Nelayan Seunudon Masih Menjaga Tradisi Kenduri Laut

Dalam upacara itu terdapat prosesi menghanyutkan kepala kerbau putih ke laut sebagai sesajen penolak bala. Ritual ini telah dilarang oleh Pemerintah Aceh Utara karena dinilai menyimpang dari Syariat Islam.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Agu 2004, 06:52 WIB
Liputan6.com, Aceh Utara: Nelayan di Nanggroe Aceh Darussalam memiliki tradisi unik bernama kenduri laut. Kenduri atau dalam bahasa Jawa disebut kenduren ini masih dilakukan para nelayan di Kecamatan Seunudon, Aceh Utara, meski pemerintah setempat sudah melarangnya. Demikian dilaporkan SCTV dari Kecamatan Seunodon, baru-baru ini.

Keunikan upacara ini, yaitu pada menu makanan. Hidangan yang disajikan haruslah daging kerbau berwarna putih yang oleh masyarakat Aceh disebut kerbau jagat. Kenduri laut diawali dengan menyembelih seekor kerbau di pinggir pantai. Mereka memotong kepala kerbau yang akan dihanyutkan ke laut sebagai sesajen bagi "penghuni" laut. Lewat sesajen itu, para nelayan berharap terhindar dari bencana saat melaut. Setelah itu, para nelayan bersama-sama menyantap daging kerbau yang sudah dimasak.

Prosesi melarung kepala kerbau itu telah dilarang oleh Pemerintah Aceh Utara karena dinilai menyimpang dari Syariat Islam. Kendati begitu, beberapa nelayan tetap menggelar ritual ini secara diam-diam. Mereka biasanya meminta seorang pawang untuk menghanyutkan sesajen yang terlebih dulu dibungkus dengan karung. Bagi para nelayan, pawang adalah orang yang diangkat dan dituakan untuk mengatur waktu melaut. Pawang juga berperan sebagai penengah jika terjadi perselisihan di antara para nelayan.(OZI/Muhammad Nasier dan Muhammadan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya