Koalisi Parpol Pendukung Mega-Hasyim Dideklarasikan

Selain akan memenangkan pasangan itu, mereka sepakat membentuk pemerintah pusat dan daerah serta parlemen yang efektif. Koalisi ini diyakini tak akan efektif memenangkan Mega-Hasyim tanpa dukungan rakyat.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Agu 2004, 18:00 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Kubu Megawati dan Hasyim Muzadi bisa bernapas lega. Tiga partai dengan perolehan suara yang signifikan pada Pemilu Legislatif bergabung untuk mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bertarung di Pemilihan Presiden, 20 September mendatang. Kamis (19/8) siang, ketiga partai yakni Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Damai Sejahtera ditambah PDIP resmi mendeklarasikan dukungan tersebut di Hotel Grand Melia, Jakarta Selatan. Selain akan memenangkan pasangan Mega-Hasyim, mereka sepakat membentuk pemerintah pusat dan daerah serta parlemen yang efektif.

Selain dari ketiga parpol pendukung, hadir pula sejumlah ketua umum partai lain dalam kesempatan itu. Di antaranya, Ketua Umum Partai Bintang Reformasi Zainuddin M.Z. dan Ketua Umum Partai Nasional Marhaenisme Sukmawati Sukarnoputri, adik Megawati yang selama ini berseberangan. Hadir pula Ketua Umum Partai Karya Peduli Bangsa R. Hartono. Meski demikian, mereka belum menyatakan akan bergabung dengan koalisi tersebut. Menurut rencana, selepas acara ini, ketiga pengurus parpol yang berkoalisi dan PDIP akan bertemu untuk membicarakan strategi pemenangan Pilpres baik ditingkat pusat dan daerah.

Boleh jadi, saat inilah yang dinantikan kubu Megawati. Sebuah pertemanan politik yang mereka sebut sebagai Koalisi Nasional Kebangsaan. Kubu PDIP sejak awal memang sangat aktif mendekati sejumlah partai, terutama Golkar. Ini wajar dilakukan, mengingat Golkar adalah pemenang Pemilihan Umum Legislatif. Golkar meraup 128 kursi di DPR. Belum lagi di legislatif daerah, Golkar memainkan peran yang berarti.

Koalisi ini otomatis menjadi mayoritas di parlemen. Angka 128 jika ditambah kursi PDIP, PPP, dan PDS menjadi 307 kursi. Jumlah itu kian mutlak jika partai-partai kecil bergabung ke dalam koalisi tersebut. Dikabarkan Partai Kebangkitan Bangsa juga akan segera bergabung. Isyarat ini dinyatakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Pramono Anung [baca: PKB Mengisyaratkan Bergabung dengan PDIP]. Namun bantahan datang dari Ketua Umum PKB Alwi Shihab. Ia mengatakan PKB belum memutuskan koalisi. Partai lain yang mungkin bergabung adalah PBR [baca: Zainuddin MZ Bertemu Megawati].

Kini, kubu Mega juga tengah menunggu dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera. Seperti diketahui, sejak Rabu kemarin hingga hari ini, Dewan Syariah Pusat PKS menggelar rapat untuk menentukan arah koalisi partai [baca: PKS Konsisten Akan Mengkritik Pemerintahan Baru]. Namun rapat yang berlangsung di sebuah hotel di Depok, Jawa Barat, itu terkesan ditutup-tutupi dengan maksud yang belum jelas.

Sejauh ini, kubu Mega memang paling besar mendapat dukungan parpol. Tapi itu dinilai tak cukup untuk memenangkan Pilpres putaran kedua. Karena itulah, menurut Hasyim Muzadi, pihaknya harus mencari dukungan seluas-luasnya dari rakyat. "Maka kedua-duanya harus dirintis," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama nonaktif yang juga cawapres dari Megawati.

Hal serupa juga dikatakan Fahmi Idris, ketua DPP Golkar yang tadinya mendukung pasangan SBY-Kalla. Apalagi, kecuali Dewan Pimpinan Daerah tingkat I Golkar, DPD II Golkar tak semua Dewan Pimpinan Daerah tingkat II Golkar mendukung pasangan Mega-Hasyim [baca: Mayoritas DPD Golkar Mendukung Mega-Hasyim]. Karena itulah, Fahmi menyarankan Golkar untuk bekerja keras meyakinkan kadernya di tingkat bawah. "Kalau tidak, realitanya akan terjadi seperti Pilpres pertama," tutur Fahmi. Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid yang didukung Golkar tak lolos putaran pertama.(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya