Liputan6.com, Terengganu: Sejumlah spesies penyu di seluruh dunia, kini terancam punah. Begitu pula penyu di Malaysia. Lantaran itulah pemerintah Negeri Jiran berencana membangun suaka alam penyu Ma`Daerah di belahan pantai timur, tepatnya di Negara Bagian Terengganu.
Rencana pembangunan suaka alam seluas 60 hektare itu muncul setelah para pakar mengadakan konferensi di Terengganu, Selasa (17/8). Pertemuan tersebut menghasilkan 15 langkah dalam menyelamatkan penyu.
Seperti diketahui, satwa amfibi ini hanya membangun sarang dan bertelur di pantai sewaktu malam hari. Itu dilakukan untuk menghindari bahaya dari para pemangsa. Cahaya pun bisa menghambat penetasan telur. Sejauh ini, empat dari tujuh spesies penyu yang dilindungi adalah penyu belimbing (leatherback), penyu sisik (hawksbill, penyu kuning, serta penyu hijau.
Selama ini, Organisasi Konservasi Alam dan Perlindungan Satwa Liar (WWF) bersama Departemen Perikanan setempat memonitor aktivitas penyu mulai dari menetas hingga dilepaskan kembali ke habitat alaminya di Provinsi Terengganu. Salah satu pejabat WWF bernama Dionysius Sharma mengatakan, saat ini, jumlah penyu di sana sangat mengkhawatirkan. Satu dekade silam, jumlah penyu leatherback masih sekitar 10 ribu ekor. Namun saat ini kurang dari 10 ekor.
Berkurangnya populasi penyu disebabkan oleh berbagai faktor. Sebut saja pengambilan telur penyu secara berlebihan untuk dikonsumsi. Bahkan, pengambilan telur penyu tanpa kendali itu juga merusak sumber pakan satwa langka tersebut. Karena itu, para pakar berharap, pemerintah Malaysia berkomitmen menyelamatkan penyu-penyu tersebut dari ancaman kepunahan.
Penyu belimbing mempunyai nama latin Dermochelys coriacea. Disebut pula penyu raksasa lantaran berukuran paling besar dibanding penyu lainnya. Panjangnya mencapai 1,5 hingga dua meter dengan bobot antara 500-700 kilogram. Binatang amfibi ini memiliki warna yang khas, hitam keunguan dengan bercak keputihan. Kerapas penyu jenis ini tak dilapisi sisik keras, melainkan kulit berzat tanduk. Kulit ini memanjang dari depan ke belakang menyerupai buah belimbing dengan jumlah tonjolan sebanyak lima hingga tujuh garis.(DNP/Ijx)
Rencana pembangunan suaka alam seluas 60 hektare itu muncul setelah para pakar mengadakan konferensi di Terengganu, Selasa (17/8). Pertemuan tersebut menghasilkan 15 langkah dalam menyelamatkan penyu.
Seperti diketahui, satwa amfibi ini hanya membangun sarang dan bertelur di pantai sewaktu malam hari. Itu dilakukan untuk menghindari bahaya dari para pemangsa. Cahaya pun bisa menghambat penetasan telur. Sejauh ini, empat dari tujuh spesies penyu yang dilindungi adalah penyu belimbing (leatherback), penyu sisik (hawksbill, penyu kuning, serta penyu hijau.
Selama ini, Organisasi Konservasi Alam dan Perlindungan Satwa Liar (WWF) bersama Departemen Perikanan setempat memonitor aktivitas penyu mulai dari menetas hingga dilepaskan kembali ke habitat alaminya di Provinsi Terengganu. Salah satu pejabat WWF bernama Dionysius Sharma mengatakan, saat ini, jumlah penyu di sana sangat mengkhawatirkan. Satu dekade silam, jumlah penyu leatherback masih sekitar 10 ribu ekor. Namun saat ini kurang dari 10 ekor.
Berkurangnya populasi penyu disebabkan oleh berbagai faktor. Sebut saja pengambilan telur penyu secara berlebihan untuk dikonsumsi. Bahkan, pengambilan telur penyu tanpa kendali itu juga merusak sumber pakan satwa langka tersebut. Karena itu, para pakar berharap, pemerintah Malaysia berkomitmen menyelamatkan penyu-penyu tersebut dari ancaman kepunahan.
Penyu belimbing mempunyai nama latin Dermochelys coriacea. Disebut pula penyu raksasa lantaran berukuran paling besar dibanding penyu lainnya. Panjangnya mencapai 1,5 hingga dua meter dengan bobot antara 500-700 kilogram. Binatang amfibi ini memiliki warna yang khas, hitam keunguan dengan bercak keputihan. Kerapas penyu jenis ini tak dilapisi sisik keras, melainkan kulit berzat tanduk. Kulit ini memanjang dari depan ke belakang menyerupai buah belimbing dengan jumlah tonjolan sebanyak lima hingga tujuh garis.(DNP/Ijx)