Isak Tangis Mewarnai Reuni Dua Warga Korea

Seratus warga Korea Utara dan Korea Selatan reuni untuk ketiga kalinya di Korsel. Inilah hasil kesepakatan Presiden Korut Kim Jong-Il dan Presiden Korsel Kim Dae-Jung Juni tahun silam.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Feb 2001, 19:09 WIB
Liputan6.com, Seoul: Hujan air mata mengiringi ajang reuni seratus warga Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung untuk ketiga kalinya pada Rabu (28/2) pagi di Korsel. Acara melepas kangen selama tiga hari ini adalah hasil kesepakatan dua petinggi Korea, Presiden Korut Kim Jong-Il dan Presiden Korsel Kim Dae-Jung pada Juni tahun silam. Umumnya, kedua warga negara khawatir, setelah reuni, tak bisa bertemu lagi dengan sanak saudara mereka.

Boleh dikata, pertemuan ini efektif menciptakan suasana kondusif antara kedua negara. Selama lima puluh tahun, pemerintah masing-masing melarang warga negaranya untuk saling bertemu. Perbatasan Pam Mun-Jom di Korsel menjadi saksi tewasnya sejumlah warga Korut yang mencoba menyelinap ke Korsel. Diperkirakan, sekitar 1,2 juta warga Korut menyeberang ke Korsel selama perang Korea berlangsung 50 tahun lampau.

Hingga kini, belum ada jadwal tetap menyangkut kelanjutan program reuni keluarga tersebut. Tapi, lembaga palang merah kedua negara dijadwalkan akan bertemu April mendatang. Sedianya, mereka akan menetapkan satu tempat pertemuan tetap bagi dua kedua warga negara. Sejumlah orang tua dari kedua negara merasa bersyukur atas program kemanusiaan ini.

Jauh sebelum pertemuan, di antara mereka ada yang sampai membuat tugu peringatan karena menganggap saudara mereka telah meninggal dunia. Namun, berkat jasa palang merah setempat, sanak saudara yang dianggap tewas berhasil dipertemukan. Di mata Presiden Korsel Kim Dae-Jung, butuh tenggang waktu sekitar 20 hingga 30 tahun untuk mencapai unifikasi Korea.(RSB/Jsi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya