Badak Hitam Afrika Hasil Penangkaran Dilepas

Setelah tanduk badak menjadi komoditas dagang yang diminati banyak orang, badak hitam semakin banyak diburu sehingga populasinya terus melorot. Badan penyayang satwa membuat proyek penangkaran.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Okt 2004, 01:21 WIB
Liputan6.com, Kwazulu-Natal: Sekitar 20 ekor badak hitam Afrika hasil penangkaran di sejumlah badan penyayang satwa dilepas ke alam liar di Provinsi Kwazulu-Natal, Afrika Selatan, baru-baru ini. Tujuannya untuk melestarikan spesies yang saat ini sudah berada di ambang kepunahan.

Hingga akhir 1960-an, jumlah badak hitam yang hidup di Benua Hitam, masih terbilang banyak. Spesies badak hitam terus menurun ketika tanduk badak menjadi komoditas dagang yang diminati banyak calon pembeli di Asia dan Timur Tengah. Badak jenis ini pun makin banyak diburu. Akibatnya, dalam waktu 20 tahun, 96 persen populasi badak hitam lenyap. Pada 1992, jumlah badak hitam di alam liar kurang dari 3.000 ekor.

Kondisi itu membuat Organisasi Konservasi Alam dan Perlindungan Satwa Liar (WWF) Belanda dan Ezemvelo K.Z.N. Wildlife mengupayakan jalan keluar untuk mencegah kepunahan badak hitam Afrika. Caranya, menambah tanah pelestarian badak hitam sekaligus mengurangi tekanan terhadap pupulasi yang ada. Mereka juga menyediakan wilayah baru yang memungkinkan badak hitam berkembang biak dengan cepat.

Proyek itu cukup berhasil. Sejumlah badak hitam telah dilepas dari penangkaran secara simultan. Dengan begitu, pertumbuhan populasi diperkirakan bisa berlangsung cepat. Populasi yang cepat akan sangat membantu suatu spesies langka menyelamatkan diri dari ancaman kepunahan.(DEN/Nlg)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya