk membiayai sang pahlawan yang menderita penyakit Alzemeir. Barang-barang yang dijual oleh anak-anak Branse, Paul dan Sarah itu terjual hingga 120 ribu euro atau hampir mencapai Rp 2 miliar.

Angka tersebut sebenarnya tak seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Branse. Namun, keluarga mengaku uang yang mereka peroleh itu dapat menutupi biaya pengobatan sang Komandan sampai 6 tahun mendatang.

"Kami tidak akan menjual benda-benda tersebut jika tidak terdesak. Kami sebetulnya enggan melakukan itu, tetapi kami percaya ini yang terbaik," jelas Paul.

Paul mengaku menjual medali-medali perolehan sang ayah adalah hal yang memalukan. Tapi dia dan keluarganya tak memiliki pilihan lain.

"Ayahku adalah seorang pahlawan, tetapi para politisi sering lupa akan hal itu. Para pahlawan itu akan dibuang setelah mereka tak lagi dibutuhkan," pungkas Paul. (Eks)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya